Kawasan Karet Kuningan merupakan salah satu area yang keberadaannya didominasi oleh berbagai pusat bisnis dan komersial. Karakter pengembangan di kawasan Karet Kuningan adalah berskala besar dengan rata-rata intensitas bangunan melebihi 100.000 m2, penguasaan lahan diatas 20.000 m2, dan biaya investasi triliunan rupiah. Apabila ditinjau dari aktivitas pemanfaatan ruang kota, maka pemanfaatan lahan yang terjadi di kawasan Karet Kuningan adalah sebuah transformasi fisik ruang kota yang lahir oleh karena adanya dorongan faktor eksternal (kebijakan pemerintah dan sektor swasta—real estat). Dominasi pengembangan skala besar pada kawasan Karet Kuningan nyatanya menimbulkan adanya dinamika perubahan fungsi serta fisik pada area permukiman disekitarnya untuk beradaptasi. Salah satu bentuk upaya adaptasi yang dapat diamati adalah timbulnya berbagai model pengembangan skala “mikro” seperti penyediaan rumah/ kamar kos di Kampung Karet Kuningan sebagai salah satu area permukiman di kawasan pusat bisnis Karet Kuningan. Studi ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapat gambaran keterkaitan tentang bagaimana dinamika hubungan perubahan tersebut terjadi. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Pemetaan terkait pemanfaatan lahan, intensitas bangunan komersial di kawasan Karet Kuningan, serta survey pertumbuhan kamar kos digunakan sebagai salah satu tahapan untuk mendapat gambaran hubungan/ pola transformasi dan adaptasi secara spasial. Hasilnya, didapat gambaran bahwa perkembangan komersial yang terjadi secara masif dan mentransformasi fisik kawasan Karet Kuningan turut diikuti oleh pertumbuhan usaha kamar kos secara progresif pada area permukiman disekitarnya.Kata kunci: Adaptasi, Transformasi, Komersial, Kampung, Rumah Kos.
Kampung Apung is located in Cengkareng District, which is one of the sub-districts that is often affected by annual floods. In addition, the land around Kampung Apung was elevated twice due to the construction for industrial factories and warehouses resulted in the houses of the residents of Kampung Apung being lower than the surrounding area, as a result, Kampung Apung was permanently flooded. Many residents of Kampung Apung began to move due to permanent flooding, but there were also residents who chose to stay because of the collective memory in Kampung Apung. Although the residents of Kampung Apung have adapted to the surrounding environment, this still results in the residential buildings continuing to experience physical degradation and has a direct impact on the quality of life of the residents of Kampung Apung, for example, lack of access to clean water, semi-permanent buildings that must be repaired regularly, to waste problems due to permanent flooding. As a result, the quality of life of the residents of Kampung Apung continues to deteriorate over time. The ultimate goal of this project is to improve the quality of life for the residents of Kampung Apung by providing affordable housing designed using the “everydayness” method to produce housing with additional programs based on the daily lives of the residents of Kampung Apung. The final form of the project is vertical housing in the strategy of Kampung Susun. Keywords: Degradation; Everydayness; Kampung Susun; Life Quality Abstrak Kampung Apung terletak di Kecamatan Cengkareng, yang merupakan salah satu kecamatan yang sering terdampak banjir tahunan. Peninggian tanah di sekitar Kampung Apung sebanyak dua kali akibat pembangunan pabrik industri dan pergudangan mengakibatkan rumah warga Kampung Apung lebih rendah dibandingkan sekitar, akibatnya Kampung Apung terendam banjir permanen. Banyak warga Kampung Apung yang mulai berpindah akibat banjir permanen, tetapi ada juga warga yang memilih bertahan karena adanya memori kolektif di Kampung Apung tersebut. Walaupun warga Kampung Apung telah beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, hal ini tetap mengakibatkan bangunan hunian terus mengalami degradasi fisik dan berdampak langsung pada kualitas hidup warga Kampung Apung, misalnya akses air bersih yang kurang, bangunan semi-permanen yang harus dibenahi secara rutin, hingga permasalahan sampah akibat banjir permanen. Akibatnya, kualitas hidup warga Kampung Apung terus memburuk seiring berjalannya waktu. Tujuan akhir proyek ini adalah untuk meningkatkan kualitas hidup warga Kampung Apung dengan menyediakan hunian terjangkau yang didesain menggunakan metode “keseharian” agar menghasilkan hunian dengan program tambahan berdasarkan keseharian warga Kampung Apung. Bentuk akhir proyek berupa hunian vertikal dengan strategi Kampung Susun.
Pulo Gadung Terminal was once the busiest terminal because it served the most transportation between cities and islands in Jakarta. However, at this time, its function was experiencing a vital decline. Pulo Gadung Terminal which previously served inter-city and inter-provincial transportation, now only serves transportation within the city. Along with this decline, this terminal has experienced many forms of degradation in terms of environmental quality, mobility infrastructure, to the lack of green open space in the urban fabric. These factors certainly create a bad image of the Pulo Gadung Terminal area. To restore his good name, the theory of Urban Acupuncture and safe mobility has a big role. The quality of mobility is restored with the mobius strip design concept which aims to create a good regional image, facilitate terminal connectivity with nature and the surrounding area, and regenerate Pulo Gadung Terminal and the surrounding area. The application of this theory is expected to support future research in line with the development of people's lifestyles that continue to change. Keywords: Connectivity; Safe Mobility; Transportation; Urban Acupuncture Abstrak Terminal Pulo Gadung pernah menjadi terminal tersibuk karena menjadi terminal yang melayani transportasi antar kota dan pulau terbanyak di Jakarta. Namun, saat ini, fungsinya mengalami penurunan vitalis. Terminal Pulo Gadung yang tadinya melayani angkutan antar kota dan antar provinsi, sekarang hanya melayani angkutan dalam kota saja. Seiring penurunan tersebut, terminal ini telah mengalami banyak bentuk degradasi dari segi kualitas lingkungan, infrastruktur mobilitas, hingga kurangnya ruang terbuka hijau pada kawasan urban fabric. Faktor-faktor ini tentunya menimbulkan citra buruk terhadap area Terminal Pulo Gadung. Untuk memulihkan nama baiknya, teori Urban Acupuncture dan safe mobility memiliki peran yang besar. Kualitas mobilitas direstorasi dengan konsep desain strip mobius yang bertujuan menciptakan citra kawasan yang baik, melancarkan konektivitas terminal dengan alam dan daerah sekitarnya, serta meregenerasi Terminal Pulo Gadung dan wilayah di sekelilingnya. Penerapan teori ini diharapkan dapat mendukung penelitian di masa yang akan datang seiring dengan perkembangan pola hidup masyarakat yang terus berubah.
Title: Identification of Arcade Utilization and Implementation of Zero Setbacks in West Jakarta Perda No. 1 - 2014 about Jakarta’s Zoning Regulation mentioned about guidance which control building setback, streets, and right of way; in the way to achieve well-ordered cityscape in terms of urban design and architecture. However, there are unclear statement about area characterized with arcade and zero setbacks. In actual condition, there is location dominated by zero setbacks appearance based on necessary needs. This issue trigerred visual cluttering in cityscape. Based on that condition, this study tried to understand and identify location in administrative West Jakarta area which indicate arcade and zero setbacks due to its affected aspects. Site observation and mapping used as a method to finding data and analyze the process to get overall trend and tendency. Findings about this study represent such condition wtih incontinuity pattern about arcade and zero setbacks in some area or corridor. Proposal about spatial planning in conclusion of this study role as suggestion to evaluate the regulation.
Humans as individuals always tend to be able to meet their needs in an effort to improve the quality of their lives. However, not every individual has this ability. In “different” conditions, basic needs fulfillment to achieve a better life becomes a big challenge for people with disabilities, especially children with cerebral palsy (CP). CP children have limitations to do basic activities (eating, walking, lying down) independently. Thus children with special needs require services from the closest people or special facilities assistance. Yayasan Sayap Ibu (YSI) Cabang Banten is an inclusive care and education facility for children with special needs. In order to develop learning and therapy programs for children with special needs, YSI built an additional non-class facility called Sensory Garden. Children can do such sensory and motoric activities; for example, planting, and recognizing the texture of natural materials in the Sensory Garden. Since Sensory Garden launched, there are no additional facilities that can support children with CP and wheelchairs doing gardening activities. YSI has limitations related to design and procurement. The gardening table became a proposal from the author to support gardening in the Sensory Garden. With the existence of a gardening table, it is expected that children with special needs such as CP can perform sensory and fine motor activities such as planting, and holding objects with the help of a table; in a way to support good posture and make it easier for companions. Qualitative methods and design methods are used to propose designs and produce gardening table prototypes ABSTRAK: Manusia sebagai seorang individu senantiasa berusaha untuk mampu memenuhi kebutuhan sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Namun tidak setiap individu memiliki kemampuan tersebut. Pada kondisi yang “berbeda”, memenuhi kebutuhan guna mencapai hidup yang lebih baik menjadi suatu tantangan yang besar bagi penyandang disabilitas, khususnya anak dengan kondisi cerebral palsy (CP). Keterbatasan yang dimiliki anak CP mengakibatkan anak kesulitan melakukan aktivitas dasar (makan, berjalan, berbaring) secara mandiri sehingga digolongkan sebagai anak dengan kebutuhan khusus dan membutuhkan pelayanan dari orang terdekat maupun bantuan fasilitas khusus. Yayasan Sayap Ibu (YSI) Cabang Banten merupakan fasilitas perawatan dan pendidikan yang inklusif. Dalam rangka mengembangkan program belajar dan terapi bagi anak berkebutuhan khusus YSI membangun sebuah fasilitas tambahan non kelas berupa Kebun Sensori. Aktivitas yang dilakukan anak di Kebun Sensori umumnya berupa stimulasi sensorik dan motorik, misal menanam, mengenal tekstur material alam, dsb. Sejauh Kebun Sensori dibangun belum terdapat fasilitas tambahan yang dapat menunjang; anak-anak masih melakukan aktivitas di kursi roda. Dibutuhkan sebuah alat bantu yang dapat digunakan untuk berkebun oleh anak berkursi roda, dimana YSI mengalami keterbatasan terkait desain dan pengadaan. Meja berkebun menjadi sebuah usulan dari penulis untuk menunjang aktivitas dan menjadi perangkat penunjang di Kebun Sensori. Dengan keberadaan meja berkebun diharapkan anak-anak dengan kebutuhan khusus seperti CP dapat melakukan kegiatan sensorik dan motorik halus seperti menanam, memegang obyek dengan bantuan meja; guna mendukung postur yang baik dan memudahkan pendamping. Metode kualitatif dan metode tahapan perancangan digunakan untuk mengusulkan desain dan menghasilkan prototipe meja berkebun.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.