Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan struktur komunitas fitoplankton pada lahan pascatambang bauksit serta lahan basah alami di Pulau Bintan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 di kecamatan Kijang (lahan pascatambang bauksit) dan kecamatan Toapaya (lahan basah alami), Kabupaten Bintan. Penentuan titik sampling dilakukan menggunakan metode purposive sampling. Setiap lokasi terdiri atas 3 stasiun. Perbedaan stasiun ditentukan berdasarkan pertimbangan tipe lahan basah, yaitu pada waduk, sungai, dan rawa. Pengambilan sampel plankton dilakukan dengan metode statis dan pencacahan dengan metode sensus. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada lahan pascatambang bauksit (Kijang) ditemukan 40 jenis fitoplankton yang tergolong ke dalam 10 kelas dan 6 filum. Keanekaragaman pada lokasi ini cenderung rendah dengan keseragaman yang sedang (labil) dan tingkat dominansi rendah. Sementara itu, pada lahan basah alami (Toapaya) ditemukan 35 jenis fitoplankton yang tergolong ke dalam 10 kelas dan 7 filum. Keanekaragaman pada lokasi ini cenderung rendah dengan tingkat keseragaman yang bervariasi yaitu rendah (stasiun 1), tinggi (stasiun 2), dan sedang (stasiun 3), serta memiliki tingkat dominasi yang cenderung rendah.
The tailing pond of bauxite post-mining in Senggarang, Tanjungpinang City, have been potency of natural feed sources from phytoplankton and zooplankton. Moreover, the water quality of the tailing pond of bauxite post-mining has begun to support fish life. The objective of this study was to determine the survival rate and growth of economical fish in tailings ponds of bauxite post-mining in Senggarang, Tanjungpinang. The research was conducted by field experiment using a completely randomized design. There were different fish varieties as treatment: tilapia (Oreochromis niloticus), gouramy (Osphronemus gouramy), and tambaqui (Colossoma macropomum). Every treatment was carried out 5 replications, with 6 fish in every cage replication. Monitoring the water quality and the fish survival on the 0th, 10th, 20th and 30th days. The survival of economical fishes in tailing ponds of bauxite post-mining from the highest to lowest were tambaqui (97%), tilapia (83%), and gouramy (40%), respectively. The growth of fishes length from the highest to the lowest were gouramy (0,223 cm), tambaqui (0,037 cm), and tilapia (0,018 cm). Meanwhile, all variety of fish tested had a decreased in weigh: gouramy -0,2310 grams, tilapia -0,4281 grams, and tambaqui -1,3498 grams. The management of tailing ponds of bauxite post-mining in Senggarang for fisheries activities can be carried out by tambaqui (C. macropomum) culture cage with several conditions such as measurement of carrying capacity and capacity, management of water quality, feed, and technical aspects of culture.Keywords: bauxite, economical fish, growth, survival rate, tailing ponds
Pulau Bintan merupakan salah satu kawasan di Indonesia yang menjadi habitat duyung. Beberapa tempat di Pulau Bintan terdapat masyarakat yang berada di wilayah pesisir, khususnya yang berdekatan dengan habitat duyung. Salah satu potensi konservasi duyung yaitu melalui kearifan lokal yang ada di masyarakat itu sendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kearifan lokal masyarakat pesisir Pulau Bintan dalam upaya konservasi duyung (Dugong dugon). Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode wawancara. Wawancara dilakukan dengan mewawancarai 17 informan kunci pada beberapa lokasi di Pulau Bintan yang memiliki ekosistem lamun dan memiliki riwayat kemunculan duyung. Lokasi yang dipilih yaitu Kampung Kelam Pagi, Desa Berakit, Desa Pengudang, Desa Busung, serta Desa Penaga. Selain itu, juga dilakukan studi kepustakaan sebagai data pelengkap. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa masyarakat pesisir di Pulau Bintan, aktivitas warga di ekosistem padang lamun yaitu pengumpulan moluska dengan tangan (bekarang), pengumpulan krustase (nyondong), serta menangkap ikan menggunakan pancing dan bubu bento. Menurut masyarakat, aktivitas yang mereka lakukan tersebut sudah dilakukan sejak lama dan tidak merusak dari ekosistem lamun itu sendiri. Selain itu juga terdapat potensi kearifan lokal lainnya untuk upaya koservasi duyung berupa sejarah duyung yang berasal dari manusia, nelayan yang masih menggunakan sampan dayung, kekompakan nelayan dalam melarang penggunakan alat tangkap tidak ramah lingkungan, serta titik lokasi tertentu yang tidak boleh dilakukan aktivitas penangkapan.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.