Antagonism nutrient study for K, Ca and Mg in the Inceptisol soil that applied manure, dolomite and fertilizers KCl to the growth of sweet corn (Zea mays saccharata L.). The purpose of this research is to study the interaction between potassium fertilizer, dolomite and chicken manure on the growth of sweet corn (Zea mays saccharata L.) and assess the antagonism nutrient for K, Ca and Mg in the Inceptisol soil that applied manure, dolomite and fertilizers KCl against growing sweet corn (Zea mays saccharata L.). The result showed the interaction between potassium fertilizer, dolomite and chicken manure on the uptake of calcium, potassium and magnesium in plants sweet corn (Zea mays saccharata L.). There is antagonism nutrient calcium, potassium and magnesium plant sweet corn (Zea mays saccharata L.) on the ground Inceptisol that applied manure, dolomite and fertilizers KCl. The balance of the nutrient uptake of calcium, potassium and magnesium plant achieved at doses of potassium fertilizer at 100 kg K2O / ha
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pemanfaatan pupuk kandang ayam dan pemberian pupuk kalium serta magnesium terhadap pertumbuhan jagung manis (Zea mays saccharata Sturt). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) Faktorial dengan tiga faktor. Faktor pertama yaitu pupuk kandang ayam (A) terdiri dari: A0= tanpa pupuk kandang ayam, A1= 10 ton/ha (100 g/polybag). Faktor kedua yaitu pupuk magnesium (D) terdiri dari: D0= 0 g/polybag, D1= 17 g/polybag. Faktor ketiga yaitu pupuk kalium (K), terdiri dari: K0= 0 KCl/ha, K1= 0,83 g/polybag, K2= 1,66 g/polybag, K3= 2,50 g/polybag. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam signifikan meningkatkan tinggi tanaman 4 dan 6 MST, bobot kering tajuk dan akar, bobot kering total, kandungan K dan Mg di daun, serapan hara K dan Mg pada tanaman jagung manis. Pemberian pupuk Mg (dolomit) signifikan meningkatkan bobot kering tajuk dan akar, bobot kering total, dan kandungan Mg di daun tanaman jagung manis. Interaksi pupuk kandang ayam dengan pupuk Mg berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter penelitian ini. Pemberian pupuk K (KCl) signifikan meningkatkan bobot kering tajuk, bobot kering total, dan kandungan K di daun tanaman jagung manis. Interaksi pupuk kandang ayam dengan pupuk K hanya berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 2 MST. Interaksi pupuk Mg dengan K signifikan meningkatkan bobot kering tajuk dan bobot kering total tanaman jagung manis. Interaksi pupuk kandang ayam, pupuk Mg dan K signifikan meningkatkan bobot kering akar tertinggi pada interaksi A1D0K1 sebesar 20,93 g.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas pupuk NPK dan kompos tankos kelapa sawit dapat meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) di pembibitan awal. Penelitian dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua taraf yaitu faktor pertama: pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dengan 3 taraf yaitu P0= tanpa pupuk NPK, P1= NPK Mutiara 2 g/polybag P2= NPK Mutiara 4 g/polybag, Faktor kedua: kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan 4 taraf yaitu S0= subsoil, S1= subsoil + kompos TKKS 1:1, S2= subsoil + kompos TKKS 1:2, S3= subsoil + kompos TKKS 1:3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemberian pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman bibit tanaman kelapa sawit di pembibitan awal. Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) belum dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman, luas daun, berat basah tanaman dan berat kering bibit tanaman kelapa sawit di pembibitan awal. Interaksi antara pemberian Pupuk NPK dan pemberian kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit belum dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman, luas daun, berat basah tanaman dan berat kering bibit kelapa sawit di pembibitan awal.
Pendahuluan: Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis yang sesuai dari limbah kotoran sapi, kapur kalsium oksida maupun interaksinya dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kacang panjang. Metode Penelitian: Penelitian dilaksanakan di Desa Secanggang, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat pada Juni-September 2017. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial, faktor pertama (limbah kotoran sapi) dosis L0 = 0 ton/ha; L1 = 10 ton/ha; dan L2 = 20 ton/ha. Faktor kedua (kapur kalsium oksida) dosis K0 = 0 ton/ha; K1 = 3 ton/ha; K2 = 6 ton/ha; dan K3 = 9 ton/ha. Data dianalisis uji F dan dilanjutkan uji DMRT 5% menggunakan software IBM SPSS Statistic v.20. Hasil Penelitian: Limbah kotoran sapi dosis 10-20 ton/ha signifikan meningkatkan tinggi tanaman umur 4 Minggu Setelah Tanam (MST) dan produksi tanaman/plot kacang panjang masing-masing berkisar 2,14-2,50% dan 13,00-15,98%, serta dosis 20 ton/ha signifikan meningkatkan produksi tanaman/sampel sebesar 17,44% dibandingkan kontrol. Aplikasi kapur kalsium oksida dosis 9 ton/ha signifikan meningkatkan tinggi tanaman kacang panjang pada umur 4 MST sebesar 2,46%, dan dosis 6-9 ton/ha siginifikan meningkatkan produksi tanaman/sampel dan produksi tanaman/plot, namun tertinggi terdapat pada dosis 6 ton/ha masing-masing sebesar 13,51% dan 20,16% dibandingkan kontrol. Interaksi limbah kotoran sapi dengan kapur kalsium oksida berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan dan produksi kacang panjang.
The low quantity and quality of sweet corn is strongly influenced by the low quality of soil and nutrients for which there is no continuous improvement making it difficult for farmers to improve the quality of sweet corn production, so research is carried out on the application of potassium fertilizer and manure to determine the growth and production of sweet corn. This research was conducted in Sei Buluh Village, Teluk Mengkudu District, Serdang Bedagai Regency from February 2022 to May 2022. This study used a Randomized Block Design (RBD) with two factors, Factor 1. KCL fertilizer 3 treatment levels, K0 = control, K1 = 1.40 g/plant. K2 = 2.80 g/plant. and Factor 2. Goat manure 4 treatment levels: P0 = control. P1 = 4 kg/plot. P2 = 8 kg/plot. P3 = 12 kg/plot. Parameters observed were plant height (cm), number of leaves, cob weight and sweetness level. Data were analyzed using Duncan Multiple Range Test (DMRT) at 5% level. The results showed that the K2 treatment of 2.80g/plant of KCL fertilizer was the best treatment for plant height and corn cob weight. The P3 treatment of 12 kg/plot of goat manure was the best treatment for the number of leaves and the weight of corn cobs. K2P3 treatment became the best interaction on the weight parameter of corn cobs with a weight of 197.42. Keywords : Corn, Potassium, Goat Manure
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.