Salah satu penyakit tidak menular yang banyak ditemukan pada masyarakat saat ini salah satunya adalah hipertensi yang diawali pre-hipertensi. World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2012 sedikitnya 839 juta kasus hipertensi, diperkirakan menjadi 1,15 milyar pada tahun 2025 atau sekitar 29% dari total penduduk dunia, dimana penderitanya lebih banyak pada wanita (30%) dibanding pria (29%). Beberapa faktor risiko lain juga berkontribusi terhadap kenaikan tekanan darah pada wanita, diantaranya riwayat hipertensi, karakteristik seseorang (usia, jenis kelamin, ras), gaya hidup yang di dalamnya termasuk pola konsumsi lemak dan garam tinggi, makan secara berlebihan hingga mengakibatkan obesitas, kebiasaan merokok dan minum alkohol, kurang konsumsi sayuran dan buah, aktivitas fisik, pekerjaan, kualitas tidur, konsumsi kopi, stress, penggunaan alat kontrasepsi hormonal, status gizi dan obesitas sentral. Perubahan tekanan darah tinggi dapat terjadi pada 5% pemakaian kontrasepsi hormonal. Tekanan darah akan meningkat secara bertahap dan tidak akan menetap. Wanita yang memakai kontrasepsi selama 5 tahun atau lebih, frekuensi perubahan tekanan darah tinggi meningkat 2 sampai 3 kali dari pada tidak memakai alat kontrasepsi hormonal. Resiko terjadinya tekanan darah tinggi akan meningkat dengan bertambahnya umur, lama pemakaian kontrasepsi dan bertambahnya berat badan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukkan penelitian tentang. Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Akseptor KB Suntik. Penelitian ini merupakan analitik korelasi dengan pendekatan cross-sectional study dengan teknik pengambilan sampel accidental sampling dan uji chi square pada analisa datanya.
ABSTRAKLatar Belakang: Kontrasepsi hormonal menduduki peringkat pertama pada penggunaan kontrasepsi di Indonesia. Kandungan kontrasepsi hormonal terdiri dari hormon estrogen, progesteron memiliki efek negatif pada kehidupan seksual wanita. Puskesmas Lerep merupakan puskesmas dengan akseptor KB hormonal yang tinggi di Kab.Semarang.Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan disfungsi seksual di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep.Subjek dan Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik Observasional dengan pendekatan crossectional. Populasi adalah seluruh akseptor KB hormonal di Poli KIA-KB dan Praktek Bidan Mandiri Wilayah Kerja Puskesmas Lerep yang meliputi kontrasepsi pil kombinasi, suntikan 1 bulan (kombinasi), suntikan 3 bulan, dan implant yang berada di wilayah kerja Puskesmas Ungaran Barat pada tahun 2019. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 200 akseptor KB hormonal yang terbagi menjadi 4 kelompok yaitu 50 akseptor KB suntik 3 bulan, 50 akseptor KB implant, 50 akseptor KB pil dan 50 akseptor KB suntik 1 bulan dengan menggunakan purposive sampling. Alat yang digunakan dalam penilaian disfungsi seksual menggunakan Female Sexual Function Index (FSFI) dan untuk karakteristik responden menggunakan ceklist. Analisis data menggunakan analisis univariat dan analisis bivariate dengan Chi-Square.Hasil: Analisis univariat didapatkan sebagian besar akseptor KB kombinasi yaitu KB pil kombinasi memiliki fungsi seksual yang normal sebesar 60%, akseptor KB suntik 1 bulan (kombinasi)mengalami disfungsi seksual sebesar 58%, akseptor KB DMPA (Depo Medroksi Progesterone Asetat) berupa suntik 3 bulan dan implant mengalami disfungsi seksual sebesar 62% dan 60%. Rerata fungsi seksual pada akseptor KB adalah 26.11 dalam kategori disfungsi seksual. Analisis bivariat tidak ada hubungan yang signifikans antara penggunaan kontrasepsi hormonal dengan disfungsi seksual di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep (p=0.101).Kesimpulan: Efek kontrasepsi hormonal terhadap fungsi seksual berbeda-beda sesuai dengan individu masing-masing. Perlunya pengetahuan tentang efek samping kontrasepsi hormonal pada akseptor KB hormonal. Kata Kunci: Akseptor, KB Hormonal, Disfungsi Seksual.Referensi: 31 (2008-2017)
Enuresis (bedwetting) has a negative influence on children both psychologically and socially so that it disrupts life and influences the quality of life as adults. The prevalence of enuresis is 15% at the age of 5 years, 10% at the age of 7 years and decreases to 5% at the age of 11-12 years. If enuresis is ignored and is not immediately addressed, it can cause the child to become unsure, ashamed and disturbed by his social relations. One of the methods to prevent enuresis is through hypnoparenting. The aim of this study was to determine the effect of hypnoparenting on enuresis reduction in preschool-aged children in West Ungaran sub-district, Semarang regency. This study uses a Quasi-experimental method with the OneGroup Pre-test and Post-test Design. The analysis uses the dependent t-test because the data distribution is normal. The results showed that there was a good decrease in eruneration before hypnoparenting, 1-2 weeks and 2-3 weeks, hpynoparenting was done with results (p <0.001, 95% ci = 4.042-5767), 1-2 weeks hypnoparenting ( p <0.0001, ci 95% = 1.873-2.889), and 2-3 weeks hypnoparenting was done (p = 0.0009, ci 95% = 0.135-0.817). The conclusion is that hypnorenting by giving positive suggestion to children is very effective in dealing with enuresis in preschool-aged children.
Latar Belakang: Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi. Hormon estrogen dan progesteron memberikan umpan balik, terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap perkembangan folikel dan proses ovulasi. Perubahan tekanan darah tinggi dapat terjadi pada 5% pemakaian kontrasepsi hormonal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan penggunaan jenis kontrasepsi hormonal suntik dengan tekanan darah. Subjek dan Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor KB suntik di Wilayah kerja Puskesmas Leyangan. Tehnik sampling dengan accidental sampling. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 92 akseptor KB suntik. Analisis data menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariate menggunakan chi square. Hasil: Lebih dari sepertiga responden memiliki tekanan darah systole tinggi (35.9%) dan tekanan diastole tinggi (27.2%), menggunakan kontrasepsi suntik kombinasi (52.2%). Ada hubungan antara penggunaan jenis kontrasepsi suntik dengan tekanan darah systole, namun tidak ada hubungan antara penggunaan jenis kontrasepsi suntik dengan tekanan darah diastole (p=0.037, p=0.165). Kesimpulan: Kontrasepsi hormonal suntik kombinasi tidak terlalu berpengaruh dalam tekanan darah, sehingga lebih aman digunakan untuk mencegah kehamilan. Keywords: Kontraseosi hormonal, Tekanan darah.
AbstrakLatar Belakang: Obesitas di Indonesia mengancam anak dan remaja, dimana obesitas sentral pada remaja umur ≥15 tahun meningkat dari 26,6% (2013) menjadi 31% (2018). Obesitas berdampak secara fisiologis dalam meningkatnya penyakit cardiovaskler seperti hipertensi. Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan alat skrinning untuk pengukuran jumlah lemak pada anak dan remaja yang paling mudah, sederhana dan akurat dalam mendeteksi adanya gizi lebih pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan IMT dengan kenaikan tekanan darah pada remaja di SMK NU Ungaran.Metode: Desain penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan kasus control dengan perbandingan 1:1. Populasi seluruh remaja di SMK NU UNgaran sebanyak 327 siswa, pengambilan sampel dengan purposive sampling dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi. Kelompok kasus adalah remaja dengan tekanan darah pre-hipertensi sebanyak 40 responden dan kelompok control remaja dengan tekanan darah normal sebanyak 40 responden. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariate dengan Chi-Square.Hasil: Analisis univariat diperoleh 50% responden memiliki IMT normal, rerata TD systole vs diastole (116.51 mmHg vs 74.67 mmHg). Ada hubungan yang signifikan antara IMT dengan tekanan darah pada remaja di SMK NU Ungaran (p<0.001, OR:5.571, CI 95%= 2.119 s/d 14.647).Kesimpulan: Remaja yang IMT berlebih akan meningkatkan resiko kenaikan tekanan darah sebesar 5.57 kali dibandingkan dengan remaja yang memiliki IMT normal. Perlu dilakukannya edukasi dan pemantauan status gizi pada remaja serta pengukuran tekanan darah secara berkala untuk mencegah terjadinya pre hipertensi pada usia remaja.Kata Kunci : Indeks Massa Tubuh (IMT), Tekanan Darah
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.