Pada umumnya tanah lunak memiliki daya dukung yang kurang baik, juga mudah memampat bila menerima beban. Pemampatan yang terjadi akan sangat lama karena tanah lunak memiliki sifat pemampatan yang sangat kecil. Untuk mempercepat pemampatan yang terjadi dipasang vertical drains. Kedalaman vertical drains yang dipasang akan berpengaruh terhadap derajat konsolidasi yang terjadi pada tanah lunak. Untuk mengetahui pengaruh tersebut dilakukan uji pemodelan di laboratorium menggunakan bak uji berukuran 60 cm x 80 cm x 90 cm dengan tinggi lapisan tanah adalah 50 cm. Kedalaman vertical drains yang dipasang adalah 50 cm, 40 cm, 30 cm dan 20 cm. Tanah yang digunakan adalah tanah lunak Hambalang dengan klasifikasi menurut USCS,termasuk lanau (MH) dan menurut AASTHO yaitu A-7-5. Pemberian beban preloading dan waktu pembebanan pada setiap variasi kedalaman vertical drains adalah sama. Besarnya penurunan dicatat dan dibandingkan dengan penurunan total untuk mengetahui derajat konsolidasi yang dicapai. Nilai derajat konsolidasi yang diperoleh pada kedalaman pemasangan vertical drains 50 cm, 40 cm, 30 cm, dan 20 cm adalah 47,75%; 47,58%; 37,40%; dan 34,06%. Dapat disimpulkan bahwa semakin dalam pemasangan vertical drains, maka semaiki besar nilai derajat konsolidasi yang dicapai.
This study aims to determine the parameter comparison of the magnitude of the primary reduction and consolidation time in the preloading method using PVD and vacuum method using PVD with modeling in the laboratory. The benefit of this research is that it can provide a comparison of the preloading method and the vacuum method in terms of accelerating the consolidation time as well as contributing to science in the field of soil improvement. Primary consolidation theory is used in this research. Quantitative descriptive research method with testing data collection techniques by means of modeling in the laboratory. The modeling of the vacuum method used a test tub measuring (1.2 × 0.6 × 0.9) m, the vacuum pump suction capacity of 5 Pa, the air hose as PHD and geomembrane cloth as PVD material. The preloading method with PVD uses a test tub measuring (0.8 × 0.6 × 0.9) m, preloading load in the form of bangka sand (ɣ = 1.532 t / m³) with a thickness of 10 cm and a geomembrane cloth as PVD material. In each test basin filled with soil and water with a soil volume weight of 1.3 t / m³, a ground surface height of 0.5 m and a groundwater level of 0.42 m. The results showed that with the same amount of reduction, namely 7.26 mm preloading method using PVD took 81 hours while in the vacuum method the time needed was 41 hours. Thus it can be concluded that the reduction in the vacuum method is faster than the preloading method with PVD. Keywords: Primer settelment, PVD, Vacum, consolidation time
The pile foundation is an sub-structure to load from the upper structure. Ultimate load carrying-capacity (qu) will be transfered into a hard soil layer by using a deep foundation system. To design the pile foundation, several methods are needed to obtain different bearing capacity values. This study determines the planned pile depth, pile dimensions and pile cap. The purpose of this final project is to plan the pile foundation for the Arandra Residance 2 tower construction project located in Cempaka Putih, Central Jakarta. The method used is the method of Meyerhof, U.S Army Corp, Tomlinson, α and λ. In addition, the calculation of reinforcement, immediate settlement and settlement of primary consolidation was also carried out. The results of the calculation of bearing capacity foundation are different values. The Meyerhof Qu method is 9846,786 kN, the U.S Army Corp method Qu = 11065.11 kN, the Tomlinson Qu method = 10409.68 kN, the method α = 9558.95 kN, and the method λ Qu = 10066.37 kN. Whereas according to Broms, the lateral bearing capacity is 10845 kN. In planning used reinforcement D25-270. Immediate settlement is 50.3 mm, primary consolidation settlement is 9.89 mm, and time rate of consolidation during 1.75 months. Keywords: Foundation, driven pile, bearing capacity, settlement, primary consolidation ABSTRAKFondasi tiang merupakan fondasi yang menyalurkan beban struktur atas dan beban lainnya ke struktur lapisan tanah keras yang mempunyai daya dukung tinggi yang terletak jauh di dalam tanah. Untuk merencanakan fondasi tiang pancang diperlukan beberapa metode untuk mendapatkan nilai daya dukung yang berbeda. Studi ini menentukan kedalaman tiang pancang yang direncanakan, dimensi tiang pancang dan pilecap. Tujuan dari tugas akhir ini adalah merencanakan pondasi tiang pancang untuk proyek pembangunan tower Arandra Residance 2 yang berlokasi di Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Metode yang digunakan adalah metode Meyerhof, U.S Army Corp, Tomlinson, α dan λ. Daya dukung lateral menggunakan metode Broms. Selain itu juga dilakukan perhitungan penulangan, penurunan segera, dan penurunan konsolidasi primer. Hasil perhitungan daya dukung fondasi terdapat perbedaan nilai. Metode Meyeherhof Qu = 9846.786 kN, metode U.S Army Corp Qu = 11065.11 kN, metode Tomlinson Qu = 10409.68 kN, metode α = 9558.95 kN, dan metode λ Qu = 10066.37 kN. Sedangkan menurut broms daya dukung lateral sebesar 10845 kN. Pada perencanaan digunakan tulangan D25-270. Penurunan segera terjadi sebesar 50.3 mm, penurunan primer sebesar9.89 mm, dan kecepatan waktu penurunan konsolidasi selama 1.75 bulan. Kata kunci: Fondasi, tiang pancang, daya dukung, penurunan, dan konsolidasi primer
Pemukiman di Kelurahan Beji Timur semakin padat sehingga lahan terbuka hijau semakin sedikit. Akibatnya resapan air ke dalam tanah semakin berkurang. Sehingga pada musim hujan terjadi limpasan air permukaan dan dapat mengakibatkan banjir. Sedangkan pada musim kemarau ketersediaan air tanah menjadi berkurang. Perlu adanya upaya inovatif untuk merekayasa model resapan air yang berkelanjutan, salah satunya melalui sumur resapan. Sumur resapan merupakan salah satu alternatif untuk perlindungan air tanah dan meminimalkan limpasan permukaan, karena sumur resapan mudah diaplikasikan di pemukiman penduduk dan dapat menyeimbangkan penggunaan air tanah. Pada kegiatan ini sumur resapan dibuat ditempat wudhu laki-laki dan perempuan dalam rangka meresapkan air wudhu ke dalam tanah agar dapat menjadi cadangan air tanah. Sumur resapan inovatif ini dibuat dengan memasang geotekstil diseluruh dinding dan dasar sumur resapan sehingga luas penyerapan air lebih banyak dibanding dengan sumur resapan konvensional. Agar posisi geotekstil menjadi kokoh, sekitar 50 cm dari dasar sumur dimasukkan batu kali dan di bagian atas dinding sumur dibuat lebih lebar dan dipasang pasangan bata untuk menahan geotekstil. Warga masyarakat terlibat pada saat persiapan, pelaksanaan maupun pasca pelaksanaan untuk mengetahui bagaimana program ini dapat berjalan dan sesuai dengan yang diharapkan. Luaran yang dihasilkan dalam kegiatan ini adalah Buku dan Paten Sederhana.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.