Latar belakang: Rinosinusitis kronik (RSK) merupakan inflamasi kronik dengan etiologi multifaktorial.Interleukin-8 (IL-8) adalah sitokin proinflamasi yang dominan pada RSK tanpa polip. Penurunan fungsi penghidumerupakan suatu gejala yang sering dikeluhkan pada RSK. Klaritromisin merupakan antibiotik makrolid yang efektifkarena memiliki efek antibakteri dan antiinflamasi. Tujuan: Untuk mengetahui perbaikan gejala klinis, fungsipenghidu dan kadar IL-8 sekret mukosa hidung, serta mencari korelasi antara IL-8 dengan fungsi penghidu pada RSKtanpa polip. Metode: Penelitian ini merupakan randomized clinical trial open labeled pre and posttest design. Datadianalisis dengan menggunakan uji Wilcoxon, Mann Whitney, dan korelasi Rank Spearman. Penelitian berlangsung dipoliklinik Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin pada 26subjek yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama diberikan klaritromisin dan kelompok kedua diberikanamoksisilin/klavulanat. Diagnosis berdasarkan penilaian skor gejala dengan visual analogue scale (VAS),nasoendoskopi, fungsi penghidu dengan sniffin sticks test, dan dilakukan pengukuran kadar IL-8 sekret mukosa hidungdengan metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Hasil: Didapatkan perbaikan VAS, fungsi penghidu,dan kadar IL-8 yang signifikan (p=0,001) pada kedua kelompok pascaterapi, dan penurunan skor VAS total yangsignifikan pada kelompok klaritromisin (p=0,036). Terdapat korelasi signifikan antara penurunan IL-8 denganpeningkatan fungsi penghidu (p=0,05) dan dengan gejala hidung tersumbat (p=0,022) hanya pada kelompokklaritromisin. Kesimpulan: Pemberian klaritromisin efektif menurunkan gejala klinis terutama hidung tersumbat,menurunkan kadar IL-8 sekret hidung, dan meningkatkan fungsi penghidu pada RSK tanpa polip.Kata kunci: Interleukin-8, klaritromisin, rinosinusitis kronik tanpa polip, sniffin sticks test.ABSTRACTBackground: Chronic rhinosinusitis (CRS) is a chronic inflammatory disease with multifactorial etiology.Interleukin-8 (IL-8) plays an important role as a major proinflammatory cytokine in CRS without nasal polyp.The common symptom is of olfactory function impairment. Claritrhomycin as macrolide antibiotic is effective forCRS because of their antibacterial and antiinflamatory activity. Purpose: To observe improvement of clinicalsymptoms, olfactory function, IL-8 level of nasal secretion and correlation between IL-8 with olfactory functionin CRS without nasal polyp. Method: This was a randomized controlled trial open labeled pre and posttestdesign. Data was analysed using Wilcoxon, Mann Whitney, and Rank Spearman correlation test. This study wasconducted in Otorhinolaryngology-Head and Neck Surgery Department Dr. Hasan Sadikin hospital. There were26 subjects divided in two groups, the first group was given clarithromycin and the second group was givenamoxicillin/clavulanate. The two groups underwent visual analogue scale (VAS), nasoendoscopy, sniffin stickstest and nasal secretion of IL-8 by enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Result: The two groups had asignificant improvement VAS score after therapy (p=0.001) and clarithromycin group showed statisticallysignificant (p=0.036) on decreasing total VAS score than amoxcicillin/clavulanate group. There was significantcorrelations between reduction of IL-8, improvement of olfactory function (p=0.05) and nasal obstructionsymptom in VAS (p=0.022) only in clarithromycin group.Conclussion: Clarithromycin was effective in clinicalsymptoms reduction especially in nasal obstruction, IL-8 reduction in nasal secretion, and improvement ofolfactory function in chronic rhinosinusitis without nasal polyp.Keywords: Clarithromycin, interleukin-8, chronic rhinosinusitis without nasal polyp, sniffin sticks test.
Background: Obstructive sleep apnea (OSA) is a sleep breathing disorder caused by upper airway obstruction. It occurs on 51% adult and could cause systemic side effects. Hypertrophy of the palatine and lingual tonsils cause upper airway obstruction and increasing cytokine IL-6 production. Obstruction and inflammation products have an important role in causing OSA. Inflammation of the palatine tonsil causes lingual tonsil to be inflamed. Purpose: To find out the impact of tonsillectomy on size and IL-6 expression of lingual tonsil. Method:The quasiexperimental open label pre and post test design was done on August 2010 – October 2011. There were 20 adult subjects with snoring, palatine and lingual tonsil hypertrophy. All subjects filled the Epworth Sleepiness Scale (ESS) questionnaire, underwent ENT examination and biopsy using fiber optic rhinolaryngoscope. Immunohistochemistry examination for IL-6 were performed on all biopsy specimens. Results: There is highly significant improvement on lingual tonsil size score from 3 to 1 after tonsillectomy. IL-6 expression was significantly decreased from 12 to 2 after tonsillectomy. ESS score was also significantly decreased from 16 to 5. The reducing size of lingual tonsil correlates with decreasing of IL-6 expressions. Conclusion:Tonsillectomy on OSA patients reduced the IL-6 expression of the lingual tonsil and that cause the reducing of its size. Decreasing of obstruction and inflammation could lead to the decrease of the ESS score. Keywords: OSA, tonsillectomy, Epworth Sleepiness Scale, lingual tonsil size, IL-6 expression Abstrak : Latar belakang: Henti napas obstruktif saat tidur (OSA) merupakan gangguan napas saat tidur yang terjadi karena obstruksi saluran napas atas. Keluhan ini terjadi pada 51% orang dewasa dan menimbulkan efek samping sistemik berat. Pembesaran ukuran tonsil palatina dan tonsil lingualis akan menyebabkan obstruksi saluran napas atas dan mengakibatkan peningkatan produksi IL-6, sehingga akan menyebabkan OSA. Inflamasi yang terjadi pada tonsil palatina membuat tonsil lingualis mengalami inflamasi. Tujuan: Untuk melihat pengaruh tonsilektomi terhadap ukuran dan ekspresi IL-6 tonsil lingulis. Metode: Penelitian quasiexperimental open label pre and post test design di Poliklinik IK. THT-KL RSHS Bandung sejak Agustus 2010 – Oktober 2011. Subjek 20 orang dewasa dengan keluhan mendengkur, pembesaran tonsil palatina dan tonsil lingualis. Seluruh subjek mengisi kuesioner skala kekantukan Epworth (Epworth Sleepiness Scale/ESS), biopsi tonsil lingualis dengan rinolaringoskopi serat optik lentur dan imunohistokimia IL-6 jaringan biopsi. Hasil: Didapatkan perbaikan yang sangat bermakna skor ukuran tonsil lingualis sebelum tonsilektomi (3) dibandingkan setelah tonsilektomi (1). Nilai ekspresi IL-6 menurun sangat bermakna dari 12 menjadi 2. Skor ESS menurun secara bermakna dari 16 menjadi 5. Pengecilan ukuran tonsil lingualis berhubungan dengan penurunan ekspresi IL-6. Kesimpulan: Tonsilektomi pada pasien OSA dapat menurunkan ekspresi IL-6 pada tonsil lingualis, sehingga ukuran tonsil lingualis mengecil. Hilangnya obstruksi dan inflamasi mengakibatkan skor ESS menurun. Kata kunci: henti napas obstruktif saat tidur, tonsilektomi, Epworth Sleepiness Scale, ukuran tonsil lingualis, ekspresi IL-6
Rinosinusitis kronik (RSK) merupakan inflamasi kronik dengan etiologi multifaktorial. Interleukin-8 (IL-8) adalah sitokin proinflamasi yang dominan pada RSK tanpa polip-nonalergi. Penurunan fungsi penghidu merupakan suatu gejala yang sering dikeluhkan. Klaritromisin merupakan antibiotik makrolid yang efektif karena memiliki efek antibakteri dan antiinflamasi. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbaikan gejala klinis, fungsi penghidu dan kadar IL-8 sekret mukosa hidung, serta mencari korelasi IL-8 dengan fungsi penghidu pada RSK tanpa polip-nonalergi. Penelitian ini merupakan randomized clinical trial open labeled pre and posttest design. Data dianalisis memakai Uji Wilcoxon, Mann Whitney, dan korelasi Rank Spearman. Penelitian berlangsung di poliklinik Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin pada 26 subjek yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama diberikan klaritromisin dan kelompok kedua diberikan amoksisilin-klavulanat. Diagnosis berdasarkan penilaian skor gejala dengan visual analogue scale (VAS), nasoendoskopi, fungsi penghidu dengan sniffin sticks test, dan dilakukan pengukuran kadar IL-8 sekret mukosa hidung dengan metode enzymelinked immunosorbent assay (ELISA). Didapatkan perbaikan VAS, nasoendoskopi, fungsi penghidu, dan kadar IL-8 yang signifikan (p=0,001) pada kedua kelompok pascaterapi, dan penurunan skor VAS total yang signifikan pada kelompok klaritromisin (p=0,036). Terdapat korelasi signifikan penurunan kadar IL-8 dengan peningkatan fungsi penghidu (p=0,05) dan dengan gejala hidung tersumbat (p=0,022) hanya pada kelompok klaritromisin. Simpulan, pemberian klaritromisin efektif menurunkan gejala klinis terutama hidung tersumbat, meningkatkan fungsi penghidu, dan menurunkan kadar IL-8 sekret mukosa hidung pada RSK tanpa polip nonalergi. [MKB. 2014;46(1):6-14] Kata kunci: Interleukin-8, klaritromisin, rinosinusitis kronik tanpa polip nonalergi, sniffin sticks test
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.