Age–related macular degeneration (AMD) is a visual impairment in central area of the retina (macula) that tends to be progressive. In developing countries, AMD becomes the most common cause of irreversible vision loss in people aged ≥50 years. This study aimed to obtain the prevalence of AMD in Department of Opthalmology at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado from January 2013 to October 2015. This was a descriptive retrospective study using medical records of Department of Opthalmology. The results showed that there were 41 patients diagnosed as AMD. Based on sexes, AMD occured more frequent in male patients as many as 28 paients (68.3%). This disease was dominated by patients aged 61-70 years old as many as 16 patients (39%). There were 10 patients (24.4%) that had history of hypertension.Keywords: prevalence, AMD Abstrak: Age–related macular degeneration (AMD) adalah suatu gangguan penglihatan sentral retina (makula) yang bersifat progresif. Di negara berkembang AMD menjadi penyebab terbanyak hilangnya penglihatan yang ireversibel pada individu di atas 50 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi AMD di Poliklinik Mata BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 2013-Oktober 2015. Jenis penelitian ini deskriptif retrospektif dengan memanfaatkan data rekam medik di Poliklinik Mata BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Hasil penelitian memperlihatkan 41 pasien dengan diagnosis AMD. Berdasarkan jenis kelamin, AMD lebih banyak dialami oleh jenis kelamin laki-laki sebanyak 28 orang (68,3%), sedangkan untuk rentang umur didominasi oleh umur 61-70 tahun yaitu sebanyak 16 orang (39%). Terdapat 10 orang (24,4%) dengan riwayat hipertensi.Kata kunci: prevalensi, AMD
Cataract is the condition when tubidity happen to the fiber or the lens material inside the lens capsule. Lens turbidity may soon be known after the baby born or may happen between development time of the child. The prevalence of cataract in children in the world is around 15 per 10.000 cases. In developing country, child blindness due to cataract cases reach up to 1 – 4 per 10.000 cases. This study aimed to get an idea of cataract disease in children in the eye clinic of the BLU RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado in the period January 2011 – December 2013. This was a retrospective descriptive design using a medical recor. The samples in this study were children who came for treatment to the eye clinic of the BLU RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado in the period of January 2011 – December 2013 who was diagnose with cataract disorders. The results showed that from the medical records in the period of January 2011 – December 2013, there were 29 patients with cataract children. There were more male cases than females (69%). Of the 29 patients, most cataracts cases aged 10 – 14 years (37.9%). The most frequent type of cataract was the traumatic cataract (55.17%).Abstrak: Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa. Kekeruhan lensa ini dapat diketahui segera setelah bayi lahir atau dapat terjadi selama masa perkembangan anak. Prevalensi katarak pada anak di dunia sekitar 15 per 10.00 kasus. Di Negara berkembang kasus kebutaan anak akibat katarak dapat mencapai 1-4 per 10.000 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran kelainan katarak pada anak di Poliklinik Mata BLU RSU Prof. Dr. R.D. Kandou Manado periode Januari 2011 – Desember 2013. Metode Penelitian: Desain deskriptif retrospektif menggunakan catatan rekam medik. Sampel pada penelitian ini adalah anak-anak yang datang berobat ke Poliklinik Mata BLU RSU Prof. Dr.R.D. Kandou Manado pada periode Januari 2011 – Desember 2013 yang didiagnosis dengan kelainan katarak. Dari hasil catatan rekam medik pada periode Januari 2011 – Desember 2013, terdapat 29 penderita katarak anak. Penderita laki-laki lebih banyak daripada perempuan (69%). Dari 29 kasus yang paling banyak menderita katarak anak kelompok umur 10 – 14 tahun (37,9%). Jenis katarak anak yang terbanyak ialah katarak traumatic 16 penderita (55,17%).Kata kunci: katarak anak, jenis kelamin, umur, jenis katarak
The most obvious risk factors that lead to myopia is associated with a close-range activity, such as reading, writing, using the computer and playing video games. Along with the progress of the current students learning styles, students are required to seek as much information and the process of finding information easier by the existing technologies, which is the use of computers. Especially in student Informatics, computer is the main medium of learning. As with the system of Marine Science student that learn through field practice. On the other hand, commonly, students tend to perform activities at close range and supported by genetic factors that influence the incidence of myopia or nearsightedness. Objective: This study aims to determine differences in the incidence of myopia among the students of Informatics and Marine Sciences University of Sam Ratulangi. Methods: This study is analytical observational with cross-sectional approach by usingconsecutivesampling. Results: From the results of this study showed that there was no significant difference in the incidence of myopia among Informatics students and Marine Science students (P = 0.056) with the use of Z test. Conclusion:There was no significant difference in the incidence of myopia among Informatics students and Marine Science students.Keywords: myopia, students, informatics, marine sciencesAbstrak: Faktor risiko paling nyata yang menimbulkan miopia adalah berhubungan dengan aktivitas jarak dekat, seperti membaca, menulis, menggunakan komputer dan bermain video game. Seiring dengan kemajuan gaya belajar mahasiswa saat ini, mahasiswa dituntut untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya dan proses mencari informasi semakin dipermudah dengan teknologi-teknologi yang ada, salah satunya adalah dengan penggunaan komputer. Khususnya pada mahasiswa Informatika, komputer merupakan media utama belajar. Lain halnya dengan mahasiswa Ilmu Kelautan yang sistim pembelajarannya melalui praktek lapangan. Di sisi lain, pada umumnya mahasiswa zaman sekarang cenderung melakukan aktifitas jarak dekat serta ditunjang dengan faktor keturunan yang berpengaruh dalam terjadinya kejadian miopia atau rabun jauh. Tujuan:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan angka kejadian Miopia antara Mahasiswa Informatika dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi Manado.Metode:Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan pendekatan potong lintang (cross sectional) dan cara pengambilan sampel menggunakan konsekutif sampling.Hasil: Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna kejadian miopia antara Mahasiswa Informatika dan Mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan (P=0,056) dimana menggunakan uji Z. Simpulan: Tidak ada perbedaan bermakna kejadian miopia antara Mahasiswa Informatika dan Mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan.Kata kunci: miopia, mahasiswa, informatika, ilmu kelautan
Pterygium is a wing-shaped tissue growth containing blood vessels and tissues originated from conjunctiva that can spread to the cornea. Pterygium can cause astig-matism and other disorders such as chronic irritation, recurrent inflammation, double vision, impaired eye movement, and even blindness if it spreads the the central part of cornea. This study was aimed to obtain the knowledge about pterygium among fishermen in Kapitu village South Minahasa. This was a descriptive study. Respondents in this study were 50 fishermen; all were males. The results showed that 75.4% of the respondents had good knowledge about pterygium. Conclusion: Most fishermen in Kapitu village South Minahasa had good knowledge about pterygium.Keywords: knowledge about pterygium, fishermen Abstrak: Pterigium merupakan pertumbuhan jaringan berbentuk sayap yang mengandung pembuluh darah dan jaringan yang berasal dari konjungtiva dan dapat menyebar ke kornea. Pterigium dapat menyebabkan terjadinya astigmatisme serta menimbulkan gangguan lain seperti iritasi kronik, inflamasi rekuren, penglihatan ganda, serta gangguan pergerakan bola mata bahkan kebutaan bila telah mencapai bagian sentral kornea. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pengetahuan masyarakat yang bekerja sebagai nelayan tentang pterigium di Desa Kapitu, Kabupaten Minahasa Selatan. Jenis penelitian ialah deskriptif. Responden penelitian ialah masyarakat yang bekerja sebagai nelayan sebanyak 50 orang laki-laki. Hasil penelitian mendapatkan bahwa 75,4% responden memiliki pengetahuan baik mengenai pterigium. Simpulan: Sebagian besar masyarakat yang bekerja sebagai nelayan di Desa Kapitu Kabupaten Minahasa Selatan memiliki pengetahuan baik tentang pterigium.Kata kunci: pengetahuan mengenai pterigium, masyarakat nelayan
Visual impairment is defined as a functional limitation of the eye/eyes or visual system and can manifest in decreased visual acuity or contrast sensitivity, visual field loss, photophobia, visual distortion, visual perceptual difficulties, or a combination of them. Examination of the eye and vision assessment are very important to detect conditions that can cause blindness and serious systemic conditions, which cause problems in school performance, or at a more severe level, life threatening. This study aimed to obtain the occurence of refractive anomalies among junior high school students in rural areas. This was an analytical observational study with a cross-sectional design. The study was conducted in SMP I Wori (rural area) and SMP I Airmadidi (urban area). There were 60 respondents; 30 respondents of each school. Distributions of respondent genders were nearly the same for both schools; the number of females was higher than males. The majority of SMP I Airmadidi students were 11 years old (36.7%), meanwhile the majority of SMP Wori students were 13 years (50%). Most student complaints in SMP I Airmadidi were itchy eyes and drowsiness (16.7%), meanwhile in SMP I Wori was headache (18.4%). Visual impairment was found in 16.6% of students of SMP I Airmadidi, meanwhile in SMP I there was no student with refractive anomaly. Conclusion: There was no refractive anomaly found among students of rural area, however, among students of urban area myopia was the refractive anomaly found.Keywords: refractive anomalyAbstrak: Gangguan penglihatan didefinisikan sebagai suatu keterbatasan fungsional pada mata atau kedua mata atau sistem visual yang dapat bermanifestasi terhadap penurunan ketajaman penglihatan atau sensitifitas kontras, hilangnya lapangan penglihatan, photofobia, distorsi visual, kesulitan perseptual visual atau kombinasi dari semua diatas. Pemeriksaan mata dan penilaian penglihatan sangat penting untuk mendeteksi kondisi yang dapat menyebabkan kebutaan dan kondisi sistemik serius, yang memicu masalah performa di sekolah, atau pada tingkat yang lebih berat, mengancam kehidupan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kelainan refraksi pada anak SMP di daerah pedesaan. Jenis penelitian ini analitik observasional dengan desain potong lintang. Penelitian dilakukan di SMPN I Wori (daerah luar Minahasa Utara/pedesaan) dan SMPN I Airmadidi (kota Kabupaten Minahasa Utara), dan diperoleh 60 responden penelitian. Distribusi jenis kelamin responden kedua sekolah hampir sama dimana jumlah perempuan lebih banyak dari laki-laki. Usia terbanyak di SMPN I Airmadidi ialah 11 tahun (36,7%) sedangkan di SMPN Wori 13 tahun (50%). Keluhan terbanyak siswa di SMPN I Airmadidi ialah mata gatal dan rasa kantuk (16,7%), sedangkan di SMPN I Wori ialah sakit kepala (18, 4%). Gangguan penglihatan ditemukan pada responden di SMPN I Airmadidi sebanyak 16,6 % sedangkan di SMPN I tidak ditemukan kelainan visus. Simpulan: Tidak ditemukan adanya gangguan refraksi pada siswa SMP di daerah pedesaan. Kelainan refraksi miopia ditemukan pada siswa SMP di perkotaan.Kata kunci: gangguan refraksi
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.