The west part of Java sits at the transition from oblique subduction of the Australian plate under the Sunda block of the Eurasian plate along Sumatra to orthogonal convergence along central and eastern Java. This region has experienced several destructive earthquakes, the 17 July 2006 Mw 7.7 earthquake and tsunami off the coast of Pangandaran and the 2 September 2009 Mw 7 earthquake, located off the coast of Tasikmalaya. More recently, on 15 December 2017, an Mw 6.5 earthquake occurred off the coast near Pangandaran, and, on 23 January 2018, an Mw 5.9 earthquake occurred offshore Lebak, between Pelabuhan Ratu and Ujung Kulon. Ground shaking and damage occurred locally and in Jakarta on the northern coast of Java. In this study, we use the double-difference technique to relocate both mainshocks and 10 months of seismicity (228 events) following the earthquakes. The relocation result improved the mainshock locations and depth distribution of earthquakes. Moment tensor of the December 2017 event located the hypocenter at ∼108 km depth within the subducting slab. The best-fit relocation places the depth at 61 km, close to the slab interface. Aftershocks occur between 68 and 86 km depth and align along a steeper plane than slab geometry models. The January 2018 event is located at ∼46 km depth. Aftershocks form a near-vertical, pipe-like structure from the plate interface to ∼10 km depth. A burst of aftershocks immediately following the mainshock shows a shallowing upward trend at a rate of ∼2 km/hr, suggesting that a fluid pressure wave released from the oceanic crust is causing brittle failure in the overriding plate, followed by upward migration of fluids. Five months later, shallow (<25 km) seismicity collocates with background seismicity, suggesting the January 2018 event activated the Pelabuhan Ratu fault system close to the coast.
Penujaman miring antara lempeng Indo-Australia dan Eurasia memberikan pengaruh yang besar terhadap kondisi tektonik dan vulkanik di Sumatera bagian utara. Subduksi tersebut mengakibatkan terbentuknya deretan gunung api dan zona sesar yang terbentang di pulau Sumatera. Seismisitas yang tinggi di wilayah Sumatera bagian utara tidak hanya diakibatkan oleh pengaruh dari subduksi saja, namun dapat juga diakibatkan karena keberadaan sesar aktif dan aktivitas gunung api yang berada di darat pulau Sumatera. Oleh karena itu perlu dilakukan penentuan sumber gempa yang akurat dan presisi. Salah satu faktor yang mempengaruhi penentuan sumber gempa adalah model kecepatan yang digunakan. Dengan menggunakan program Simulps12 yang secara simultan menghitung kecepatan 3-D gelombang P dengan hasil relokasi gempanya, diharapkan dapat menentukan sumber gempa sesuai dengan kondisi tektonik sebenarnya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah waktu tiba gelombang P dan parameter gempa dari katalog BMKG 2009-2012 dan katalog PASSCAL Februari-Mei 1995. Penjejakan sinar gelombang menggunakan metode pseudo-bending sedangkan metode LSQR teredam digunakan dalam teknik inversinya. Hasil penelitian menunjukan bahwa gempa hasil relokasi mengalami perubahan posisi baik secara horisontal maupun secara vertikal. Beberapa gempa menunjukan perubahan jarak horisontal yang besar yaitu sekitar 40-70 km. Sedangkan secara vertikal hampir setengah data mengalami perubahan kedalaman hingga 60 km. Setelah relokasi terlihat distribusi gempa dangkal di darat lebih berimpit dengan zona sesar Sumatera. Hal ini juga mengindikasikan bahwa zona sesar Sumatera sangat aktif dimana kedalaman gempa yang terjadi tidak lebih dari 50 km.
Papua merupakan bagian dari pulau New Guinea, yang memiliki tatanan tektonik sangat komplek, dimana tektonik papua dipengaruhi 4 lempeng utama yaitu Lempeng Australia, Lempeng Pasifik, Lempeng Filipina dan Lempeng Eurasia, serta sesar lokal aktif seperti Sesar Sorong, Sesar Yapen, dan lainnya. Tatanan tektonik yang sangat komplek ini, menjadikan Papua menarik untuk dikaji lebih lanjut. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan posisi sumber gempa yang akurat sehingga didapatkan gambaran struktur bawah permukaan dengan merelokasi sumber gempa dan tomografi gelombang P menggunakan program simulPS12, yang secara simultan menghitung kecepatan 3-D gelombang P dengan hasil relokasinya. Data yang digunakan adalah katalog gempa PGR V Jayapura hasil analisa seiscomp3 dari tahun 2010 hingga 2015, dengan 19 stasiun pencatat. Hasil relokasi gempabumi memperlihatkan adanya perubahan sebesar 75%, baik secara kedalaman maupun secara lintang ataupun bujur, dengan nilai RMS mendekati 0. Sedangkan hasil tomogram pada penampang horisontal menunjukkan resolusi yang baik pada kedalaman 30 km dan 50 km, yang di indikasikan sebagai zona dengan kecepatan rendah berasosiasi dengan sesar sorong dan manokwari trench. Pada penampang vertikal didapatkan tomogram yang juga menginidikasikan zona lemah teridentifikasi sesar sorong, patahan ransiki dan manokwari trench.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.