1) Mahasiswa pada Program Studi Teknologi Hasil Perikanan FPIK Unsrat Manado 2) Staf pengajar pada Program Studi Teknologi Hasil Perikanan FPIK Unsrat Manado ABSTRAKProses pembusukan ikan dapat disebabkan oleh aktivitas enzim dalam tubuh ikan, aktivitas mikroorganisme, atau proses oksidasi lemak oleh oksigen dari udara. Oleh karena itu pentingnya tindakan proses pengolahan dan pengawetan ikan. Pengawetan ikan secara tradisional maupun semi modern berupa pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam tubuh ikan, sehingga tidak memberikan kesempatan bagi bakteri untuk berkembang biak. Berkurangnya kadar air juga akan terjadi selama proses pengeringan, sehingga makin memperpanjang daya awet ikan asin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan ikan layang yang dikeringkan dengan cara pengeringan yang berbeda yaitu yang digantung dan yang direbahkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode eksperimen. Metode eksperimen merupakan bagian dari metode kuantitatif yang dilaksanakan di Laboratorium. Adapun perlakuan yang dilakukan yaitu Rak 1, 2, 3 dan 4 dengan posisi ikan layang di gantung dan Rak 1, 2, 3 dan 4 dengan posisi ikan di rebahkan. Di ketahui bahwa Ikan layang asin yang dikeringkan selama 8 jam dalam alat pengering surya dengan perlakuan pada rak bagian atas dengan posisi ikan di gantung memiliki nilai rata-rata kadar air terendah, sedangkan nilai rata -rata organoleptik secara umum pada rak bagian terngah memiliki nilai terendah. Perubahan suhu dalam alat pengering sangat ditentukan oleh suhu lingkungan di luar dalam hal ini pengaruh sinar matahari yang menembus alat pengering surya yang digunakan. Suhu tertinggi pada siang hari yaitu pada jam 14:00 Wita atau jam 2 sore hari.Kata kunci: Layang (Decapterus sp), ikan asin, pengeringan matahari. PENDAHULUANIkan merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat, mudah didapat, dan harganya murah. Namun hasil perikanan merupakan komoditas yang mudah mengalami proses kemunduran mutu dan pembusukan, di mana hal ini terjadi setelah ikan di tangkap. Dengan demikian perlu penanganan yang cepat, tepat dan benar untuk menjaga kualitasnya sebelum dipasarkan dan sampai ke tangan konsumen, maka perlu adanya pengawetan untuk memperpanjang daya awet.Proses pengolahan dan pengawetan ikan merupakan salah satu bagian penting dari mata rantai industri perikanan. Tanpa adanya kedua proses tersebut, peningkatan produksi ikan yang telah dicapai selama ini akan sia-sia, karena tidak semua produk perikanan dapat dimanfaatkan oleh kosumen dalam keadaan baik. Pengawetan ikan secara tradisional bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam tubuh ikan, sehingga tidak memberikan kesempatan bagi bakteri untuk berkembang biak. Untuk mendapatkan hasil awetan yang bermutu tinggi diperlukan perlakuan yang baik selama proses pengawetan seperti : menjaga kebersihan bahan dan alat yang digunakan, menggunakan ikan yang masih segar serta garam yang bersih. Ada bermacam-macam pengawetan ikan, antara lain dengan cara : penggaraman, pengeringa...
Penyuluhan, pelatihan, pendampingan dan evaluasi teknik handling ikan mas hidup system kering kepada masyarakat perikanan di pedesaan telah dilakukan Teknik pemingsanan yang diaplikasikan ialah dengan suhu 8°C dan 8°C + 0,02 % minyak cengkeh. Dilanjutkan dengan penyimpanan dilakukan pada media sekam padi dingin dengan suhu 10-15°C. Pekerjaan selanjutnya ialah penyadaran ikan. Ikan disadarkan pada air habitat dilengkapi dengan aerator kapasitas 3 volt dan kemudian dilanjutkan dengan menghitung tingkat mortalitas ikan.
ABSTRAKPada umumnya nelayan atau pengusaha ikan melakukan pengeringan ikan secara tradisional yaitu dengan memanfaatkan tenaga surya secara langsung. Pengeringan cara ini biasanya dilakukan dengan meletakkan produk di atas tikar, hamparan lantai semen atau anyaman bambu dan ditempatkan di bawah sinar matahari.Kondisi tersebut di atas menimbulkan gagasan untuk merancang dan membuat alat pengering ikan tipe Efek Rumah Kaca (ERK)-hybrid, yang dapat memanfaatkan panas dari tenaga surya dan dapat menggunakan sumber energi lainnya seperti kompor. Alat pengering ini bisa digunakan untuk jangka waktu yang lama, karena menggunakan bahan alumunium sebagai bahan dasar, sehingga mudah dibersihkan dan mudah dalam penyimpanan. Dengan bobot alat yang ringan, dimensi panjang dan lebar hanya 80 cm x 80 cm x 188.2 cm, alat ini tidak memerlukan ruang yang besar jika disimpan, Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yaitu suatu bentuk penelitian yang dilakukan dengan cara mengubah suatu keadaan untuk melihat kejadian yang timbul akibat dari perubahan itu. Dalam perancangan dan pembuatan 1 (satu) unit alat pengering tenaga surya sistem bongkar-pasang ini membutuhkan biaya sebesar Rp. 3.853.500,-dengan daya tampung maksimal 15-16 Kg. Capaian suhu maksimal dalam alat pengering sampai 50°C dengan suhu luar maksimal 38°C. Pada pengeringan ikan selama 14 jam dengan suhu rata-rata 45°C dapat menurunkan kadar air ikan sampai 37°C dan dengan nilai organoleptik >7. Hal ini sesuai dengan SNI yaitu kadar air maksimal 40% dan nilai organoleptik minimal 7.Kata kunci: Pengolahan, suhu, desain, daya awet, biaya, alat pengering ikan, alumunium.
1) Mahasiswa pada Program Studi Teknologi Hasil Perikanan FPIK Unsrat Manado 2) Staf pengajar pada Program Studi Teknologi Hasil Perikanan FPIK Unsrat Manado ABSTRACTThe research of Tilapia fish handling (Oreochromis niloticus) by using ice as a preservative has been done. Immortalization fish is one way of handling technique by using low temperature that is cooling to be applied for live fish transportation, so that fish do not stress during transportation and also can press load weight to be lighter than wetland system transpotation that use w ater, by returning the fish to its habitat pool with the help of sufficient aeration in order for the fish to regain consciousness and to calculate the mortality rate of the storage. The optimum time for immortalization tilapia fish is at 8°C in 8.19 minutes at 2 hours storage. The media used in this research is rice husks. For re -awareness, the optimum time is 48 seconds in 2 hours storage period was obtained. Storage temperature in ±14 -16°C obtained the best mortality rate because until the storage of 6 hours, mortality rate only in 20.8% level, but until the maximum storage has reached 87.5% in 8 hours storage. Compared with storage in temperature ±10-12°C at 6 hours storage, the mortality has reached 50% and at maximum storage 8 hours mortality rate has reached 100%. ABSTRAKPenelitian mengenai penanganan ikan Nila (Oreochromis niloticus) hidup dengan menggunakan es sebagai pengawet telah dilakukan. Pemingsanan ikan merupakan salah satu cara teknik handling dengan menggunakan suhu rendah yaitu pendinginan untuk diaplikasikan pada transportasi ikan hidup agar ikan tidak mengalamai stress selama transportasi dan juga dapat menekan berat beban agar lebih ringan dibandingkan dengan transpotasi sistem basah yang menggunakan air, setelah dipingsankan ikan kembali disadarkan dengan mengembalikan ikan ke kolam air habitatnya dengan dibantu aerasi yang cukup agar ikan kembali sadar dan dapat dihitung tingkat mortalitas dari penyimpanan tersebut. Waktu optimum untuk pemingsanan ikan nila pada suhu 8°C adalah 8,19 menit pada penyimpanan 2 jam. Media yang digunakan pada penelitian ini ialah sekam padi. Untuk penyadaran kembali, didapatkan waktu optimum 48 detik pada lama penyimpanan 2 jam. Pada penyimpanan suhu ±14-16°C didapat tingkat mortalitas terbaik karena sampai penyimpanan 6 jam tingkat motalitasnya 20,8%, namun sampai penyimpanan maksimum sudah mencapai 87,5% yaitu di penyimpanan 8 jam. Dibandingkan dengan suhu penyimpanan ±10-12°C pada penyimpanan 6 jam mortalitasnya sudah mencapai 50% dan pada penyimpanan maksimal 8 jam tingkat mortalitasnya sudah mencapai 100%.
The purpose of this research is to determine the quality of the smoked mackerel tuna (Euthynnus affinis) processed with liquid smoke from nutmeg shell at various concentration (6, 8 or 10%) by drying for 6 hours or 8 hours. The tested parameters tested were moisture content, pH, organoleptic and texture. The lowest water content (36.25) and pH value (5.5) was obtained from a smoked fish that was dried for 8 hours using 10% liquid smoke. The organoleptic results of taste and smell indicated that the panelists preferred smoked fish which was made with 6% concentration of liquid smoke and dried for 6 hours. Keyword: Mackerel tuna, liquid smoke, nutmeg shell. Ikan tonggkol (Euthynnus affinis) adalah salah satu jenis ikan yang banyak terdapat di perairan Indonesia terlebih khusus di daerah Sulawesi Utara. Pengolahan ikan menggunakan asap cair memiliki beberapa kelebihan antara lain, mudah diterapkan dan praktis penggunaannya polusi ke lingkungan dapat diperkecil dan yang paling penting senyawa karsinogen yang terbentuk dapat dieliminasi. Asap cair cangkang Pala dapat dijadikan solusi. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui penggunaan asap cair cangkang Pala dengan konsentrasi 6, 8, 10% terhadap mutu ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap. Manfaat yang di peroleh dari penelitian ini ialah mengetahui penggunaan asap cair dari cangkang pala yang direndam pada ikan tongkol dengan konsentrasi berbeda-beda, dengan perlakuan perendaman pada konsentrasi 6, 8, 10% dengan pengeringan selama 6 jam dan pengeringan selama 8 jam. Dengan parameter uji Kadar air, pH, Organoleptik dan Tekstur. Hasil yang diperoleh dari ikan tongkol asap cair cangkang pala konsentrasi 6, 8, 10%. Kadar air dengan pengeringan selama 6 jam memiliki kadar air tertinggi kosentrasi 6%, 44,75%. 8%, 38,75%. 10%, 36,25%. Dan pengeringan selama 8 jam memiliki kadar air terendah. Hasil pH dari ikan tongkol asap cair cangkang Pala dengan konsentrasi 6%, 8%, 10%. Dengan pengeringan selama 6 jam memiliki nilai tertinggi yaitu konsentrasi 6%, 5,76. 8%, 5,65. 10%, 5,61. dan pengeringan selama 8 jam memiliki nilai terendah. Organoleptik kenampakan setelah dari uji direngking diperoleh konsentrasi 10% yang dikeringkan 6 jam memiliki nilai tertinggi yaitu 66,5 Untuk organoleptik bau setelah di uji rengking konsentrasi 6% dikeringkan selama 6 jam memiliki nilai tertinggi yaitu 59,5. Organoleptik rasa setelah dari uji rengking dengan konsentrasi 6% dengan lama pengeringan 6 jam memiliki nilai tertinggi 75,5. Dan untuk tekstur dimana konsentrasi 10 % dengan pengeringan 8 jam memiliki nilai terendah 0,28 dari konsentrasi lainnya. Kata Kunci: Ikan tongkol, asap cair, cangkang pala.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.