Penambahan peluang kerja tidak sebanding dengan peningkatan jumlah tenaga kerja dari waktu ke waktu. Untuk mendapatkan tenaga kerja yang berkualitas, perusahaan biasanya menggunakan sistem seleksi yang ketat, sehingga dapat membedakan kesiapan para kandidat, utamanya yang baru saja menyelesaikan pendidikannya untuk bekerja secara formal. Kesiapan Kerja adalah dimilikinya keahlian, pengetahuan, dan sikap dasar, serta pemahaman praktis yang memungkinkan lulusan memberikan kontribusi produktif bagi tujuan organisasi. Kesiapan Kerja dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Salah satu faktor internal yang berperan adalah Modal Psikologis. Modal Psikologis adalah keadaan psikologis yang positif pada diri individu yang ditandai dengan self- efficacy, optimisme, harapan, dan resiliensi. Sedangkan salah satu faktor eksternal yang berperan adalah Dukungan Organisasi, yaitu persepsi karyawan terhadap sejauh mana organisasi memberi nilai positif terhadap kontribusi mereka serta peduli terhadap kesejahteraan mereka. Dukungan Organisasi telah ditemukan memiliki konsekuensi penting terhadap kinerja dan kesejahteraan karyawan. Suatu organisasi yang siap dalam memberikan imbalan terhadap usaha kerja karyawan dan memenuhi kebutuhan sosio-emosional akan meningkatkan komitmen karyawan dalam bekerja. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Data diambil dengan menyebarkan kuesioner Work Readiness, Survey of Perceived Organizational Support, dan Psychological Capital pada mahasiswa peserta program internship di Perguruan Tinggi X, Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Modal Psikologis dan Dukungan Organisasi memiliki kontribusi yang signifikan terhadap Kesiapan Kerja (F= 14.349, p< 0,000). The increase in employment opportunities is not proportional to the increase in the number of workers over time. To acquire high quality workforce, companies use a strict selection system in order to distinguish the readiness of candidates, especially those who have just completed their education to work formally. Work Readiness is the possession of basic skills, knowledge and attitudes, as well as practical understanding that enable graduates to productively contribute to organizational goals. Work Readiness can be influenced by two factors, namely internal and external factors. One such internal factor is Psychological Capital. Psychological Capital is a positive psychological state within an individual that is characterized by self-efficacy, optimism, hope, and resilience. Meanwhile, one of the external factors is Organizational Support that is employee perception of the extent to which the organization gives a positive value to their contribution and care for their well-being. Organizational support has been found to possess important consequences on employee performance and welfare. An organization that is ready to reward employees' work effort and meet their socio-emotional needs will increase employees’ work commitment. This research is a quantitative research. Data were taken by distributing the Work Readiness, Survey of Perceived Organizational Support, and Psychological Capital questionnaires to students participating in the internship program at X University, Jakarta. The result of this study indicates that Psychological Capital and Organizational Support significantly contribute to Work Readiness (F = 14,349, p <0,000).
The COVID-19 pandemic has brought many changes to the world of education, including among teachers of Children with Special Needs (ABK). In addition to the fear of the spread of COVID-19 which is increasing every day, ABK teachers are faced with conditions that force them to make difficult adjustments. Most teachers with special needs complain that there are many challenges, namely the lack of training and application of online learning, especially during teaching where the teacher communicates with hand and mouth movements, often the movements are late in the video so that the special needs children often misunderstand which can lead to difficulties in teaching. In addition, the daily activities of teachers also face a big challenge in doing work from home with limited or inadequate facilities and distractions of family members who are around them. This creates potential stress for ABK teachers. For this reason, stress management and time management are an effort of the Tarumanagara University Community Service (PKM) team given to ABK teachers. The targets of this PKM are ABK teachers from five special schools (SLB), namely SLB A in Yogyakarta, SLB B in Ambon, SLB C in Batu Bara, SLB D in Batam, and SLB E in East Kalimantan. During the implementation of psychoeducation, the pre-test and post-test methods were given to 24 ABK teachers. The measuring instrument used in the test is The Perceived Stress Scale (PSS), 10 items made by Sheldon Cohen (1983) and the time management measurement tool is the Time Management Questionnaire (TMQ), 11 items made by Britton and Tesser (1991). The results show that the stress level of ABK teachers is at a low level, while time management is at a high level. Furthermore, there was an increase in the stress level of ABK teachers and there was a decrease in the level of time management of ABK teachers during the pre-test and post-test.Pandemi COVID-19 membawa banyak perubahan terhadap dunia pendidikan, termasuk di kalangan guru Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Di samping ketakutan akan penularan COVID-19 yang meningkat setiap hari, para guru ABK dihadapkan dengan kondisi yang memaksa mereka untuk melakukan penyesuaian yang tidak mudah. Kebanyakan guru ABK mengeluh banyak tantangan yakni kurang pelatihan dan penerapan pembelajaran online,khusus pada saat pengajaran berlangsung dimana guru berkomunikasi dengan gerakan tangan dan mulut, sering gerakannya terlambat dalam video sehingga ABK sering salah mengerti yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam mengajar. Selain itu aktivitas para guru sehari-hari juga mendapat tantangan yang besar melakukan work from home dengan fasilitas yang terbatas atau kurang memadai, dan distraksi anggota keluarga yang berada di sekitarnya. Hal ini menimbulkan potensi stres terhadap guru ABK. Untuk itu, manajemen stres dan manajemen waktu menjadi sebuah upaya tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Universitas Tarumanagara yang diberikan kepada para guru ABK. Target sasaran PKM ini adalah guru ABK yang berasal dari lima Sekolah Luar Biasa (SLB) yaitu SLB A di Yogyakarta, SLB B di Ambon, SLB C di Batu Bara, SLB D di Batam, dan SLB E di Kalimantan Timur. Saat pelaksanaan psikoedukasi, metode pre-test dan post-test diberikan kepada 24 guru ABK. Alat ukur yang dipakai pada test tersebut adalah The Perceived Stress Scale (PSS), 10 butir yang dibuat oleh Sheldon Cohen (1983) dan alat ukur manajemen waktu adalah Time Management Questionnaire (TMQ), 11 butir yang dibuat Britton dan Tesser (1991). Hasil menunjukan stres yang dimiliki guru ABK berada pada tingkat rendah, sementara manajemen waktu berada pada tingkat yang tinggi. Selanjutnya, terdapat peningkatan pada tingkat stres guru ABK dan terdapat penurunan pada tingkat manajemen waktu guru ABK selama pre tes dan pos tes.
Adolescence is a transitional period from the development of children to adults. At this stage of development, selecting a university course is a difficult task for students because they are still unsure about their own identity. Many of them still like to try out and follow what their friends do. The choice of university course is very important because it determines the continuity of the students’ studies in the university. Currently, SK High School does not have a psychologist in helping the students to understand their own aptitude and interest. Hence, a community service activity based on aptitude and interest test was carried out and conducted by a group of lecturers from Faculty of Psychology Universitas Tarumanagara (who are also psychologists). This aptitude and interest test was attended by 20 high school students of class XII and they completed five tests (Culture Fair Intelligence Test; Tes Administrasi, Keuangan, dan Dagang; Rothwell Miller Interest Blank; Pemeriksaan Teknik Pasti; Tes House Tree Person) to measure three aspects (intelligence, aptitude, and interest). Results were shown in the report format, consisting of description of the three aspects; a summary of students’ strengths, weaknesses, and suggestions for improvements; and recommendation university course. This report can be used by students, parents, and the school as a reference to assist students in selecting the most appropriate university courseABSTRAK:Masa remaja merupakan masa peralihan dari tahap perkembangan anak-anak menjadi dewasa. Di tahap perkembangan ini, pemilihan jurusan menjadi hal yang sulit bagi para siswa karena mereka masih belum memiliki ketetapan mengenai jati diri mereka sendiri. Banyak di antara mereka yang masih suka coba-coba dan ikut-ikutan teman. Pemilihan jurusan di perguruan tinggi sendiri merupakan hal yang sangat penting karena akan menentukan kelangsungan studi para siswa di perguruan tinggi. Sekarang ini Sekolah Menengah Atas (SMA) SK tidak memiliki psikolog yang dapat membantu para siswa untuk memberikan gambaran mengenai minat-bakat mereka. Oleh karena itu, kegiatan pengabdian kepada masyarakat berbasis penelusuran bakat-minat dilaksanakan dan dilakukan oleh dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara yang juga berprofesi sebagai psikolog. Tes bakat dan minat diikuti oleh 20 siswa SMA kelas XII dan mereka menyelesaikan lima tes (Culture Fair Intelligence Test; Tes Administrasi, Keuangan, dan Dagang; Rothwell Miller Interest Blank; Pemeriksaan Teknik Pasti; serta Tes House Tree Person) untuk mengukur tiga aspek yaitu inteligensi, minat dan bakat. Hasil ditunjukkan dalam bentuk laporan yang terdiri dari gambaran pada ketiga aspek tersebut; ringkasan singkat mengenai kekuatan, kelemahan, dan saran peningkatan untuk mahasiswa tersebut; dan rekomendasi jurusan di perguruan tinggi. Laporan dapat digunakan oleh siswa, orang tua, dan pihak sekolah sebagai referensi untuk membantu para mahasiswa dalam memilih jurusan di penguruan tinggi.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.