KARO'S LOCAL WISDOM: THE USE OF WOODY PLANTS FOR TRADITIONAL DIABETICMEDICINES. This paper identifies the plant species used traditionally by Karo people in North Sumatra, to cure diabetes, analyses the cultural significance index of those plants for the Karo, and clarifies phytochemical contents of the plants. Data were collected using survey method from selected respondents (n=54) based on their knowledge and practices in utilising medicinal plants to cure diabetic disease. Index of Cultural Significance (ICS) of plants was determined using the method proposed by Turner. Results showed that twelve woody plant species have been used to cure diabetes: loning leave (Psychotria sp.), kacihe leave (Prunus accuminta Hook), umbrella tree leave (Maesopsis eminii Engl), mutamba leave (Guazuma ulmifolia Lamk), cepcepan leave (Villebrunea subescens Blume), pirdot/cepcepan lembu leave (Saurauia vulcani Korth), raru bark (Cotylelobium melanoxylo), breadfruit leave (Artocarpus altilis), salam leave (Syzygium polyanthum Wight), mahogany seed (Swietenia mahagoni (L.) Jacq), cinnamon bark (Cinnamomum burmani), and yellow bamboo rod (Bambusa vulgaris Schrad). Five of those plants: loning, umbrella tree, mutamba, raru and salam have the highest cultural significance level. These five plants are highly needed in large quatities by the Karo people, so their availability in the forest should be securely conserved and protected. The plants used contained alkaloids, flavonoids, phenolics and terpenoids which can help to lower blood sugar level.Keywords: Ethnobotany, Karo ethnic, diabetic medicines, Index of Cultural Significance (ICS), phytochemical KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT KARO: PENGGUNAAN TANAMAN BERKAYU UNTUK OBAT TRADISONALPENYAKIT DIABETES. Tulisan ini mengidentifikasi jenis-jenis tanaman yang digunakan oleh masyarakat Karo secara tradisional di Sumatara Utara, Indonesia, untuk mengobati diabetes. Jenis-jenis tanaman tersebut dianalisis indeks kepentingan budayanya (ICS) dan diklarifikasi kandungan fitokimianya. Metode survey digunakan dengan responden terpilih (n-54) berdasarkan pengetahuan mereka dalam memanfaatkan obat-obat tradisional untuk diabetes. Indeks kepentingan budaya (ICS) dari masing-masing tanaman diukur menggunakan metode yang dipakai oleh
Aek Nauli Special Purpose Forest (KHDTK) that is located around Lake Toba is currently being developed to conserve Sumatran elephants through ecotourism. This study aimed to examine stakeholders' perception on the development of elephant ecotourism, analyze the correlation of respondents' socioeconomic characteristic toward perception, and recommend the development of Elephant Conservation Center at KHDTK Aek Nauli. The study was conducted by using quantitative deductive approach through survey data collection method. Data were analyzed using frequency analysis and Spearman's rank correlation. Overall, the results showed that stakeholders gave a high perception on the development of the Elephant Centre (2.44 out of a maximum score of 3.00) with the highest perception as follows: tourism, education, economics, and conservation aspects respectively. The entrepreneurs group gave the highest perception since the elephant conservation center potentially to attract tourist to visit Lake Toba, on the other hand, communities and visitors gave the lower perceptions because the area is still new and community involvement is still limited. Spearman rank analysis between respondents' socioeconomic characteristic and level of perception showed that education and income levels influenced the perception with a moderate coefficient. However, for the level of age, the coefficient was very low. This research is important to increase the synergy and participation of stakeholders to the project.
Isu pangan adalah isu global yang sangat penting dalam mendukung tujuan pembangunan yang berkelanjutan/sustainable development goals(SDGs) pada tujuan kedua yaitu zero hunger. Penelitian ini sangat penting dalam rangka mendukung kegiatan swasembada pangan/daging nasional di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguraikan dan mengkaji potensi dan peluang hutan tanaman industri (IUPHHK-HTI) dalam mendukung program swasembada daging nasional. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dan dianalisis secara kualitatif. Data penelitian ini diperoleh dari data sekunder yang bersumber dari instansi dan studi pustaka yang terkait dengan topik penelitian ini. Pengolahan data dilakukan setelah data sekunder diperoleh dengan cara mentabulasikannya dan menguraikan sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian dilaksanakan pada Bulan Oktober 2019 dengan sifat desk study. Hasil dari studi ini adalah penerapan swasembada daging (sapi) nasional dengan konsep silvopastura sangat potensial untuk diterapkan di areal hutan tanaman industri (IUPHHK-HTI) dari aspek ekonomi (meningkatkan pendapatan/ekonomi masyarakat), aspek luasan (kecenderunganpeningkatan luasan hutan tanaman industri) yang sangat potensial dipadukan dengan ternak (sapi) karena adanya hubungan mutualisme dan aspek pendanaan (potensi pemanfaatan dana CSR) dari perusahaan yang bergerak di IUPHHK-HTI. Sektor kehutanan dalam hal ini IUPHHK-HTI sangat potensial dalam mendukung swasembada pangan/daging dengan konsep silvopastura dan sebaiknya dipertimbangan untuk dikembangkan di IUPHHK-HTI terutama milik pemerintah untuk selanjutnya dikembangkan ke yang lebih luas. Kementerian LHK harus lebih lebih serius lagi dalam mengelola wanaternak dengan melibatkan stakeholderyang terlibat, meningkatkan peran Unit Manajemen IUPHHK-HTI dengan skema kemitraan dengan masyarakat, mendorong kegiatan CSR ke usaha-usaha produktif dan berdampak ganda, dan pemberian insentif bagi pemegang ijin IUPHHK-HTI yang sukses melaksanakan wanaternak atau silvopastura. Kata kunci: IUPHHK-HTI, pangan, swasembada, daging, potensi
Dari aspek ekowisata, KHDTK Aek Nauli sangat potensial untuk dikembangkan sebagai pintu gerbang ke kawasan wisata Danau Toba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai ekonomi KHDTK dan sekaligus biaya kunjungan ke KHDTK Aek Nauli. Lokasi penelitian adalah KHDTK Aek Nauli terletak di Desa Sibaganding, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Estimasi nilai ekonomi jasa lingkungan KHDTK Aek Nauli dilaksanakan dengan biaya perjalanan (Travel Cost Method). Data dikumpulkan dari 73 orang responden yang terdiri dari kelompok pelajar tingkat SMP, SMA, mahasiswa dan guru-guru. Nilai ekonomi dari Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus Aek Nauli berdasarkan data kunjungan pada tahun 2017 adalah sebesar Rp. 4.073.628.200,- per tahun. Sementara biaya per kunjungan menurut zonasi adalah berkisar Rp. 31.084 hingga Rp.141.072 per kunjungan/orang/hari dengan jarak lokasi berkisar 35-92 km dari KHDTK Aek Nauli. Penelitian ini menyarankan agar manajemen KHDTK Aek Nauli perlu mengkaji tarif masuk ke kawasan KHDTK yang saat ini sangat rendah untuk mengantisipasi dampak eksternalitas dan kerusakan lingkungan akibat kegiatan manusia yang semakin besar di dalam kawasan hutan. Kata kunci: Nilai ekonomi, KHDTK Aek Nauli, TCM, pengunjung
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.