Scabies masih menjadi masalah kesehatan dan menjadi salah satu penyakit yang sering terjadi di lingkungan pondok pesantren. Beberapa penelitian sebelumnya telah membahas faktor risiko scabies pada pondok pesantren, rumah sakit, dan wilayah kerja sebuah puskesmas, tetapi belum ada yang menganalisis faktor risiko scabies pada beberapa pondok pesantren sekaligus, oleh karena itu peneliti ingin mengetahui faktor risiko skabies di pondok pesantren konvensional dan modern. Penelitian merupakan observasional analitik dengan desain case control, teknik simple random sampling. Penelitian menggunakan data primer berupa quesioner dan pemeriksaan untuk menentukan diagnosis scabies. Analisis menggunakan uji chi square. Dari 190 sampel di dapatkan hasil usia 5,5 kali meningkatkan risiko terjadinya scabies (OR=5.531; 95% CI=2.214 - 13.822), kebersihan kulit 2,7 kali meningktakan risiko terjadinya scabies (OR=2.715; 95%=1.223 - 6.027), kebersihan tangan 2,5 kali meningkatkan risiko terjadinya scabies (OR=2.499, 95%=1.296 - 4.812), kebersihan tempat tidur 3,5 kali meningkatkan risiko terjadinya scabies (OR=3.519; 95%=1.538 - 8.052). Faktor berganti pakaian, berganti alat sholat, kebersihan pakaian, dan kebersihan handuk tidak signifikan meningktakan risiko terjadinya scabies.
Latar Belakang :Dermatitis seboroik terjadi pada setengah populasi global remaja dan pasca-pubertas. Dermatitis seboroik menjadi salah satu masalah pada pengguna hijab, oleh karena itu peneliti ingin mengetahui perilaku perawatan rambut terhadap kejadian dermatitis seboroik pada siswi SMA Muhammadiyah 1 Semarang.Metode : Penelitian ini merupakan observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan rumus slovin dengan teknik simpel random sampling. Populasi sampel merupakan Siswi SMA Muhammadiyah 1 Semarang kelas 2 dan kelas 3 dengan kriteria inklusi siswi yang konsisten menggunakan hijab selama berada di sekolah dan di kehidupan sehari - hari , siswi berusia 15 - 17 tahun, sedangkan kriteria ekslusi meliputi siswi yang menderita penyakit kulit bagian kepala seperti Tinea Capitis, Psoriasis, Alopecia Areata, dan Pedikulosis, serta siswi yang pernah mengalami post trauma pada kepala(Trikotilomania, Alopecia dan siswi yang mengalami post operasi pada kepala. Data penelitian menggunakan data primer dengan pemeriksaan fisik menggunakan loop dan wawancara dengan kuesioner.Uji statistik penelitian menggunakan uji chi-square dan regresi logistik.Hasil : Dari 66 siswi, didapatkan hasil bahwa 84,8% (50 siswi) mengalami dermatitis seboroik. Pengunaan handuk (p=0,016; ß=3,429), frekuensi mengganti handuk (p0,022; ß=2,678), dan cara menyimpan handuk(p=0,018; ß=2,829) berpengaruh pada kejadian dermatitis seboroikSimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku perawatan rambut terhadap dermatitis seboroik pada siswi SMA Muhammadiyah 1 Semarang.Kata kunci: dermatitis seboroik, higiene perorangan, perilaku perawatan rambut, tempat penyimpanan hijab.
The prevalence of scabies in children is still high in Indonesia, especially in children who live in dormitories such as Islamic boarding schools. Rise of modern boarding school that is claimed to be better than conventional boarding school makes researchers moved to find out whether there are differences in the occurrence of scabies in conventional boarding school and modern boarding school. This study is a descriptive observational study. The sample used was 95 respondents in each boarding schools that obtained by a simple random sampling technique. Research data were collected in the form of questionnaires and examination of the diagnosis of scabies using a dermoscope. The data was analyzed using data tabulation. From 190 respondents, most of the samples were in the age range of 14-16 years (46.8%). Scabies occurred in conventional boarding school were 35.3% (46 respondents), and 9.8% (5 respondents) occurred in modern boarding school. It can be concluded that the occurrence of scabies in modern boarding school is less than in conventional boarding school.
Latar Belakang: Sampai saat ini nyamuk masih menjadi salah satu vektor penyakit pada manusia. Secara geografis, Indonesia merupakan wilayah yang baik sebagai lokasi perkembangbiakan nyamuk. Beberapa penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk masih terjadi di Provinsi Jambi, khususnya Kabupaten Tebo. Penelitian ini bertujuan mengetahui sebaran nyamuk di Betung Bedarah, Kabupaten Tebo, Provinsi JambiMetode: Kegiatan merupakan survey lapangan dalam mengidentifikasi sebaran nyamuk di Betung Bedarah, Kabupaten Tebo. Penangkapan nyamuk dilakukan menggunakan metode human landing collection dan resting collection.Hasil: Dari 64 nyamuk yang tertangkap, sebaran nyamuk menujukkan 43,75% merupakan nyamuk Armigeres, 25% nyamuk Anopheles, 17,19% nyamuk Culex, dan 14,06% nyamuk Mansonia. Puncak angka kepadatan nyamuk per orang per jam (MHD) tertinggi pada jam 20.00-21.00 WIB.Kesimpulan: Sebaran nyamuk sebagai vektor penyakit di Betung Bedarah, Kabupaten Tebo tertinggi adalah Anopheles.
Ketoconazole has long been used as an antifungal therapy. One of fungi that causes dandruff is P.ovale. Bitter melon fruit contains antioxidants which can be used as an antifungal. The similarity of antifungal between bitter melon fruit and ketoconazole, made the researchers want to compare the effectiveness of bitter melon fruit extract with 2% ketoconazole in inhibiting P. ovale growth. A laboratory experiment study with Post-test only controls group design, at Microbiology Laboratory, Medical Faculty of Universitas Muhammadiyah Semarang using P.ovale pure isolates. Determination of sample size is done using two proportions formula. Determination of whether or not P.ovale is done macroscopically and microscopically. Sample analysis using the chi-square test. From 30 media given 100% bitter melon extract, 66.7% results did not found in P.ovale growth (20 plates). While 30 media were given 2% ketoconazole, 56.7% did not find P.ovale growth (17 plates). Chi-square test showed p = 0.595 which means there was no difference in effectiveness between giving 100% bitter melon fruit extract and 2% ketoconazole to inhibit P. ovale growth. The effectiveness of 100% bitter melon fruit (Momordica charantia L.) extract equal to 2% ketoconazole in inhibiting P.ovale in vitro growth.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.