Meistera chinensis is one of the new generations of the Zingiberaceae family. Zingiberaceae have a large number of species and still need research to reveal their chemical content. Meistera chinensis, a local plant that is widespread in Konawe Regency, Southeast Sulawesi. Empirically, M. chinensis is used as a flavor enhancer in food, aches, and increases body immunity. There are no reports of chemical content or its biological activity. In this study, the fruit was tested for phytochemicals, antioxidants using the ABTS test, total phenolic, total flavonoid content, and toxicity test with BSLT. Meistera chinensis was extracted with ethanol and fractionated by ethyl acetate solvent use vacuum liquid chromatography. Phytochemical screening was carried out qualitatively by using the calorimetric method. The fraction toxicity was monitored by a lethal test for brine shrimp (BSLT). These fractions for the ABTS method obtained fractions 1-8 (F1-F8) and ascorbic acid were used as controls. The results showed radical scavenging activities fraction of M. chinensis fruit was a very strong activity with IC50 of 42.7±3.53 mg/L (F8). The total phenolic and flavonoid contents were 30.72±1.07 mgGAE/g and 8.02±0.48 mgQE/g, respectively. The phytochemical evaluation contains terpenoids, saponins, phenolics, steroids, alkaloids, and flavonoids. The BSLT toxicity test was found to be very toxic with IC50 of 5.20±0.72 mg/L. These findings indicate that the fruit of M. chinensis acts as an antioxidant and toxicity agent.
Acne is the condition of abnormal skin which is indicated by inflammation caused by the bacterial infection of Propionibacterium acnes. The natural one which can be used for the medical treatment of acne is the snail mucus (Achatina fulica). The achasin protein of it has antibacterial activity. That snail mucus was made to the emulgel form. This research has used an experimental method and the emulgel formulation used the various concentration of emulsifying agents and the gelling agent. They were Tween 80 1.76%, 2.44%, 3.12%, Span 80 2.24%, 4.06%, 5.88% and HPMC 3.5%, 4.5%, 5.5%. Other additives were propylene glycol, Methylparaben, Propylparaben, paraffin liquid, menthol, and aquadest. Those formulations were tested in physical evaluation during 4 weeks of storage in room temperature, irritation test, hedonic test, and cycling test. The organoleptic test showed that the emulgel were the milk-white color with a distinctive smell. All emulgel were homogenous, non-irritant, with emulsion type oil in water (o/w). This emulgel also met the normal skin of pH value and spread ability�s range. The emulgel viscosity shift was < 10%, with the viscosity value inversely proportional to spreadability. Formula C with 3.12% of Tween 80, 5.88% of Span 80 and 5.5% of HPMC was claimed as the most stable formula both in room temperature and after cycling test. It was also the most preferred by the panelist.
Latar Belakang : Cabai rawit (Capsicum frutescents L) adalah salah satu tanaman yang mengandung senyawa kimia diantaranya saponin, alkaloid, terpenoid, kuinon dan flavanoid. Senyawa saponin dan flavanoid pada daun cabai rawit memiliki peranan untuk memacu pertumbuhan rambut. Saponin merupakan senyawa yang mampu menstimulasi pertumbuhan rambut dengan meningkatkan sirkulasi darah perifer sehingga mampu memacu pertumbuhan rambut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dan konsentrasi optimum ekstrak daun cabai rawit terhadap pertumbuhan rambut pada kelinci (Oryctolagus cuniculus) Metode : Jenis penelitian ialah eksperimental dengan analisis data secara Rancangan Acak Lengkap (RAL). Sampel diolah dengan metode maserasi dengan pelarut etanol 96% dan dibuat variasi konsentrasi 5%, 10%, dan 20% . Nature ekstrak lidah buaya digunakan sebagai kontrol positif. Perlakuan diberikan terhadap hewan coba kelinci setiap hari dengan dosis 2 kali sehari selama 18 hari. Hasil : Berdasarkan hasil penelitian menggunakan analisis ANOVA diperoleh F hitung (8,524799) > F tabel (2,76). Hasil ini menunjukkan ekstrak daun cabai rawit memberikan efek pertumbuhan rambut yang sangat signifikan pada konsentrasi 5%, 10% dan 20% dengan konsentrasi optimum pertumbuhan rambut adalah 20%. Kesimpulan : Ekstrak daun cabai rawit dengan variasi konsentrasi 5%, 10% dan 20% mempunyai efek mempercepat proses pertumbuhan rambut dengan konsetrasi optimum yaitu 20%
Swamedikasi adalah pengobatan dilakukan oleh masyarakat tanpa menggunakan resep dokter. Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) menunjukkan lebih dari 66% masyarakat melakukan pengobatan sendiri (swamedikasi). Siswa (i) SMA merupakan kelompok masyarakat yang masih labil dan mempunyai pengetahuan yang terbatas dalam menggunakan obat. Metode Cara Belajar Insan Aktif (CBIA) adalah model edukasi pemberdayaan siswa agar lebih terampil memilih obat sehingga swamedikasi menjadi lebih efektif, aman, dan hemat biaya. Tujuan kegiatan ialah untuk mengetahui peningkatan pengetahuan siswa (i) SMA Neg.1 Kendari tentang swamedikasi dengan metode CBIA. Kegiatan dilakukan di SMA Negeri 1 Kendari pada bulan April 2017 dengan desain pra-experimental one-group pretest-posttest. Kegiatan menggunakan kuesioner dengan analisis data menggunakan uji T-test. Berdasarkan hasil analisis uji sample paired T-test 0,026<0,05) menunjukkan pengaruh yang bermakna pemberian metode CBIA terhadap peningkatan pengetahuan siswa (i) SMA Negeri 1 Kendari tentang swamedikasi.Kata Kunci : Swamedikasi, Pengetahuan, CBIA
Tanaman daun senggani mengandung senyawa flavonoid dimana flavonoid bekerja dengan cara menstimulasi sel-sel beta dari pulau Langerhans, sehingga sekresi insulin dapat ditingkatkan. Sedangkan senyawa tannin dapat menurunkan kadar gula darah dengan cara meningkatkan transport glukosa dengan mengaktifasi insulin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak daun senggani (Malestoma polyanthum BL.) memiliki efek antidiabetik pada mencit (Mus musculus). Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen, dimana sebanyak 25 ekor mencit diinduksi dengan menggunakan Streptozotocin 0,11 g secara Intraperitonial. Kemudian dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan, yaitu ekstrak 180 mg/kg BB, 360 mg/kg BB, 720 mg/kg BB, sebagai kontrol positif Glibenklamid 5 mg dan kontrol negatif Na-CMC 0,5%. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji ANOVA dan BNT (Beda Nyata Terkecil). Berdasarkan hasil penelitiaan menunjukkan bahwa pada Uji Anova (Analisis Of Varians) didapat nilai yang signifikan yang dinyatakan dengan nilai 0,00<0.05 yang berarti perlakuan tiap kelompok ekstrak yang diuji memiliki efek yang signifikan, dan dilanjutkan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) menunjukkan pada konsentrasi 360 mg/kg BB memberikan efek yang optimum.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.