Teluk Sampit adalah tempat bermuaranya Sungai Mentaya yang merupakan akses menuju ke pelabuhan Sampit sebagai pelabuhan utama di propinsi Kalimantan Tengah. Masalah utama yang terjadi di alur pelayaran adalah sedimentasi yang cukup tinggi yang dibawa oleh daerah aliran sungai yang bermuara di Teluk Sampit. Proses sedimentasi dan pembentukan pantai yang terjadi di teluk Sampit sangat dipengaruhi sistem arus sungai, pasang surut dan energi gelombang, serta pasokan sedimen dari sungai-sungai. Hasil penelitian menunjukan bahwa sedimentasi yang paling tinggi terjadi di daerah barat bagian dalam teluk yang terlindung oleh spit Ujung Pandaran, dimana jenis pantainya berbakau. Di bagian timur proses sedimentasi relatif lebih kecil karena garis pantai terbuka terhadap Laut Jawa sehingga pengaruh energi gelombang dan pasang surut cukup tinggi. Endapan pantai ini berupa sedimen pasir yang mengindikasikan diendapkan pada lingkungan energi tinggi. Proses pembentukan Spit Ujung Pandaran murni oleh proses marin yaitu gelombang, pasang surut dan arus memanjang pantai, dimana pasokan sedimen dari hasil pelapukan dan abrasi Formasi Pembuang yang terletak di sebelah barat bagian luar. Spit ini sangat berpengaruh terhadap lebar mulut teluk dan pendangkalan di teluk. Morfologi permukaan dasar laut teluk Sampit menunjukan hal yang tidak lazim, dimana di bagian tengah ada lekukan yang memiliki kedalaman sampai dengan 18 meter, hal ini dapat ditafsirkan bahwa pernah dilakukan pengerukan di mulut teluk untuk keamanan navigasi. Untuk menjaga keamanan navigasi di teluk Sampit agar dapat dilayari maka harus dilakukan pengerukan secara berkala. Kata Kunci : sedimentasi, morfologi permukaan dasar laut, pengerukan, Teluk Sampit Sampit Bay is the place of Mentaya estuary as an access to the main Sampit Harbour in the Central Kalimantan Province. The main problem for the access is high of sedimentation transported by many rivers into the Sampit Bay. Sedimentation process and beach forming in Sampit Bay are influenced by current river system, tide, wave energy and sedimentary supply from the rivers. From the field investigation indicate that high rate of sedimentation occur in western part of the inner bay, due to the bay is protected by Ujung Pandaran Spit, where mangrove is dominated in that beach. In the eastern part, the sedimentation rate is relatively small, because the coast line is open to the Java Sea, so that the influence of wave and tide energy is relatively high. This coastal deposit is represented by sand so that the sediment was deposited in high energy environment. The formation of Spit Ujung Pandaran is pure by marine procceses such as tide, wave, longshore current, where the sedimentary supply from weathered and erotion of Pembuang Formation, which is located in the west off Ujung Pandaran Capé. The spit can influenced to the wide of the bay and high rate sedimentation at the bay. The sea floor morphology of the Sampit Bay is not common, where in the central of the bay, we found a small basin with 18 meters depth, this fact is interpreted that the basin had been dredged in the mouth of the bay for safety navigation. For safety navigation in the Sampit Bay, it is consequently must be dredged regularly. Key words : sedimentation, morphology of the sea floor, dredged, the Sampit Bay
Kita mengalami kesulitan untuk mendeteksi anomali secara langsung dari data medan magnet karena mempunyai polaritas positif dan negatif. Untuk itu diperlukan teknik pemrosesan data magnet untuk memperoleh delineasi pipa yang lebih baik. Pada kasus delineasi pipa gas di laut daerah X, diterapkan teknik reduksi ke kutub (RTP) untuk mengolah data magnet total. Fast Fourier Transform (FFT) diterapkan pada proses transformasi RTP dalam 2-dimensi dan 3-dimensi menggunakan perangkat lunak Matlab dan Magpick. Hasilnya menunjukkan arah dari pipa utara-selatan dan memperlihatkan posisi dari pipa semakin jelas yang diperkirakan tepat berada di bawah puncak kurva anomali. Kata kunci: anomali magnet total, delineasi, reduksi ke kutub, transformasi fourier, klosur. We have the problem to detect anomaly directly from the magnetic field data because it have two polarities, positive and negative. We need a technique of data processing to detect magnetic anomaly better. In the case of gas pipeline delineation in X-area, Reduce to Pole (RTP) technique was applied to process total magnetic data. Fast Fourier Transform (FFT) was applied on RTP transformation process in 2-Dimension and 3-Dimension using Matlab and Magpick softwares. The result indicate that the gas pipeline is north-south direction and the position is under the peak of anomaly curve. Keywords: total magnetic anomaly, delineation, reduce to pole, fast fourier transform, closur.
Magnetometer memiliki kemampuan untuk mendeteksi objek logam (besi) dengan tingkat deteksi yang berbeda tergantung sensitivitas dan akurasinya. Kalibrasi merupakan salahsatu cara dalam menentukan daya deteksi dari sebuah magnetometer dimana hasilnya dapat digunakan dalam desain survei pendeteksian ranjau. Data hasil kalibrasi yang digunakan dalam paper ini adalah kalibrasi terhadap magnetometer Geometrics G-877. Prosedur kalibrasi dilakukan dengan cara melewatkan objek logam besi batangan pada 5 lintasan dengan jarak lintasan berbeda masing-masing 2, 3, 4, 5, dan 6 meter terhadap sensor magnetometer. Hasil kalibrasi menunjukan bahwa kemampuan deteksi sampai 5 m dilihat dari respon anomali magnetnya. Sehingga untuk desain survei dengan menggunakan 2 sensor magnet yang sejenis maka spasi lintasan 10 m dan jarak masing-masing sensor 2 m sementara kedalaman sensor dipertahankan 1 meter di atas dasar laut. Kata Kunci: magnetometer, kalibrasi, variasi harian. Magnetometer has ability to detect metal object (iron) with different level of detection, that depend on its sensitivity and accuracy. Calibration is one way in determine detection level of magnetometer where this procedure can be used to arrange survey design for mine detection. The result of calibration that will be used in this paper was calibration on Geometrics type G-877. Calibration procedure was done by passing plate iron object on 5 line with different distances 2,3,4,5 and 6 meters from magnetometer sensor. The result show that detection level up to 5 meters based on respond of anomaly magnetic and the survey design can be arranged in case using 2 sensor of magnetometer the line spacing will be 10 m and distance between both sensor 2 meter and depth sensor must be kept 1 meter above seabed. Keywords: magnetometer, calibration, diurnal variation.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.