Ekosistem terumbu karang merupakan salah satu organisme laut yang rentan terhadap perubahan lingkungan perairan. Salah satu dampak akibat perubahan lingkungan tersebut adalah munculnya berbagai penyakit dan gangguankesehatan karang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi terumbu karang dan mengindetifikasi jenis-jenis penyakit dan gangguan kesehatan yang mengancam ekosistem terumbu karang di perairan Desa Langgapulu. Metodetransek garis (line intercept transect) sepanjang 50 m digunakan untuk menggambarkan kondisi terumbu karang dengan melihat persentase penutupan karang hidup, karang mati, alga, dan keberadaan biota lainnya. Metode belt transek dengan ukuran 5 m x 50 m digunakan untuk mengidentifikasi penyakit dan gangguan kesehatan karang, pada 4 stasiun pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi terumbu karang di perairan tersebut dalam kategorisedang hingga buruk/rusak. Jenis penyakit karang yang ditemukan pada perairan ini yaitu Black Band Disease (BBD), Brown Band Disease (BRBD), Dark Spots Disease (DSD), Pink Boctch (PB), Skeletal Eroding Band (SEB), dan White Syndromes (WS). Gangguan kesehatan karang umumnya disebabkan karenapemutihan karang (Bleaching), Crown of Thorns Starfish, Growth Anomalies, Pigmentation Response, Sediment Damage, dan Tube Former. Penurunan kualitas lingkungan perairan sangat berperan terhadap munculnya berbagai penyakit dan gangguan terhadap kesehatan karang, yang berdampak pada gangguan secara fisiologis bagi biota karang.
Karang merupakan ekosistem yang unik dan spesifik yang terdapat di perairan tropis, serta rentan terhadap perubahan lingkungan perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar persentase tutupan terumbu karang dan indeks mortalitas terumbu karang di Perairan Pomalaa. Pengambilan data terumbu karang dilakukan pada kedalaman 3 meter untuk mewakili perairan dangkal dan 7 meter untuk mewakili perairan dalam, yang masing- masing terdiri pada 4 titik pengamatan. Parameter kualitas air yang diukur langsung di lapangan adalah, suhu, salinitas, ph, kecerahan perairan dan kecepatan arus menggunakan alat Water Quality Checker (TOAA) dan untuk analisis nitrat dan fosfat dilakukan di Laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas perairan pada setiap stasiun penelitian tidak terdapat perbedaan yang begitu jauh. Kondisi terumbu karang di perairan Pomalaa pada kedalaman 3 m dikategorikan dalam kondisi rusak, dengan persentase penutupan karang hidup berkisar 11,85% - 22,07%. Pada kedalaman 7 m rata-rata dalam kondisi sedang-rusak, dengan persentase tutupan berada pada kisaran 16,13% - 28,81%. Hal ini menunjukkan bahwa keragaman karang secara umum rendah, sehingga tidak ada jenis karang yang mendominasi. Tingkat kematian terumbu karang di perairan Pomalaa tergolong tinggi pada kedalaman 3 meter yaitu 0,75 artinya 75% terumbu karang mengalami kondisi buruk hingga mengalami kematian, begitu pula pada kedalaman 7 meter, angka tertinggi indeks mortalitas yaitu 0,63 artinya 63% terumbu karang pada kedalaman 7 meter mengalami kondisi buruk hingga mengalami kematian.
Pencemaran mikroplastik merupakan salah satu ancaman di ekosistem laut. Keberadaan mikroplastik di ekosistem terumbu karang memungkinkan adanya ancaman terhadap kesehatan terumbu karang. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kondisi terumbu karang, dan melihat data sebaran mikroplastik di kawasan wisata Pulau Bokori sebagai langkah awal konservasi dan mitigasi dari dampak polusi mikroplastik tersebut. Pengambilan sampel dilakukan pada 4 stasiun penelitian. Parameter kualitas lingkungan yang diukur adalah suhu, oksigen terlarut, pH, salinitas, kecerahan perairan, kecepatan arus, nitrat dan fosfat. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Pengambilan sampel sedimen menggunakan SCUBA set dan sedimen grab pada kedalaman 3-10 meter. Sedimen diambil ±1000 gr dan disimpan dalam plastik double zip lock. Sampel kemudian dianalisis dan diamati menggunakan mikroplastik di laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan mikroplastik yang dijumpai pada sedimen di perairan pulau Bokori ada empat jenis yaitu fiber, foam, film dan fragmen. Fiber merupakan jenis mikroplastik yang paling banyak ditemukan di perairan Bokori dengan rata-rata 41.564 partikel/kg sedimen kering tiap stasiun pengamatan, sedangkan kelimpahan yang paling rendah adalah tipe foam dengan nilai rata-rata 9.379 partikel/kg sedimen kering tiap stasiun pengamatan. Kelimpahan mikroplastik pada masing-masing lokasi pengambilan sampel tidak sama disebabkan oleh karakteristik lokasi penelitian yang berbeda-beda.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.