Prepubertal growth rate 2) of Bali cattle and its crosses with Simmental breed in the hot environment of lowland (0-100 m) and the cool environment of highland (700-1100 m above sea level) of West Nusa Tenggara province, Indonesia, were evaluated by measuring the birth weight (BW), 150 d weaning weight (WW.150), preweaning growth rate (GR-1), yearling weight (YW), and post weaning growth rate (GR-2) of 187, 166, 216, and 156 calves for Bali breed (B), Bali x Simmental crossbred (SB), SB x Simmental back crossed (SBS), and SB x Bali back crossed (SBB), respectively. The results showed, GR-1,2 of the calf were significantly different between B calves and the crosses, and between the two altitudes of farms for the crosses calves. The B calves were found to have an average 0.29 kg/day GR-1,2 which was not different between raised in the lowland and highland environment. The crosses calves grew 75.02, 60.71, and 82.14% faster than those of B calf in the lowland for SB, SBS, and SBB calves, respectively, and 83.55, 115.48, and 70.97% faster than those of B calf in the highland for SB, SBS, and SBB calves, respectively.
Suatu kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan tujuan pokok untuk mengembangkan system produksi kambing perbibitan dengan penerapan Teknik Reproduksi Terkontrol di Kabupaten Lombok Tengah, NTB, dilaksanakan dalam bentuk penyuluhan dengan metode demplot, pelatihan, dan diseminasi Ipteks melalui penyebaran leaflet kepada peternak. Kegiatan berlokasi di Desa Darek Kecamatan Praya Barat Daya, dengan sasaran strategis adalah para peternak pada dua kelompok peternakan kambing perbibitan, dari kedua kelompok diambil 20 peternak sebagai sasaran langsung pembinaan. Demplot dilakukan menggunakan 20 ekor kambing induk Peranakan Etawa(PE) umur 2,0-2,5 tahun dengan BCS rata-rata 4. Sistem produksi kambing perbibitan dengan penerapan Teknik Reproduksi Terkontrol didemonstrasikan pada kedua kelompok mitra mulai dari pemilihan kambing-kambing induk, sinkronisasi birahi dengan introduksi Prostaglandin F2α intravaginal menggunakan hand made spong, penerapan teknik flushing dengan pemberian pakan konsentrat comfeed, pengamatan tanda-tanda birahi kambing-kambing induk pasca sinkronisasi, pelaksanaan perkawinan kambing-kambing induk secara IB menggunakan semen beku pejantan Boer, deteksi kebuntingan menggunakan non return rate, pemeliharaan kebuntingan dengan pemberian pakan suplemen dan vitamin, penanganan parturisi, penanganan cempe neonatal dan pengukuran berat lahir hingga penyapihan dan pengukuran berat sapih, promosi pertumbuhan cempe lepas sapih dengan suplementasi probiotik EM4, penilaian performa kambing bibit dengan pengukuran langsung berat badan dan dimensi vital kambing. Capaian tujuan dan manfaat kegiatan yang dievaluasi dengan teknik survey menggunakan quisioner dan pengukuran langsung performa reproduksi kambing induk dan performa cempe yang dihasilkan di dalam demplot menunjukkan, semua peternak dari kedua kelompok mitra/sasaran telah memahami dengan baik materi Ipteks yang diberikan penyuluh dan dipandang telah mampu mengembangkan system produksi kambing perbibitan dengan penerapan teknik reproduksi terkontrol. Penerapan teknik reproduksi terkontrol dalam usaha ternak kambing perbibitan sangat bermanfaat dalam meningkatkan efisiensi reproduksi kambing induk dan produktivitas perbibitan yang diusahakan.
The effort to increase productivity of Bali cattle in Lombok Island made use of crossbreeding with exotic breeds, such as Simmental, Limousine, Charolais, Hereford, and Brahman breed, in which Simmental was suggested the best one. However, replacing indigenous with exotic breed might in fact create significant problem, especially low tolerance on harsh environment condition and increased work to feed each animal because of higher growth and greater size at maturity. This study that mean objective to investigate the physiological respons of Bali and Simbal cattleÃÂ on the thermal environment of lowland and highland areas in Lombok island, was carried out by measure the rectal temperature (BT, oC), respiration rate (RR, resp/min), and heat tolerance coefficient (HTC) of 320 cattles in lowland and 280 cattle in highland, each consisted of pure Bali breed (B), crossbred of B x Simmental (SB), backcross of SB x Simmental (SBS), and backcross of SB x Bali (SBB). Each genotype consist of male and female, and 24-36 months of age. All cattle observed are ordered to be similar condition with BCS 3-5. The thermal condition of lowland and highland are measured from air temperature (oC), relative humidity (%), and temperature humidity index (THI). Data were analysed by using Anova and further test using HSD-test. Results of the study shows, the daily temperature and THI data obtained for the lowland environment are in considered to thermal stress zone for beef cattle, whereas those of found for the highland are within range of safety zone for cattle production. Physiological response shuch as BT, RR, and HTC, were significantly higher for cattle in the lowland than those in highland. The crossbreds cattle with higher proportion of Simmental genetic showed higher BT, RR, and HTC in the lowland, but became decrease in highland environment by higher decreasing index. It could be conclused that environmental condition in lowland with average THI of 80.02 lead to coused thermal stress to genotypes of Simbal cattle based on HTC wich in average of 2.91; however in highland wich average THI of 69.39 each genotype of cattle shows physiological responses in the normal range.ÃÂ
Suatu kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan tujuan pokok untuk mengembangkan system produksi sapi potong dengan penerapan teknik promosi pertumbuhan di Kabupaten Lombok Barat, dilaksanakan dalam bentuk penyuluhan dengan metode demplot, orasi, dan diseminasi Ipteks melalui leaflet. Kegiatan berlokasi di Desa Batumekar Kecamatan Lingsar, dengan sasaran strategis adalah para peternak pada dua kelompok peternakan sapi dengan kinerja terbaik, dari kedua kelompok diambil 20 peternak sebagai sasaran langsung pembinaan. Demplot dilakukan menggunakan 10 ekor sapi bakalan 2,0-2,5 tahun, dibagi ke dalam 2 plot masing-masing 5 ekor sapi/plot. Sistem penggemukan dengan aplikasi pemacu pertumbuhan (probiotik) didemonstrasikan pada kedua plot dengan pemberian pakan (hijauan + konsentrat) sepenuhnya di dalam kandang selama 90 hari, dan ke dalam pakan yang disediakan ditambahkan probiotik sebanyak 25 dan 50 mg/ekor/hari berturut-turut untuk Plot 1, dan Plot 2. Terdapat satu plot lainnya sebagai kelompok non demplot yang tidak diberikan probiotik. Capaian tujuan dan manfaat kegiatan yang dievaluasi dengan metode survey menggunakan quisioner dan pengukuran langsung kinerja sapi-sapi demplot menunjukkan, semua peternak dari kedua kelompok sasaran telah memahami dengan baik materi Ipteks yang diberikan penyuluh dan dipandang telah mampu mengembangkan system produksi sapi potong dengan penerapan teknik promosi pertumbuhan. Penerapan teknik promosi pertumbuhan dalam penggemukan sapi rakyat sangat bermanfaat dalam meningkatkan efisiensi penggemukan sapi serta dapat memberikan pendapatan jauh lebih tinggi bagi peternak.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk mengenalkan para petani/peternak dengan berbagai pola kemitraan dalam mengembangkan usaha penggemukan sapi rakyat berbasis kemitraan sebagai alternatif income generating bagi kalangan Landless Famers, serta untuk menggalang kelompok-kelompok usaha penggemukan sapi berbasis kemitraan di Desa Peresak Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat, NTB. Kegiatan dilaksanakan dalam bentuk penyuluhan dan pendampingan disertai upaya penggalangan kemitraan. Sasaran kegiatan, adalah petani/peternak berlahan sempit dan para buruh tani, keseluruhannya berjumlah 85 orang. Hasil evaluasi kegiatan menunjukkan, pola-pola kemitraan dalam penggemukan sapi telah dikenal para peternak, diantaranya adalah pola bagi hasil. Pola ini dikenal oleh seluruh (100%) peternak sasaran kegiatan. Pengetahuan dan informasi yang disuluhkan, sangat membantu para peternak dalam mengatasi permasalahan rendahnya peluang kerja bagi masyarakat, serta dapat mengembangkan usaha penggemukan sapi rakyat dengan sistem bagi-hasil. Sebanyak 61 orang (71,76%) peserta sasaran menyatakan ketertarikan dan kesediaan untuk mengembangkan usaha penggemukan sapi dengan pola kemitraan. Dari jumlah tersebut, tercatat 28 orang (45,9%) telah menggalang usaha penggemukan sapi dengan pola bagi hasil.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.