Masticatory system is a complex functional unit of the body primarily responsible for mastication, speech and deglutition process. Temporomandibular disorders (TMD) is used to describe all functional disturbances of the masticatory system. The etiology of TMD is multifactorial, such as occlusal disharmony and emotional stress. The relationship between occlusion and TMD has been highly debated in dentistry, one of the occlusal guidance, group function, and balanced occlusion. However, studies about the relationship of occlusal schemes and the occurrence of the TMD are still limited and remained controversial. Objective: To investigate the relationship of occlusal schemes with the occurrence of TMD. Methods: A cross-sectional study was conducted at the Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia. A total of 127 students were included in this study. Subjects were examined based on Clinical Helkimo Index and divided into TMD and non-TMD groups. Subjects were categorized as non-TMD group if the value of clinical Helkimo index was 0 and as TMD group when the value ranged between 1-25. Results: Balanced occlusion schemes has a greater risk of TMD occurrence with odds ratio p=0.021). Conclusion: Balanced occlusion has a ABSTRAK Hubungan skema oklusal dengan terjadinya kelainan temporomandibula. Sistem mastikasi merupakan unit kompleks fungsional tubuh yang bertanggung jawab untuk pengunyahan, bicara, dan proses deglutasi. Temporomandibular Disorders (TMD) digunakan untuk menggambarkan semua gangguan fungsional dari sistem mastikasi. Etiologi TMD bisa disebabkan berbagai faktor, seperti ketidakharmonisan oklusal dan stres emosional. Hubungan antara oklusi dan TMD diperdebatkan dalam kedokteran gigi, salah satu faktor oklusal fungsi kelompok, dan oklusi seimbang. Namun, studi tentang hubungan skema oklusal dan terjadinya TMD masih terbatas dan tetap kontroversial. Tujuan: Untuk menyelidiki hubungan skema oklusal dengan terjadinya TMD. Metode: Studi potong lintang dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia. Subjek penelitian berjumlah 127 mahasiswa. Subjek diperiksa berdasarkan Indeks Klinis Helkimo dan dibagi menjadi kelompok TMD dan non TMD. Subjek dikategorikan sebagai kelompok non-TMD jika nilai Indeks Klinis Helkimo bernilai 0 dan kelompok TMD jika nilainya antara 1-25. Hasil: Skema oklusi yang seimbang memiliki risiko yang lebih besar untuk terjadinya TMD dengan nilai odd ratio 5,6 dengan p=0,021). Simpulan:Key words: occlusal schemes, temporomandibular disorders PENDAHULUAN Okeson menggunakan istilah temporomandibular disorders (TMDs) untuk seluruh gangguan fungsional dalam sistem pengunyahan. Etiologi gangguan sendi temporomandibula adalah faktor-faktor yang dapat menimbulkan pembebanan yang melebihi kapasitas adaptasi sendi, baik beban sesaat yang ekstrim maupun beban berulang. Umumnya ditandai oleh rasa nyeri pada otot-otot mastikasi dan sendi saat palpasi,
Hubungan antara tanda dan gejala Temporomandibular Disorders (TMD) dengan usia masih kontroversial. Pada umumnya penelitian mengenai TMD banyak dilakukan pada populasi dewasa, tetapi kurang pada lanjut usia (lansia). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui frekuensi TMD pada lansia dan faktor-faktor risiko yang mempunyai hubungan dengannya. Penelitian potong lintang ini dilakukan pada pasien-pasien lansia yang datang ke Departemen Geriatri Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia, dengan kisaran usia 60-91 tahun. Tanda dan gejala klinis pada sendi Temporomandibula diperiksa dan data dianalisis dengan uji non parametrik Chi Square. Walaupun nilai p yang didapat tidak bermakna, dapat disimpulkan bahwa gangguan TMD akan menurun sejalan dengan meningkatnya usia, pria lansia lebih banyak menderita TMD, dan lansia dengan kehilangan 13 gigi atau kurang cenderung mempunyai risiko lebih tinggi.
Sleep Bruxism is a significant etiology of temporomandibular disorder (TMD) and causes many dental or oral problems such as tooth wear or facet. There is no study analyzing the relationship between sleep bruxism and TMD. Objective: To investigate any relationship between occlusal grinding pattern during sleep bruxism and temporomandibular disorder. Methods: A cross-sectional study involving 30 sleep bruxism patients attended the Faculty Dentistry Universitas Indonesia Teaching Hospital (RSGMP FKG UI). Completion of 2 forms of ID-TMD index and questionnaire from American Academy of Sleep Medicine were done. BruxChecker was fabricated and used for two nights to record the occlusal grinding pattern. The occlusal grinding pattern was categorized into laterotrusive grinding (LG) and mediotrusive side. Further divisons of LG were: incisor-canine (IC), incisor-caninepremolar (ICP) and incisor-canine-premolar-molar (ICPM). Mediotrusive side was classified as mediotrusive contact (MC) and mediotrusive grinding (MG). Results: It was found that occlusal grinding pattern in non-TMD subjects were IC+MC, in subjects with mild TMD were ICP+MG and in subjects with moderate TMD were ICP+MG and ICPM+MG. TMJ was more significantly affected by ICP and ICPM grinding pattern than that of IC. Conclusion: There was a significant relationship between occlusal grinding pattern during sleep bruxism and TMD. ABSTRAKPola grinding oklusal selama sleep bruxism dan kelainan temporomandibular. Sleep Bruxism merupakan salah satu etiologi terjadinya temporomandibular disorder (TMD), dan menyebabkan banyak kelainan di rongga mulut seperti keausan gigi atau faset. Namun, hingga kini belum ada penelitian tentang hubungan antara sleep bruxism dan TMD. Tujuan: Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pola grinding oklusal selama sleep bruxism dan kelainan temporomandibular. Metode: Penelitian cross-sectional dilakukan melibatkan 30 pasien yang diduga mengalami sleep bruxism yang datang ke Rumah Sakit Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKG UI RSGMP). Mereka mengisi 2 kuesioner, yaitu kuesioener berisi indeks ID-TMD dan kuesioner dari American Academy of Sleep Medicine. BruxChecker dibuat sesuai untuk masing-masing pasien, kemudian digunakan selama dua malam untuk merekam pola grinding oklusal. Pola grinding oklusal dikategorikan menjadi sisi laterotrusive grinding (LG) dan sisi mediotrusive. Selanjutnya, LG dibagi menjadi tiga klasifikasi: gigi insisif-kaninus (IC), gigi insisif-kaninus-premolar (ICP) dan gigi insisif-kaninus-premolar-molar (ICPM). Sisi Mediotrusive diklasifikasikan sebagai kontak mediotrusive (MC) dan mediotrusive grinding (MG). Hasil: Ditemukan bahwa pola grinding oklusal pada subjek tidak TMD adalah IC + MC, subjek dengan TMD ringan adalah ICP + MG, dan subjek dengan TMD moderat adalah ICP + MG dan ICPM + MG. Pola grinding ICP dan ICPM mempengaruhi TMJ lebih signifikan dibandingkan dengan pola grinding IC. Simpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara pola grinding oklusal selama sleep bruxism d...
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.