Penggunaan resin akrilik polimerisasi panas masih menjadipilihan sebagai basis gigi tiruan lepasan, merupakan bagianyang berkontak dengan mukosa mulut. Salah satu sifat fisis daribahan ini yang perlu diperhatikan adalah kekasaran permukaan,yang dapat mempengaruhi secara langsung terhadap retensibakteri dan jamur terutama Candida albicans. PencegahanCandida albicans pada resin akrilik dengan menambahkanbahan antijamur dalam larutan pembersih gigi tiruan. Jamurendofit Aspergillus sp yang berasal dari akar Rhizophoramucronata, berpotensi sebagai bahan antijamur. Tujuanpenelitian untuk mengetahui efek ekstrak jamur endofitAspergillus sp terhadap kekasaran permukaan resin akrilikpolimerisasi panas. Rancangan penelitian menggunakan post-testonly control group design. Sampel lempeng resin akrilikpolimerisasi panas dengan ukuran 65 mm x 10 mm x 2,5 mmyang direndam selama 6 hari dalam larutan sodium hipoklorit1% ekstrak dan jamur endofit Aspergillus sp, dan di ujimenggunakan independent t-test. Hasil penelitian menunjukkankekasaran permukaan resin akrilik dalam larutan ekstrak jamurendofit Aspergillus sp meningkat dibandingkan dengan sodiumhipoklorit, dengan rerata kekasaran permukaan perendamanresin akrilik terendah pada kelompok larutan sodium hipokloritdan tertinggi pada kelompok ekstrak jamur endofit Aspergillussp (akar Rhizophora mucronata) (p>0,05).
Prevalence of periodontal disease in the world by universal is 5-20% (2005). The prevalence of periodontal disease in Indonesia increased by 42.8% (1995), 70% (2001), 96.58% (2004), almost all regions in Indonesia have periodontal disease prevalence is more than 15% (2015). This study aims to determine the association of local factors, systemic factors and behavior factors of periodontal disease incidence in Indonesia 2013. The study design used is cross sectional using secondary data Basic Health Research (Riskesdas) in 2013. The statistical test used multiple logistic regression. The results show the prevalence of periodontal disease in Indonesia is 9.77%. Local factors associated with periodontal disease are calculus, missing and crowded. Systemic factors associated with periodontal disease are diabetes mellitus, stress and IMT. Behavior factors associated with periodontal disease is tooth brushing behavior and smoking behavior. It is advised to always maintain oral hygiene by brush your teeth at least twice a day, immediately replace the missing teeth by using partial dentures, correct arrangement of teeth crowding in the arch, avoid smoking, maintain a diet and physical activity to prevent obesity and diabetes mellitus, as well as dental checup at least every six months.
Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia. Salah satu jenis infeksi adalah infeksi nosokomial. Infeksi ini menyebabkan 1,4 juta kematian setiap hari di seluruh dunia. Infeksi nosokomial itu sendiri dapat diartikan sebagai infeksi yang diperoleh seseorang selama berada di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri yang terdapat pada permukaan dental unit yang diduga sering berkontaminasi dengan pasien di RSGM Baiturrahmah. Penelitian ini dilakukan di RSGM Baiturrahmah yang kemudian diidentifikasi di Laboratorium Mikrobiologi RSI Siti Rahmah dengan melakukan tiga usapan pada permukaan dental unit yang sering berkontak dengan pasien dan operator yaitu bowl rinse, instrumen table dan dental chair. Sampel di dapatkan sebanyak 17, pengambilan sampel menggunakan metode acak sederhana. Hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat 4 jenis bakteri Gram positif yaitu Staphylococcus epidermidis Sp, Staphylococcus aureus Sp, Bacillus Sp, Dipteroid basil Sp dan 1 Bakteri Gram negatif yaitu Pseudomonas Sp. Kesimpulan penelitian, bakteri yang paling banyak ditemukan pada permukaan dental unit yaitu bakteri Gram positif.
Gigi tiruan merupakan suatu piranti yang digunakan untuk menggantikan permukaan struktur pengunyahan. Bahan dasar basis yang sering digunakan adalah resin akrilik jenis heat cure. Gigi tiruan yang tidak dibersihkan secara teratur maka akan mengakibatkan menumpuknya sisa makanan pada permukaan gigi tiruan, terdapat berbagai cara untuk merawat gigi tiruan, salah satunya dengan merendam gigi tiruan di dalam larutan desinfektan (khlorheksidin dan sodium hipoklorit). Penggunaan larutan desinfektan dalam jangka waktu yang lama dan terus menerus maka akan timbul permasalahan yaitu dapat terjadi perubahan warna pada basis gigi tiruan. Tujuan dari scoping review ini adalah untuk mengetahui perubahan warna yang terjadi pada resin akrilik heat cure setelah direndam dengan larutan desinfektan, konsentrasi larutan desinfektan yang digunakan, serta waktu yang digunakan pada saat perendaman resin akrilik heat cure sampai terjadi perubahan warna. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi pustaka (library searching). Data didapatkan melalui pencarian pada database google scholar, willey on library dan science direct. Hasil pada scoping review ini adalah perubahan warna yang terjadi pada resin akrilik heat cure pada saat perendaman dengan larutan khlorheksidin dan sodium hipoklorit disebabkan karena pada kedua larutan tersebut mengandung zat klorin yang dapat bereaksi dengan resin akrilik heat cure sehingga menyebabkan terjadinya perubahan warna pudar atau putih pucat pada permukaan resin akrilik heat cure. Kesimpulan dari scoping review ini adalah perendaman resin akrilik heat cure dalam konsentrasi lebih dari 0,5% dan dalam jangka waktu lebih dari 15 menit dapat menimbulkan perubahan warna. Perubahan warna pada permukaan resin akrilik ini dapat menggangu estetis pada gigi tiruan serta rasa yang tidak nyaman pada saat digunakan.
Kata Kunci : Stabilitas warna, gigi tiruan, resin akrilik heat cure, desinfektan
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.