Most churches in Indonesia consider the term "Sunday School" as a Christian education program that is only for children. That is why "adult Sunday School" is a term that is rarely heard in Indonesia. However, Christian education for adults is necessary in the church. This lack of attention to adults in Christian education is the underlying reason for this article. This article addresses Malcolm Knowles' concern about the importance of androgogy, the method and practice of teaching adult learners, in institutions that provide adult education. The andragogical education theory proposed by M. Knowles is applicable cross-culturally. By understanding the unique needs of adults in the learning environment, the approach in recruiting adults to take part in a structured learning environment will be more effective and productive. The implementation of this approach in theological school programs may eventually result in increased support for adult Christian education in churches in Indonesia. By using Malcolm Knowles's andragogy method, adults will experience learning derived from "process design" rather than sourced from a "content plan". Through the experience of designing the educational process, adults will participate in an atmosphere of mutual respect through discovering and contributing their knowledge and experience with each other in the learning environment.

Masalah yang dihadapi gereja-gereja hari ini adalah berkurangnya minat kaum muda terhadap kegiatan gereja. Gereja perlu mengevaluasi pelayanan pemuda yang sudah dilaksanakan selama ini, untuk dapat melihat tingkat keefektifan setiap kegiatan yang dilakukan untuk dapat menjangkau generasi muda. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelayanan pemuda yang berbasis kontekstual terhadap pertumbuhan Gereja Kemah Injil Indonesia di Kota Samarinda. Penulis menggunakan metode analisis linear berganda untuk melihat pengaruh pelayananan pemuda berbasis kontekstual terhadap pertumbuhan gereja. Setelah melakukan penelitian, ditemukan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pelayanan pemuda berbasis kontekstual terhadap pertumbuhan kuantitas Gereja Kemah Injil Indonesia di Kota Samarinda. Pelayanan pemuda yang berbasis kontekstual adalah sebuah jawaban yang perlu dipertimbangakan agar gereja dapat melaksanakan pelayanan yang relevan dengan kehidupan kaum muda modern yang hidup dalam culture kemajuan informasi digital yang sangat cepat. Pelayanan pemuda yang berbasis kontekstual dapat membantu pelayanan gereja menjadi efektif bagi pengjangkauan generasi milenial.

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan ini adalah (1) untuk menganalisis dan menjelaskan konsep istri Kristen berdasarkan Surat 1 Petrus 3:1-7. (2) Untuk menjelaskan implikasi tentang istri Kristen bagi istri Kristen masa kini. Metode yang digunakan oleh penulis dalam penulisan karya ilmiah ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan eksposisi nas berdasarkan prinsip-prinsip hermeneutik.Berdasarkan hasil dari uraian dalam karya ilmiah ini, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: Pertama, sebagai seorang istri, ia memiliki peran yang baru di dalam keluarganya yaitu untuk mendukung dan melengkapi anggota keluarganya.Tidak saja untuk saling mendukung dan melengkapi, seorang istri wajib tunduk kepada suaminya. Bukan suatu hal yang mudah untuk tunduk atau taat, tetapi dari ketundukan itulah akan ada perubahan yang akan terjadi di dalam keluarga secara khusus kepada suami, sebab sikap juga menjadi salah satu alat yang dapat Tuhan pakai untuk memenangkan orang lain sehingga mereka menerima Kristus. Kedua, gaya hidup seorang istri haruslah sederhana.Gaya hidup seorang istri merupakan hal yang penting diperhatikan, sebab apa yang terlihat dari luar dapat mempengaruhi kehidupannya yang lain dan dapat menjadikannya batu sandungan. Sesuaikan gaya hidup yang sesuai dengan pribadi, bentuk tubuh, serta yangpaling penting adalah berpeganglah teguh kepada ciri khas wanita Kristen, yaitu sederhana, tidak menonjolkan daya tarik, tetap berada dalam batas-batas kesopanan, dan juga memiliki roh yang lemah lembut dan tentram. Itulah yang lebih penting dan memuliakan Tuhan.

Doa puasa adalah suatu hubungan yang dilakukan oleh orang Kristen untuk berkomunikasi kepada Tuhan dengan cara menyiapkan diri secara pribadi agar kita dapat menfokuskan tujuan untuk lebih dekat lagi dengan Tuhan. Karena dalam doa puasa membawa kita untuk berserah dan mengucap syukur atas penyertaan Tuhan dalam kehidupan. Doa puasa merupakan pertama, berdasarkan penelitian penulis, maka disadari bahwa doa dan puasa adalah komunikasi yang dilakukan antara orang percaya dengan Tuhan dan menfokuskan hati serta pikirannya kepada Tuhan dengan mampu menahan segala keinginan-keinginan daging.Kedua, dampak doa dan puasa merupakan salah satu bagian yang penting bagi orang Kristen yang perlu terus dilakukan di jemaat GKII Tanjung Belimbing. Ketiga, mengenai tantangan-tantangan yang dihadapi oleh jemaat dalam melakukan doa puasa, maka jemaat perlu mampu melawan setiap tantangan-tantangan dalam melakukan doa puasa dengan meminta hikmat dari Roh Kudus. Keempat, fungsi seorang dari hamba Tuhan menolong dan memberikan motivasi kepada jemaat untuk terus giat melakukan doa puasa.Kelima, penting bagi orang Kristen melakukan doa dan puasa untuk pertumbuhan spiritual.

This paper discusses the potential advantages of using vernacular language instruction to address  the high drop out rates of indigenous elementary students in Highlands Papua, Indonesia. The effect of challenges created by differences between local culture and the culture presented in the national Indonesian educational system is discussed. David Kolb’s Experiential Learning theory is discussed as a method that can improve student outcomes by encouraging early comprehension through linguistically and culturally relevant experiences. Successful bilingual primary education programs in various countries are discussed. Examples are presented that illustrate the importance and advantages of foreigners acknowledging local language and culture while amongst the Papua people. This paper proposes steps that the Indonesian government, especially the local jurisdiction of Papua province’s governance, can take to utilize vernacular language to address the achievement gap of indigenous elementary students in Highlands Papua.