Sumber energi terbarukan perlu terus dikembangkan untuk menekan ketersediaan bahan bakar fosil yang sudah semakin menipis. Biogas merupakan salah satu energi alternatif dengan memanfaatkan limbah organik seperti kotoran sapi. Pengolahan kotoran sapi sebagai bahan baku biogas dapat menggunakan biodigester tipe kontinyu dan tipe batch. Biodigester kontinyu selalu berisi 80% umpan dari volume total (50 liter) dan 20% sisanya sebagai ruang gas. Biodigester tipe batch kapasitas 220 liter memiliki komposisi kotoran sapi dan rumput gajah sebesar 25 kg : 25 kg dengan penambahan air 100 liter. Produksi biogas dilakukan selama 70 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biodigester kontinyu menghasilkan volume biogas total 17.520 ml dan kandungan CH4 51,37%, sedangkan untuk biodigester batch menghasilkan volume biogas total 66.484 ml dan kandungan CH4 31,37%. Uji nyala untuk biodigester kontinyu menunjukkan bahwa setelah hari ke-12 nyala api berwarna biru dan menyembur cukup kuat pada saat katup pengaturan gas dibuka dan dikenakan api, tetapi pada biodigester batch tidak menghasilkan nyala api karena kadar CH4 kurang dari 45%. Biodigester tipe kontinyu dengan kapasitas 50 L menghasilkan volume biogas lebih tinggi dibandingkan dengan tipe batch yang berkapasitas 220 liter
Anaerobic digestion of food waste is an encouraging technology for biogas production. Pretreatment of the substrate is needed to increase biodegradation. This study aimed to investigate the effect of alkali pretreatment and organic solvent pretreatment on biogas production. Physical pretreatment was also applied in this study. NaOH (0%, 2%, 4% and 6%) was used as alkali pretreatment. Ethanol (0, 2, 4 and 6%) was used as organic solvent pretreatment. The experiment was conducted in a 1 L batch digester under room temperature. Results showed that 0% NaOH generated the highest cumulative biogas yield of 46.1 mL/gVS. The best biodegradability of 37.5% was achieved in NaOH of 0%. The lower concentration of ethanol generated a higher biogas yield. The greatest cumulative yield of 41.5 mL/gVS was obtained at an ethanol concentration of 0% with a biodegradability of 33.84%. Statistical analysis proved that alkali pretreatment and organic solvent pretreatment had no significant effect on biogas production (p>0.05). Physical pretreatment had a significant effect (p<0.05) with the highest cumulative yield of 58.2 mL/gVS. The kinetic model proved that the modified Gompertz was a suitable model for predicting and simulating the kinetics of anaerobic digestion from food waste (R 2 > 0.9).
Sampah organik merupakan sampah yang mengandung kadar air tinggi dan mudak busuk. Peunumpukan sampah organik dapat mencemari lingkungan dan menjadi wabah penyakit. Salah satu cara untuk mengolah sampah organik adalah pembuatan pupuk kompos. Kegiatan sosialisasi dan pelatihan pembuatan kompos dilaksanakan di ranting Muhammadiyah Tirtonirmolo, Kasihan, Yogyakarta. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan bagi anggota ranting Muhammadiyah Tirtonirmolo dalam pengolahan sampah organik. Kegiatan diawali dengan pemaparan melalui sosialisasi materi tentang sampah organik dan pupuk kompos secara umum kemudian dilanjutkan dengan pelatihan praktek pembuatan pupuk kompos dari sampah organik. Proses pembuatan kompos dilakukan dalam komposter 20 L menggunakan bioaktivator EM-4. Hasil yang diperoleh dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah peserta dapat memahami teknik pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos dengan baik yang ditunjukkan dengan persentase capaian ≥ 80%.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.