Spraying disinfectants is one of the efforts to prevent the transmission of COVID-19. One of the high needs for disinfectants can be overcome by using natural disinfectants or those made from natural ingredients, such as the use of eco-enzymes. The problem is that it takes 3 months to produce eco-enzyme, so it needs innovation to be able to produce it quickly. This research is an experimental study with independent variables, namely the composition of organic waste (rambutan fruit skin, corn cobs, chayote skin) as a substrate in varied eco-enzyme raw materials. Each treatment added 10% frangipani sandalwood extract. Control variables include fermentation time, water composition, brown sugar, yeast (Saccharomyches cerevisiae) with a fixed amount. The experimental results showed that the longer of fermentation time, the alcohol concentration increased, while the pH value decreased. The optimum time to produce eco-enzymes according to standard requirements for disinfecting purposes is 8-10 days, wherein the fermentation has produced an alcohol content of 60-70% and the pH of eco-enzymes has been reached below 4.0. The content of compounds in frangipani flower extract through phytochemical and GC-MS tests include terpenoids (linalool, geraniol, terpineol), quercetin from the flavonoid and citrulline groups of alkaloids and tannins which have various activities that support their role as a natural disinfectant including antibacterial, anti-fungi, and antivirals. The combination of Eco-Enzym from domestic organic waste and frangipani flower (Plumeria alba) is able to inhibit the growth of Staphylococcus aureus bacteria with very strong inhibition category ranging from 31.85-34.41 mm.   Keywords: disinfectant, eco-enzyme, frangipani flowers

Salah satu faktor penyebab jerawat adalah bakteri Propionibacterium acnes yang merupakan bakteri Gram positif dan anaerob yang hidup normal dalam saluran philosebaseae. Antibiotik sering digunakan untuk mengatasi jerawat dan penyakit lain yang disebabkan oleh bakteri. Padahal, selain mahal, pemakaian antibiotik terus menerus dapat memicu resistensi. Di Bali, banyak tumbuhan lokal yang bersifat antibakteri yang digunakan secara tradisional dan sudah tercatat dengan baik dalam lontar usadha Taru Premana. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi antibakteri campuran ekstrak daun pegagan, daun paspasan, dan daun teh hijau sehingga dapat digunakan sebagai kandidat obat jerawat. Percobaan yang dilakukan adalah persiapan simplisia dengan pengeringan dan penepungan, ekstraksi dengan etanol, evaporasi untuk mendapatkan ekstrak kental etanol. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode agar tuang dengan menggunakan bakteri uji Escherichia coli (Gram negatif) dan Micrococcus luteus (Gram positif). Didapatkan hasil bahwa paspasan dan pegagan bersifat bakteriostatik terhadap E.coli dan bakterisidal terhadap M.luteus dengan diameter daerah hambat terbesar adalah 2,5 cm. Ditemukan juga bahwa penambahan ekstrak teh hijau tidak mempengaruhi aktivitas antibakteri kedua simplisia. Disimpulkan bahwa ekstrak etanol pegagan dan paspasan berpotensi digunakan sebagai bahan obat jerawat.