Tanpa disadari, setiap siswa senantiasa memiliki miskonsepsi pada materi kimia. Diganosa miskonsepsi sejak dini sangat penting untuk menghentikan miskonsepsi agar tidak berpemngaruh pada konsepsi beikutnya dan hasil belajar yang buru. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mendiagnosa miskonsepsi siswa SMA Negeri 1 Telaga Gorontalo pada materi termokimia dengan cara tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat. Sebanyak 25 soal pilihan ganda tersebut telah valid dan reliabel serta diujikan pada 65 siswa SMA tersebut. Hasil yang diperoleh bahwa jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi sangat rendah, rendah, dan sedang masing-masing adalah 60 (92%), 3 (5%), dan 2 (3%). Sementara, miskonsepsi dengan kategori tinggi dan sangat tinggi tidak ditemukan. Indikator materi yang mengalami miskonsepsi banyak adalah soal tentang teori atau konsep dibandingkan dengan perhitungan. Teori tersebut tentnag membedakan jenis reaksi eksoterm dan endoterm dan membedakan macam-macam perubahan entalpi molar. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa lebih banyak menghafal daripada memahami materi termokimia. Hasil diagnosa ini dapat dijadikan acuan untuk pembelajran termokimia agar guru dapat menerapkan cara yang tepat dalam pembelajaran
Penelitian ini bertujuan mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Discovery Learning pada materi Larutan Penyangga di Kelas XI SMA Negeri 1 Telaga. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Telaga dan diambil 2 kelas sebagai sampel. Jenis penelitian ini adalah Quasi experimental dengan desain Pretest-Postest Nonequivalent Control Grup. Instrumen penelitian berupa tes berpikir kritis dalam bentuk esay yang sudah di uji validitas dan reliabilitas. Tes yang digunakan berstatus valid dengan reliabilitas r = 0,72 (kategori tinggi). Analisis data menggunakan uji F untuk menguji hipotesis penelitian. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pada taraf signifikan α = 0,05 diperoleh nilai Fhitung = 6,68 > Ftabel = 3,99 sehingga H0 berada pada daerah penolakan atau terima H1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan Discovery Learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.
The results of observations on Class VII students of National Junior High School teaching and learning activities only run theoretically and are not related to the real environment where students are located. The incompleteness of student learning outcomes, one of which is the selection of learning methods that are not appropriate, learning media are less attractive and the level of student activity is low. The purpose of the study was to improve student learning outcomes through the Picture and Student Active (PASA) model with a Contextual Teaching and Learning (CTL) approach to the seventh grade students of the Makassar National Junior High School. This research is classroom action research with 2 cycles, namely the stages of planning, action, observation and reflection. The data collection instrument used observation sheets and test questions. The success indicator is 85% with an acquisition score of 75. The results show that the Picture and Student Active (PASA) Model with this Contextual Teaching and Learning (CTL) approach, can improve biology learning outcomes in class VII students of Makassar National Junior High School which is marked by an increase in the category student learning outcomes from cycle I to cycle II. In the first cycle is in the category of 20 people or 50% and in the second cycle is in the high category that is 40 people or 100% and the completeness of learning outcomes in the first cycle is 20 people or 50% and the second cycle is 40 people or 100%..
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep ikatan kovalen siswa kelas X IPA 3 di SMA Negeri 1 Suwawa dengan model pembelajaran discovery learning berbasis chemdraw. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Suwawa pada materi ikatan kovalen dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPA 3 di SMA Negeri 1 Suwawa yang berjumlah 29 orang. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Tes yang digunakan adalah tes uraian dengan jumlah soal 5 nomor tiap siklus. Pengukuruan pemahaman konsep siswa dianalisis dengan cara menghitung persentase berdasarkan jumlah skor siswa yang dibagi dengan skor total dan dikalikan 100% dengan kriteria tingkat pemahaman tinggi, sedang, dan rendah. Hasil presentase pemahaman konsep pada siklus I sebesar 73,1% dan meningkat pada siklus II sebesar 95,2% sehingga telah memenuhi indikator kinerja sebesar 85%. Hal ini juga didukung oleh kegiatan guru dan kegiatan siswa yang mengalami peningkatan yang awalnya pada siklus I persentase kegiatan guru dari 40,7% dengan kategori cukup menjadi 95,7% dengan kategori sangat baik dan persentase kegiatan siswa dari 39,1% dengan kategori kurang menjadi 94,1% dengan kategori sangat baik.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.