Film-forming sprays offer many advantages compared to conventional topical preparations because they can provide uniform drug distribution and dose, increased bioavailability, lower incidence of irritation, continuous drug release, and accelerated wound healing through moisture control. Film-forming sprays consist of polymers and excipients that improve the characteristics of preparations and enhance the stability of active substances. Each type of polymer and excipient will produce films with different features. Therefore, the various types of polymers and excipients and their evaluation standards need to be examined for the development of a more optimal form of film-forming spray. The selected literature included research on polymers as film-forming matrices and the application of these sprays for medical purposes or for potential medical use. This article discusses the types and concentrations of polymers and excipients, sprayer types, evaluations, and critical parameters in determining the sprayability and film characteristics. The review concludes that both natural and synthetic polymers that have in situ film or viscoelastic properties can be used to optimise topical drug delivery.

Kondisi kulit kering merupakan salah satu masalah kulit yang dapat dialami oleh semua orang. Kondisi kulit kering bagi sebagian orang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman bahkan dapat menyebabkan terjadinya penyakit, seperti dermatitis atopik. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kulit kering, diantaranya iklim, faktor genetik, dan faktor lingkungan. Salah satu, solusi untuk mengatasi kondisi kulit kering adalah penggunaan pelembab. Pelembab merupakan salah satu produk komersial yang banyak tersedia di pasaran. Formulasi pelembab dapat bersifat sebagai humektan, oklusif, dan emolien yang memiliki mekanisme dan bahan yang berbeda. Berdasarkan hal tersebut perlu adanya suatu kajian mengenai perkembangan pelembab, mekanisme dari setiap pelembab, dan bahan-bahan yang dapat berfungsi sebagai pelembab.

A variety of potential polymers with chemical and physical stability characteristics and abundant availability lead to the rapid application of polymers in various fields. One of the crucial things that are crucial to be discussed from such polymers is the characteristic of thermal behavior. Each type of polymer such as natural and synthetic has different thermal characteristics, including Tc, Tg, Tm, and Td which can be the determining factor of polymer selection of processing and application temperature. The thermal properties will also affect molecular interactions, physical stability in manufacturing, distribution, and storage. Therefore, in this article will appoint a study on the thermal characteristics of natural and synthetic polymers, the effect of modification on the thermal properties of polymers, efforts to increase the stability of thermal, and polymer applications in the field of pharmaceutical technology.

Maraknya peggunaan pewarna sintetik yang berbahaya pada sediaan kosmetika sudah sangat mengkhawatirkan. Oleh sebab itu, pentingnya dilakukan penelitian untuk menghasilkan kosmetika dengan pewarna alami yang tidak berbahaya. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan salah satu buah yang memiliki kandungan antosianin yang berperan penting untuk menghasilkan warna. Tujuan penelitian ini adalah memanfaatkan kandungan antosianin pada daging buah naga sebagai coloring agent pada salah satu sediaan kosmetika, yaitu blush on compact powder. Metode penelitian yang dilakukan secara eksperimental, meliputi ekstraksi daging buah naga dengan metode maserasi menggunakan etanol 96%, pembuatan sediaan blush on dengan lima konsentrasi ekstrak daging buah naga yang berbeda, yaitu 10% (F1), 15% (F2), 20% (F3), 25% (F4), dan 30% (F5). Pemeriksaan mutu fisik blush on, meliputi uji organoleptis, uji homogenitas, uji poles, uji pH, uji keretakkan, uji stabilitas, uji iritasi, dan uji hedonik/kesukaan terhadap sediaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan blush on dengan konsentrasi 10% berwarna merah muda sangat pucat, 15% berwarna merah muda pucat, 20% merah muda, 25% berwarna merah muda cerah, dan 30% berwarna merah muda sangat cerah. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang digunakan, maka akan semakin cerah intensitas warna yang dihasilkan. pH sediaan blush on masih memenuhi interval pH fisiologis, yaitu 4,5-6,5. Blush on tidak menunjukkan adanya keretakan saat dijatuhkan, stabil selama penyimpanan, dan tidak menyebabkan iritasi kulit. Uji hedonik sediaan blush on yang paling banyak disukai oleh responden adalah blush on dengan konsentrasi 30% karena mudah digunakan dengan pemolesan satu kali telah menghasilkan intensitas warna merah muda yang menarik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak etanol daging buah naga dapat dimanfaatkan sebagai coloring agent pada sediaan blush on. Kata kunci: Kosmetika, blush on, compact powder, Hylocereus polyrhizus

Karamunting (Rhodomyrtus tomentosa) merupakan salah satu tanaman yang secara tradisional dimanfaatkan sebagai tanaman obat, seperti mengobati sakit kepala. Tujuan penelitian ini untuk menguji efek analgetik ekstrak etanol daun karamunting diperoleh dari desa Batunabolon,Toba Samosir, Sumatera Utara. Ekstrak dibuat dengan cara maserasi serbuk daun karamunting dalam etanol 70%. uji analgetik ekstrak daun karamunting dilakukan dengan metode induksi kimia pada 25 ekor mencit jantan yang dibagi dalam 5 kelompok perlakuan yaitu kontrol negatif menggunakan CMC 0,5%, kontrol positif diberikan asetosal dengan dosis 1,3 mg/20 g BB mencit dan kelompok perlakuan ekstrak daun karamunting dengan variasi dosis sebesar 200, 400, dan 800 mg/20 kg BB mencit. Hasil penelitian menunjukan bahwa ektrak etanol daun karamunting pada mencit dengan dosis 200, 400, dan 800 mg/20 kg BB mencit mempunyai daya analgetik sebesar 46,87 %, 54,54 %, dan 64,20 %.