This article examined news text on fire extinguishing of Kupang city, Indonesia. The text was taken from Timor Express newspaper. The examination was to analyze its macrostructure, superstructure, microstructure and to describe the cognition and social context. We collected data by taking the news texts of Timor Express purposively. Additionally, we interviewed the editorial chief of the electronic mass media of the Timor Express to verify the data and to reach a deep understanding of the cognition and social contexts that implicitly realized in the news text construction. Results showed that the text structure of Kupang City fire extinguishing service in Timor Express news consists of macro-structure, superstructure , and microstructure. For the level of the superstructure, in general, Timor Express formulates headlines followed by leads consisting of script elements, which can be identified as: 'what', 'when', and 'who' elements. Meanwhile, elements 'why' and 'how' are in the news content (story). A macrostructure is a thematic form of the Kupang city fire extinguishing service news text. The microstructure consists of semantics, syntactic, stylistic, rhetoric. In the microstructure, the use of words that pointed to, or reinforced news messages about the fire disaster was investigated. In terms of social cognition, the aspect is realized in the form of journalists' mental awareness of a fire disaster that received services from the Kupang City fire service department. Timor Express journalists considered that fire is an unpredictable humanitarian disaster which impacts material losses in life.
This study aims to find a communication model for people of different religions in Ntaram, Flores and East Nusa Tenggara. The Ntaram understand their world as a synthesis perpetuated by differences. The Ntaram use the walls of their house as a medium to express their religious identity. The theory that is relevant to analyzing forms of symbolic communication is the theory of symbolic interaction. The Symbolic Interaction Perspective sees the social structure that is formed precisely by interaction. The way they communicate sets them apart from the rest of the family. In the process of meaning, there is a mental activity that distinguishes the meaning of human action from the movement of animals. Interpretation activities become a bridge between stimulus and response. The method used is qualitative with an ethnographic communication strategy. In this case, the researcher's task is to try to interpret and understand the behavior patterns and forms of communication of members of a community. Data was collected through in-depth interviews with purposively determined key informants. Also through Focus Group Discussion (FG), and observation, especially to obtain data related to context. The research findings show that the wall is who they are. Every data of the sili mai wae house that is visible on the living room wall is affixed with some holy images (such as Sufis or Islamic priests) of the world or calendars with Islamic overtones. As for ata le mai tana golo, identity is placed in the corner of the living room.
Penelitian ini bertujuan mengetahui penyebab, jejaring, dan risiko migran asal Timor dengan studi kasus di Desa Silu, Kecamatan Fatule’u, Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Studi lapangan menggunakan strategi etnografi. Metode ini meminta peneliti untuk menetap lama di lapangan karena tidak hanya memgumpulkan data, tetapi harus mengalami data. Etnografi dalam konteks fenomenologi menekankan penyelidikan peristiwa sosial dari sudut pandang “pribumi atau “orang dalam”. Temuan penelitian menunjukkan: (1) Penyebab migran asal Desa Silu adalah ekonomi. Migran sangat sulit bertahan hidup di daerahnya. Mereka berusaha mencari pekerjaan di luar negeri untuk memenuhi kebutuhan: (a) untuk mempertahankan hidup, (b) menyekolahkan anak, dan (c) urusan lain seperti adat. (2) Migran asal Desa Silu melakukan perjalanan umumnya mengambil jalur ilegal melalui calo atau agen ilegal. Pemilihan jalur ini disebabkan oleh: (a) dianggap lebih sederhana (tidak rumit), atau dianggap paling mudah. Pihak perusahaan pengirim migran yang memberikan biaya perjalanan dan membiayai dokumen (pasport). (3) Migran asal Silu, Kabupaten Kupang) mengalamai risiko yang disebabkan: (a) kurangnya pengetahuan dan keterampilan (bahasa, keterampilan, budaya). Keadaan ini menjadi rentan dari kekerasan seperti penyiksaan, sering mereka tidak mendapat gaji karena atau mengurangi honor karena harus mengembalikan sebagian uang transport dan uang pengurusan paspor atau dokumen lainnya; (b) migran Desa Silu yang umumnya mengabil jalur ilegal sehingga mengalami kesulitan mencari solusi bila mereka mengalami masalah di tempat kerja.
<span lang="IN">Penelitian ini bertujuan menganalisis kekuatan bunyi sebagai modus komunikasi orang Manggarai dengan <em>Mori’n agu Ngara’n</em> (Maha Pemilik). <em>Mori’n agu Ngara’n</em> dipercaya sebagai Wujud Tertinggi. <em>Tola</em> merupakan doa tradisional yang sangat sakral yang diucapkan dengan nada tertentu dan diksi yang ditata dalam formula yang mengandung efek akustis dan magis. Teori yang digunakan dalam penelitian ini semiotika perspektif Charles Sanders Peirce.</span><span lang="IN">Peirce mengategorikan tanda atas <em>representamen,</em> objek yang dirujuk tanda, dan <em>interpretant</em> yakni makna atau konsep yang digunakan oleh pemakai tanda. </span><span lang="EN-US">P</span><span lang="IN">ei</span><span lang="EN-US">rce memandang tanda sebagai suatu proses kognitif yang berasal dari apa yang ditangkap oleh pancaindera. </span><span lang="IN">Penelitian ini menggunakan metode kualitattif interpretif. Lokasi penelitian di Taga (Desa Golo Nderu, Kecamatan Kota Komba Utara, Kabupaten Manggarai Timur yang dilakukan dari bulan Juni hingga November 2021). Data yang dikumpulan melalui wawancara mendalam dengan informan kunci yang ditentukan secara purposif. Juga, melalui Focus Group Discussion (FGD), dan observasi, terutama untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan konteks. </span><span lang="IN">Validasi data dilakukan melaui triangulasi. Trianggulasi dilakukan antara narasumber untuk memastikan keakuratan data dari informan kunci dengan informan-informan lainnya. Temuan menunjukkan, </span><span lang="IN"> konstruksi bunyi vokal (eufoni) -e-i- merupakan indeksialitas bahwa kedudukan <em>Mori’n agu Ngara’n</em> sangat jauh baik dari segi lokasi maupun dari segi eksistensi. Sedangkan formula bunnyi –o-o- atau -o-a- merupakan indeksialitas kedudukan leluhur (embo agu nusi) tak jauh dari kehidupan mereka. Dengan demikian, makna dalam <em>tola</em> tidak hanya didapatkan melalui kata, melainkan melalui bunyi</span><span lang="EN-US">.</span>
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.