Sejalan dengan pesatnya pembangunan, kebutuhan masyarakat untuk bahan bangunan juga semakin meningkat, salah satunya adalah semen sebagai bahan utama konstruksi. Dengan meningkatnya kebutuhan akan semen, maka harga semen pun akan semakin tinggi. Hal ini memicu para ahli untuk mengembangkan bahan alternatif pengganti semen yang relatif murah tanpa mengurangi kualitas hasil. Salah satu bahan alternatif yang dapat digunakan sebagai substitusi parsial semen adalah dengan memanfaatkan limbah serbuk kaca karena memiliki potensi material pozzoland dengan kandungan siliki yang cukup besar sekitar 70%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi sifat serbuk kaca sebagai substitusi parsial semen pada campuran beton dengan variasi komposisi serbuk kaca 0%, 10%, 15% dan 20%. Limbah kaca dari berbagai jenis botol minuman bekas dihancurkan untuk mendapatkan serbuk kaca yang ukuran butirannya halus. Benda uji dibuat berbentuk kubus. Pengujian sifat fisis-mekanis benda uji dilakukan setelah masa perawatan 7 hari, 14 hari dan 28 hari, dengan benda uji harus dalam keadaan kering. Dari masing-masing campuran beton tersebut dibuat tiga benda uji. Pengujian yang dilakukan pada campuran beton adalah pengujian kuat tekan meggunakan alat uji tekan beton. Dari hasil penelitian diperoleh, kuat tekan pada umur 28 hari dengan penambahan serbuk kaca 0% sebesar 175.2 kg/cm2, 10 % sebesar 147.2 kg/cm2, 15% sebesar 116.3 kg/cm2, dan 20% sebesar 108.7 kg/cm2. Nilai slump terendah terdapat pada campuran beton normal, sehingga penambahan serbuk kaca dalam campuran beton dapat mempermudah pengerjaan beton.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat penggunaan dermaga di Pelabuhan Tanjung Ringgit Palopo.Tingkat penggunaan dermaga di pelabuhan ditentukan berdasarkan nilai BOR (Berth Occupancy Ratio). Nilai BORdihitung berdasarkan arus kunjungan kapal yang menggunakan dermaga. Kinerja pelabuhan dinilai denganmembandingkan nilai BOR yang diperoleh dengan standar UNCTAD. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkatpenggunaan dermaga pelabuhan Tanjung Ringgit Palopo, pada tahun 2015 sampai tahun 2019 memiliki nilai rata-rataService Time 22,8 jam. Berth Occupancy Ratio tahun 2015 sampai tahun 2019 memiliki nilai rata-rata sebesar 32%. Nilaiini masih rendah dari nilai standar BOR yang disarankan oleh UNCTAD yaitu 55% untuk 3 (tiga) tambatan. Hal inimenunjukkan bahwa kesibukan di dermaga Pelabuhan Tanjung Ringgit belum begitu tinggi, yang berarti bahwa dermagaPelabuhan Tanjung Ringgit masih mampu melayani arus kapal dan barang dengan baik. Berdasarkan hasil perhitungannilai BTP (Berth Throughput) dan kapasitas dermaga, tingkat penggunaan dermaga Pelabuhan Tanjung Ringgit masihdikategorikan baik, karena untuk 5 tahun terakhir kemampuan dermaga untuk melewatkan barang adalah rata-rata249.225 ton/tahun sedangkan arus barang hanya memiliki nilai rata-rata 150707 ton/tahun.
Rumah sakit adalah suatu sarana kesehatan yang bergerak dalam bidang pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat serta dapat pula bermanfaat sebagai pendidikan dan tempat penelitian. Rumah sakit membawah dampak positif bagi masyarakat, tetapi disisi lain dapat juga berdampak negatif terhadap lingkungan dan kelangsungan hidup manusia. Kegiatan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit dapat menimbulkan pencemaran yaitu jika limbah yang dihasilkan tidak ditangani dengan serius dan dikelola dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara pengelolaan limbah cair dan limbah padat pada Rumah Sakit Lakipadada. Penelitian dilakukan dengan cara pengumpulan data primer dan data sekunder. Proses pengolahan limbah cair di Rumah Sakit Lakipadada dilakukan dengan sistem reaktor biologis putar sedangkan limbah padat silakukan dengan beberapa cara seperti, cara pemilahan, pengumpulan, kemudian dibuang ke TPA, dan limbah padat yang mengandung bahan beracun dibakar dengan incinerator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa debit limbah cair Rumah Sakit Lakipadada rata-rata perhari 1.817 liter dan sumber sampah mencapai 47,3 kg perhari. Hasil dari proses reaktor biologis putar tersebut telah memenuhi standar sedangkan hasil dari proses insinerator belum sesuai dengan standar.
Beton adalah campuran dari semen, agregat, air dan bahan tambahan dalam perbandingan tertentu. Beton merupakan bahan bangunan yang umumnya dipakai dalam pembangunan fisik karena mudah dibentuk dan biaya pemeliharaan yang relatif murah dibandingkan dengan material lainnya. Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang teknologi beton memungkinkan penggunaan limbah menjadi bahan pembentuk beton, sehingga di satu sisi penggunaan bahan alam yang merusak lingkungan dapat diatasi dan di sisi lain bahan limbah dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk bahan pembentuk beton. Abu sekam padi merupakan hasil dari pembakaran limbah pengolahan padi. Penelitian tentang Abu Sekam Padi sebagai pengisi pada beton ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan abu sekam padi terhadap kuat tekan beton tanpa mengurangi semen. Dan dari hasil pengujian menunjukkan bahwa penambahan abu sekam padi 10 % dapat meningkatkan kuat tekan beton dengan kuat rencana 20 Mpa pada umur 28 hari. Selain itu Hasil pengujian kuat tekan juga menunjukkan bahwa kuat tekan beton normal pada umur 28 hari yaitu 20,2 Mpa dan untuk penambahan abu sekam padi pada umur 28 hari yaitu 21,5 Mpa dengan kata lain terjadi peningkatan kuat tekan sebesar 3,1% dari beton normal. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemanfaatan abu sekam padi sebagai pengisi dapat digunakan dalam pembuatan beton.
Usaha meningkatkan produktivitas pertanian dan ketahanan pangan, pemenuhan akan air mempunyai peranan penting. Agar air dapat sampai ke areal persawahan diperlukan adanya pengelolaan jaringan irigasi yang efektif dan efisien untuk digunakan sesuai dengan fungsinya. Berdasarkan penelitian diperoleh besarnya debit yang masuk pada saluran sekunder yaitu 0,397 m3/dtk, adapun debit pengambilan yaitu 0,317 m3/dtk oleh saluran tersier untuk melayani kebutuhan pertanian di petak-petak sawah dengan luas wilayah keseluruhan 739,10 Ha. Jadi debit yang masih tersisa yaitu 0,08 m3/dtk. Dengan demikian bahwa hasil analisis menunjukkan bahwa air yang tersedia pada saluran sekunder dan yang disalurkan dari saluran sekunder ke tersier sangat besar jumlahnya dibandingkan dengan besarnya debit pengambilan atau kebutuhan pengambilan untuk tiap wilayah., oleh sebab itu diperlukan adanya normalisasi untuk debit pemberian dan debit pengambilan air harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan yang ada agar tidak ada air yang terbuang.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.