Hipertensi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. penderita hipertensi yang mengalami kecemasan akan merasakan gejala somatis (timbul gejala pada tubuh) dan rasa ketakutan atau ketakutan. Salah satu bentuk psikoterapi yang dapat diterapkan pada pasien yang mengalami hipertensi dengan lima masalah kecemasan yaitu dengan terapi hipnosis Teknik Hipnotis merupakan suatu suatu bentuk situasi diri Hipnotis yang dapat menimbulkan efek relaksasi, sehingga akan mengurangi kecemasan, stres dari pikiran seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pemberian terapi hipnotis lima jari terhadap tingkat kecemasan pada penderita hipertensi. Metode penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus pelayanan asuhan dilakukan dalam pengelolaan pasien kecemasan pada hipertensi, meliputi pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Pengambilan sampel dalam lingkup komunitas wilayah Puskesmas Mranggen 1 RW 06 Desa Mranggen Kabupaten Demak yang dilakukan pada 3 pasien hipertensi yang mengalami kecemasan yang dikelola selama satu hari. Alat pengumpulan data dengan lembar pengkajian, metode yang digunakan dalam wawancara dan menggunakan kuisioner Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS). Hasil studi menunjukkan bahwa ada perubahan tingkat kecemasan sebelum dan sebelum dilakukan terapi hipnotis lima jari pada ketiga pasien. Terapi hipnotis lima jari dapat menurunkan tingkat kecemasan pada penderita hipertensi.
Proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia tersebut, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan seksual. Salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius, karena jika tidak terkendali akan berkembang dan menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Terapi rendam kaki menggunakan air hangat adalah salah satu penanganan non-farmakologi. Tujuan dari penerapan ini adalah mengetahui tingkat efektifitas terapi rendam kaki menggunakan air hangat dapat menurunkan hipertensi pada lansia. Studi kasus ini menggunakan metode deskriptif. Sampel diambil 2 lansia dan dikelola selama 3 hari dengan pemberian tindakan keperawatan berupa terapi rendam kaki menggunakan air hangat dengan frekuensi 1 kali/hari selama 20 menit. Pengumpulan data dengan wawancara dengan keluarga, observasi dan pengukuran tekanan darah menggunakan sphymomanometer digial. Setelah dilakukan implementasi ada perbedaan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pemberian terapi rendam kaki menggunakan air hangat terjadi penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi. Rata-rara penurunan pada ke 2 lansia yang dilakukan implementtasi selam 3 hari yaitu sistolik 10,5 mmHg diastolik 7 mmHg dan MAP 8,5 mmHg. Terapi rendam kaki menggunkan air hangat efektif menurunkan tekanan darah yang dialami lansia.
Munculnya stigma negativ bagi penguna napza membuat klien mengalami kecemasan yang bisa menghambat proses penyembuhan. Salah satu terapi yang dapat menurunkan kecemasan adalah Terapi thought stopping. Studi ini bertujuan untuk mengetahui penurunan kecemasan pada klien rehabilitasi NAPZA di RSJD Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah setelah dilakukan terapi thought stopping. Metode yang digunakan adalah case study dengan pendekatan asuhan keperawatan. Subjek studi kasus adalah pasien ansietas yang menjalani rehabilitasi napza, subjek studi berjumlah 2 pasien yang didapatkan secara random sampling. Terapi tought stopping dilakukan 3 kali pertemuan tidak terstruktur mengikuti pola pada responden, pengukuran kecemasan pada pasien ini menggunakan skala HARS. Hasil di dapatkan adanya penurunan skala kecemasan pada ke 2 klien rehabilitasi napza setelah dilakukan teknik tought stopping dengan penurunan skala sedang menjadi ringan. Penerapan terapi tought stopping mampu menurunkan kecemasan pada pasien rehabilitasi napza.
Latar belakang: Pasung adalah istilah yang digunakan di Indonesia dan beberapa negara lain untuk menggambarkan tindakan pengasingan dan pengekangan terhadap pasien atau orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Pasung bertujuan memisahkan orang yang dianggap memiliki gangguan jiwa dan mengganggu atau berbahaya dari kehidupan masyarakat. Kejadian pasung ditemukan di Desa Banyuroto bersamaan dengan penanganan pasca erupsi Merapi tahun 2010 yang lalu. Kejadian pasung didasari dari ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa. Selain pasung, ditemukan beberapa kasus gangguan jiwa di 5 dusun yang berlokasi di Desa Banyuroto. Hal ini menjadi kunci intervensi bagi perawat untuk melakukan psikoedukasi keluarga. Tujuan: Pengabdian masyarakat ini adalah untuk menerapkan psikoedukasi keluarga pada caregiver agar mampu memberikan asuhan keperawatan secara mandiri setelah pasien dibebaskan dari pasung dan pasca perawatan dari Rumah Sakit Jiwa. Metode: Program pengabdian masyarakat yang direncanakan adalah sosialisasi program, penerapan psikoedukasi keluarga, dan evaluasi kegiatan. Hasil: Hasil implementasi psikoedukasi keluarga diperoleh: stress caregiver menurun sebesar 5 poin, beban caregiver menurun sebesar 1 poin, pengetahuan caregiver dalam merawat ODGJ naik sebesar 3 poin, dan kemampuan caregiver dalam merawat ODGJ meningkat sebesar 33 poin. Kesimpulan: Psikoedukasi keluarga adalah salah satu elemen program perawatan kesehatan jiwa keluarga dengan cara pemberian informasi, edukasi melalui komunikasi yang terapeutik. Program psikoedukasi merupakan pendekatan yang bersifat edukasi dan pragmatik. Kata kunci: caregiver, ODGJ, pasung, psikoedukasi ___________________________________________________________________________________________________________ Abstract Background: Pasung is a term used in Indonesia and several other countries to describe the act of isolating and restraining patients or people with mental disorders (ODGJ). Pasung aims to separate people who are considered to have mental disorders and are disruptive or dangerous from community life. The occurrence of pasung was found in Banyuroto Village along with handling the post-eruption of Merapi in 2010. The event of pasung is based on the family's inability to care for family members who suffer from mental disorders. Apart from pasung, several cases of mental disorders were found in 5 hamlets located in Banyuroto Village. This is a key intervention for nurses to conduct family psychoeducation. Objective: This community service is to apply family psychoeducation to caregivers. Hence, they are able to provide nursing care independently after the patient is released from shackles and after treatment from a mental hospital. Method: The planned community service programs are program socialization, implementation of family psychoeducation, and evaluation of activities. Results: The results of the implementation of family psychoeducation were obtained: caregiver stress decreased by 5 points, caregiver burden decreased by 1 point, caregiver knowledge in caring for patient increased by 3 points, and caregiver's ability to care for patient increased by 33 points. Conclusion: Family psychoeducation is an element of the family mental health care program by providing information, and education through therapeutic communication. Keywords: caregiver, ODGJ, coercion, psychoeducation
Gangguan jiwa merupakan penyakit psikologis pada manusia. Gangguan jiwa adalah gangguan pikiran, gangguan perasaan atau gangguan tingkah laku sehingga menimbulkan penderitaan dan terganggunya fungsi sehari-hari (fungsi pekerjaan dan fungsi sosial) dari orang tersebut. Pelaksanaan program pengabdian ini dengan menggunakan pendekatan mitra binaan yang dilibatkan secara aktif dalam setiap tahapan dan kegiatan pembinaan yang dilakukan melalui pemberian pendidikan kesehatan. Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah materi tentang upaya menghadapi covid-19 pada orang dengan gangguan jiwa pada kader-kader kesehatan jiwa dengan laptop, hp, dan materi video. pendidikan kesehatan pada kader kesehatan jiwa menjadi semakin paham tentang pencegahan Covid-19 dengan orang gangguan jiwa pada kader kesehatan jiwa. Kader banyak yang bertanya dan menujukkan antusias pada kader dalam melihat video materinya. menanamkan kepada kader kesehatan jiwa ini sangat penting dengan melihat sangat penting dalam kekuatan kader kesehatan jiwa di masyarakat. Penyuluhan tentang kiat menghadapi covid-19 pada orang gangguan jiwa (ODGJ) pada kader kesehatan di wilayah RW 3 kelurahan kedungmundu. Kegiatan pengabdian ini dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai rencana kerja sama semua pihak, terutama sasaran yang mengikuti kegiatan sampai selesai di kader WAG Penyuluhan tentang kiat menghadapi covid-19 pada orang gangguan jiwa (ODGJ) pada kader kesehatan di wilayah RW 3 kelurahan kedungmundu. Kegiatan pengabdian ini dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai rencana kerja sama semua pihak, terutama sasaran yang mengikuti kegiatan sampai selesai di kader WAG Penyuluhan tentang kiat menghadapi covid-19 pada orang gangguan jiwa (ODGJ) pada kader kesehatan di wilayah RW 3 kelurahan kedungmundu. Kegiatan pengabdian ini dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai rencana kerja sama semua pihak, terutama sasaran yang mengikuti kegiatan sampai selesai di kader WAG
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.