Latar belakang. Pada anak usia di bawah satu tahun, perdarahan intrakranial memiliki tingkat mortalitas yang tinggi. Diperlukan parameter untuk memprediksi mortalitas guna menentukan tata laksana segera yang tepat sehingga diperoleh hasil akhir yang lebih baik. Tujuan. Mendapatkan tingkat akurasi parameter klinis dalam memprediksi mortalitas perdarahan intrakranial spontan pada anak dengan usia kurang dari satu tahun.

Background: The COVID-19 vaccine is useful for protecting the body by causing or stimulating specific immunity in the body. COVID-19 survivors are a group of individuals who have been exposed to COVID-19 and have successfully recovered from COVID-19 infection. Exposure to COVID-19 causes the activation of memory cells and anti-SARS-CoV-2 IgG antibodies. In contrast to individuals who have never been exposed to COVID-19, the bodies of individuals who are not COVID-19 survivors have not had the experience of exposure to COVID-19, which causes the absence of memory cells and anti-SARS-CoV-2 IgG antibodies. This study is one of the first studies to explore differences in anti-SARS-CoV-2 IgG antibody levels in survivors and non-survivors of COVID-19 at Dr. Mohammad Hoesin General Hospital, Palembang, Indonesia. Methods: This was an analytic observational study with a cohort approach. A total of 136 research subjects participated in this study. Observation of anti-SARS-CoV-2 IgG levels was carried out before vaccination, weeks 2, 12, and 24. Data analysis was carried out using SPSS univariate and bivariate. Results: The COVID-19 survivors group consistently from the time they were vaccinated, weeks 2, 12, and 24 showed a relatively higher average anti-SARS-CoV-2 IgG level than the non-COVID-19 survivors' group. The group of survivors of COVID-19 shows a trend of decreasing average anti-SARS-CoV-2 IgG levels over time. In contrast to the non-survivor group of COVID-19, which showed a trend of increasing anti-SARS-CoV-2 IgG levels. Conclusion: There were differences in anti-SARS-CoV-2 IgG levels between the COVID-19 survivor group and non-survivor COVID-19 group at Dr. Mohammad Hoesin General Hospital, Palembang, Indonesia.

Latar belakang. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab anak dibawa ke rumah sakit. Pada umumnyatrauma terjadi karena kecelakaan lalu lintas. Di Amerika sekitar 300.000-400.000 anak dirawat karenacedera. Di Indonesia hanya ada data sporadis.Tujuan. Mendapatkan gambaran karakteristik klinis pada anak dengan cedera kepala di RS Dr. CiptoMangunkusumo.Metode. Studi deskriptif retrospektif dengan data sekunder diambil dari data catatan medik dari bulanJanuari 2004 - Juli 2005.Hasil. Selama kurun waktu penelitian ditemukan jumlah kasus trauma kepala pada anak usia <15tahun 503 kasus. Usia terbanyak antara umur 6-10 tahun, rasio laki-laki: wanita adalah 1.7: 1. Keluhanterbanyak adalah nyeri kepala (25,6%), dan muntah (20,9%). Mekanisme cedera banyak yang tidakdiketahui (61,6 %). Skala koma Glasgow (SKG) 13-15 yang paling banyak dijumpai (91,8%), gangguansaraf kranialis dan gangguan motorik (1,2%), dan Jejas hematom 9,5%. Pemeriksaan radiologiksederhana jarang dikerjakan. Enam puluh persen pemeriksaan rawat inap, 61% dan 36,4% hiduptanpa cacat.Kesimpulan. Kasus trauma kepala pada anak usia <15 tahun, lebih sering terjadi pada anak laki-lakidibanding anak perempuan kelompok usia terbanyak antara 6-10 tahun. Fraktur tengkorak dan perdarahanintrakranial jarang terjadi pada anak-anak