Pendahuluan: Daun seroja (Nelumbo nucifera G.) merupakan salah satu tanaman yang berpotensi dalam bidang pengobatan, salah satunya sebagai antibakteri dalam pengobatan antijerawat. Daun seroja mengandung senyawa alkaloid, saponin, tanin, flavonoid dan steroid merupakan senyawa metabolit sekunder pada tumbuhan yang berkhasiat sebagai antibakteri. Tujuan: Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun seroja dan krim ekstrak etanol daun seroja konsentrasi 10%, 20% dan 30% terhadap bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus aureus. Metode: Pembuatan ekstrak etanol daun seroja dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Uji aktivitas antibakteri secara in-vitro menggunakan metode sumuran dengan kosentrasi 10%, 20% dan 30%. Hasil: Hasil uji aktivitas antibakteri krim ekstrak etanol daun seroja memilki zona hambat pada bakteri Propionibacterium acnes yaitu konsentrasi 10% sebesar 8,7 mm, konsentrasi 20% sebesar 12,4 dan konsentrasi 30% sebesar 14,5 mm. Dan zona hambat pada bakteri Staphylococcus aureus yaitu konsentrasi 10% sebesar 8,1 mm, konsentrasi 20% sebesar 11,1 dan konsentrasi 30% sebesar 14,1 mm. Kosentrasi yang paling baik adalah krim ekstrak etanol daun seroja pada konsentrasi 30%. Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa ekstrak etanol daun seroja dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan krim dan memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus aureus. Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan fraksinasi untuk mendapatkan hasil sediaan yang lebih baik.
Treatment of active tuberculosis requires the use of combinations of drugs. One of the common combination of drugs to serve as anti-tubercular medication is rifampin, isoniazid and pyrazinamide. However, a research conducted by the Food Drug Administration (FDA) concluded that the combination of anti-tubercular medication may pose some patients to the risk of sub-optimal drug exposure, which may lead to less optimal treatment. This study aimed to determine the drug level of combination of anti-tubercular medication, namely rifampin, isomiazid, and pyrazinamide and to develop a spectrophotometric method using the dual wavelength method (DWM) and ratio substaction method (RSM) in tablet preparations on the market without separation. During the preparation, methanol was used as the solvent, followed by dilution, determination of calibration curve, determination of wavelength (λ), measurement, data analysis and validity test with several parameters ranging from linearity, accuracy, precision, LOD, and LOQ. The research revealed that the drug levels of rifampin, isoniazid, and pyrazinamide from the ultraviolet spectrophotometric method using sequential DWM were 100.3±1.8785; 99.98±2.5943; 100.03±2.076 and the results of the ultraviolet spectrophotometric method using RSM sequentially were 99.73±0.5437; 99.84±1.7598; 99.91±1.4762. Both methods succeeded in determining the drug level of the combination of rifampin, isoniazid, and pyrazinamide in tablet preparations without separation and the results of the validation parameters met the requirements.
Pendahuluan: Buah asam kandis (Garcinia xanthocymus Hook.f ex T.Anderson) merupakan tumbuhan jenis famili Clusiase dan termasud pada jumlah spesies yang cukup banyak. Buah asam kandis mempunyai variasi dalam hal aktivitas biologis dan farmakologis diantaranya sitotoksik, antiinflamasi, antimikroba, antifungi dan antioksidan. Tujuan: Untuk mengetahui kandungan dan kadar flavonoid total buah asam kandis dengan menggunakan baku pembanding kuersetin. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan metode KLT (Kromatografi Lapis Tipis) menggunakan analisis kualitatif dengan parameter Rf, kemudian menggunakan metode spektrofotometri dalam analisis kuantitatif dengan parameter kadar flavonoid total (Nilai mg QE/g sampel) dan Metode LCMS (Liquid Crhomatograph Mass Spectomety) dengan parameter waktu retensi (Rt). Hasil: Menunjukkan bahwa buah asam kandis memiliki nilai Rf 0,86 yang menyatakan buah asam kandis positif flavonoid dengan baku pembanding kuersetin, kadar flavonoid total sebesar 34,8364 mg QE/g sampel dengan standar devisi 0,4355 dan persentase 0,6967 % dan memiliki 5 jenis senyawa flavonoid yaitu methyl dihydro quersetin, 1,5-Dihydroxy-3- methoxy xanthone, Afzelechin, Myricetin-3-O-ß-D-galactopiranoside, dan Myricetin 7- glucoside. methyl dihydro quersetin merupakan flavonoid dengan komposisi terbesar yakni sebesar 49,57 % dengan waktu retensi menit 0,485. Kesimpulan: Total flavonoid yang teridentifikasi memiliki jenis dan kadar yang berbeda-beda.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.