Maraknya deforestasi di daerah hulu memicu terjadinya kerusakan lahan yang berimbas pada tingginya laju erosi yang berdampak pada tingginya sedimentasi. Kajian dilakukan untuk mengetahui laju sedimentasi, dan solusi yang harus dilakukan sebagai upaya penanganan secara komprehensif. Prediksi laju erosi dilakukan menggunakan metode USLE (The Universal Soil Loss Equation), dan prediksi laju sedimentasi diperhitungkan dengan Sediment Delivery Ratio (SDR). Perencanaan strategi upaya penanganan untuk mereduksi sedimen menggunakan SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threats). Daerah dengan tingkat bahaya erosi sangat berat adalah Sub-Sub DAS Legi, Sub-Sub DAS Parat, dan Sub-Sub DAS Sraten. Laju sedimentasi terbesar adalah Sungai Legi sebesar 1.047,97 ton/tahun, dan yang terkecil Sungai Ringis sebesar 8,31 ton/tahun. Berdasarkan analisis SWOT, strategi yang dihasilkan adalah Turn Around Strategy, artinya Sub DAS Rawapening dalam kondisi yang tidak baik, namun banyak mendapat dukungan dari berbagai pihak. Peluang yang bagus berasal dari lingkungan sekitar dan stakeholder yang berwenang, salah satunya BBWS Pemali Juana yang berupaya untuk menyelamatkan Sub DAS Rawapening dengan berbagai program berbasis konservasi. PENDAHULUANErosi membawa partikel tanah ke dalam air dalam bentuk sedimen dan menetap di daerah yang lebih rendah seperti sungai, danau, saluran irigasi, dan beberapa tempat lainnya (Setyawan, dkk, 2017). Proses pengendapan sedimen pada danau pada umumnya dimulai dengan terbentuknya delta di bagian hulu danau. Partikel sedimen halus dibawa oleh kerapatan atau kekentalan arus menuju danau. Oleh karena itu, pengukuran terhadap nilai erosi dan sedimentasi sangat penting dilakukan sebagai indikator untuk mengevaluasi kegiatan pengelolaan DAS khususnya dari aspek lahan (Wijaya, Diah Auliyani, 2017).Wilayah studi dalam penelitian ini adalah Sub DAS Rawapening. Berdasarkan topografi Danau Rawapening terletak di daerah yang rendah dan merupakan lembah yang dikelilingi oleh daerah yang tinggi (pegunungan dan Tersedia Online di http://www.jurnal.unublitar.ac.id/ index.php/briliant
Housing is a very basic necessity for human life, so it is needed by considering its comfort of the environment and constituent materials. For people who live on the coastal areas which have narrow land and low environmental arrangement, a floating house can be the solution. The floating house is a building that stands or floats on water by relying on the weight and area of the field that is submerged as load parameters that are able to be borne by the structure. The house can float and be placed on the edge of the beach and above the sea water front. There are various materials that can be utilized as the footing of this floating house; one of which is plastic barrels. This research aims at analyzing the level of buoyancy, the amount of materials and the cost needed for the construction of a simple floating house unit using plastic barrels as the platforms. The results showed that the buoyancy level (Fa) of plastic barrels as the platforms material is 549.814 Newton, the number of plastic barrels needed as platforms materials is 232 pieces costing for IDR 358,270, 000.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.