Correlation Between Stress Level And Body Mass Index On Medical Student Of Tanjungpura University. Stress is an unspecific body response disturbed body needs. The body mass index is an indicator for the categories of underweight, normal, overweight, and obesity. The purpose of this study was to determine the correlation between stress level and body mass index on the student at the medical faculty of Tanjungpura University. This study was an analitic the observasional with cross sectional design. A total of 79 students were studied. The study was conducted in medical faculty of Tanjungpura University. Data was analyzed by Spearman test . Result of this study showed that 28,6% students had mild stress level and 45,2% had normal body mass index. Spearman test showed significant correlation between stress level and body mass index (p= 0,000; r= -0,734). There was significant correlation between stress level with body mass index among medical students.Abstrak: Hubungan Tingkat Stres Dengan Indeks Massa Tubuh Mahasiswa PSPD FK Untan. Stres adalah respon tubuh tidak spesifik terhadap kebutuhan tubuh yang terganggu. Indeks massa tubuh adalah indikator untuk kategori underweight, normal, overweight, dan obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan indeks massa tubuh mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura angkatan 2013. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan Cross sectional. Subjek penelitian berjumlah 79 orang mahasiswa. Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak. Hasil penelitian diuji dengan uji statistik Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 24 orang (28,6%) mengalami stres ringan dan 38 orang (45,2%) dengan berat badan normal. Berdasarkan analisis statistik diperoleh nilai signifikansi (p) yang didapatkan adalah 0,000 dan nilai korelasi (r) adalah 0,734. Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat stres dengan indeks massa tubuh mahasiswa PSPD.
Latar belakang: Chronotype merupakan preferensi biologis seseorang dalam memilih jam tidur dan waktu aktif (bangun) yang terbagi menjadi dua tipe yaitu morningness dan eveningness. Mahasiswa dengan tuntutan akademik serta non-akademik yang tinggi cenderung untuk memiliki preferensi eveningness. Dalam aspek psikis, chronotype eveningness dinilai turut berperan terhadap kejadian gangguan emosi, salah satunya yaitu depresi. Penelitian menilai hubungan antara chronotype dengan tingkat gejala depresi pada mahasiswa kedokteran tingkat pertama di Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura. Metode: Ini adalah studi observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional dan teknik total sampling. Sebanyak 97 mahasiswa tingkat pertama menjadi responden penelitian. Morningness-Eveningness Questionnaire dan Beck Depression Inventory-II digunakan sebagai alat ukur. Analisis data dilakukan menggunakan Uji Chi-square. Hasil: Responden yang memiliki chronotype morningness dan tidak memiliki gejala depresi sebanyak 35 mahasiswa (36%), sedangkan yang memiliki gejala depresi sebanyak 4 mahasiswa (4%). Responden yang memiliki chronotype eveningness dan tidak memiliki gejala depresi sebanyak 19 mahasiswa (20%) sedangkan yang memiliki gejala depresi sebanyak 39 mahasiswa (40%). Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai p=0,000. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara chronotype dengan tingkat gejala depresi pada mahasiswa kedokteran tingkat pertama di Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura.
Latar belakang: Penyakit ginjal kronik stadium V merupakan tahap terminal penyakit ginjal kronik yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal ireversibel dan diperlukan terapi pengganti ginjal berupa hemodialisis, dialisis peritoneal, atau transplantasi ginjal. Data RISKESDAS tahun 2013 menunjukkan prevalensi PGK di Kalimantan Barat mencapai 0,20% yang kemudian meningkat menjadi 0,42% pada tahun 2018. Prevalensi kasus PGK stadium V di Kalimantan Barat terus meningkat sehingga diperlukan penelitian mengenai etiologi PGK di RSUD dr. Soedarso yang merupakan salah satu rumah sakit umum yang terletak di kota Pontianak dan merupakan rumah sakit rujukan yang memiliki layanan unggulan hemodialisis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran etiologi penyakit ginjal kronik stadium V pada pasien rawat inap di RSUD Dokter Soedarso Pontianak. Metode: Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan pendekatan retrospektif. Sampel penelitian adalah 86 penderita penyakit ginjal kronik stadium V yang menjalani rawat inap. Hasil: Etiologi PGK stadium V terbanyak yaitu hipertensi (64%), nefropati diabetik (27%), kemudian infeksi saluran kemih (2%), obstruksi saluran kemih (3,5%), dan kista ginjal (3,5%). Kesimpulan: Etiologi PGK stadium V pada pasien rawat inap di RSUD Dokter soedarso tahun 2017-2018 adalah hipertensi, nefropati diabetik, obstruksi saluran kemih, infeksi saluran kemih dan penyakit polikistik ginjal dengan prevalensi etiologi terbanyak yaitu hipertensi dan terbanyak kedua yaitu nefropati diabetik.
<p>Latar Belakang: Pola siklus menstruasi disebut normal apabila tidak kurang dari 21 hari serta tidak melebihi 35 hari. Tujuan: Diketahuinya hubungan antara indeks massa tubuh dan usia menarche terhadap panjangnya siklus menstruasi pada siswi SMA di Pontianak. Metode: Penelitian analitik observasional cross sectional. Variabel bebas penelitian adalah indeks massa tubuh dan usia menarche, variabel terikat adalah panjangnya siklus menstruasi. Total sampel penelitian 40 orang. Hasil: Terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dan panjangnya siklus menstruasi (uji Fisher’s Exact p = 0,02). Tidak terdapat hubungan antara usia menarche dan panjangnya siklus menstruasi (uji Chi-Square p = 0,305). Simpulan: Indeks massa tubuh berhubungan dengan panjangnya siklus menstruasi siswi.</p><p>Background: Menstrual cycle pattern is normal if not less than 21 days and not exceed 35 days. Objective: To evaluate the relationship between body mass index and age of menarche on the menstrual cycle among female senior high school students in Pontianak. Method: Observational analytic study with cross sectional design. The independent variables were body mass index and age of menarche, the dependent variable was menstrual cycle. Total sample were 40 students. Results: There is a relation between body mass index and the menstrual cycle (Fisher’s Exact test p = 0,02). No relation between age of menarche and the menstrual cycle (Chi-Square test p = 0,305). Conclusion: Body mass index has a relation toward the menstrual cycle among female senior high school students in Pontianak.</p>
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.