Background. The primary environmental risk associated with artisanal small-scale gold mining (ASGM) activities in Sekotong and Taliwang is waste discharged directly into the environment. This waste contains variable concentrations of heavy metals and a high level of mercury. When these elements are released into the environment, plants and animals can be contaminated. If mercury is methylated to methylmercury, levels can increase in concentration at each level of the food chain (biomagnify). Fish are a primary risk vector for methylmercury poisoning in humans, and represent a significant source of protein for the Sekotong and Taliwang communities. Objectives. The present study aimed to identify the concentration of mercury in fish from ASGM sites in Sekotong and Taliwang. Methods. Descriptive research was used to describe the mercury concentrations of fish in the present study. The fish species collected for the samples represented commercially available fish most commonly consumed by the community on a daily basis. Results. In Sekotong's ASGM area, the mercury concentration in Pilsbryoconcha exilis tissue was 596 ppb, 721 ppb for Sephia officinalis and 50% of the Euthynnus affinis samples had a high level of mercury, above the World Health Organization (WHO) maximum permissable limit for the sale of fish for human consumption of 0.5 ppb. Conclusions. Some fish species from the studied ASGM sites had high mercury concentrations above the maximum permissible mercury concentration in edible fish tissue. The risks associated with mercury exposure from fish consumption threaten community health. Ethics Approval. All experiments were performed in accordance with relevant local guidelines and regulations. Competing Interests. The authors declare no competing financial interests.
Melalui pendekatan kajian normatif, ditemukan bahwa pemerintah daerah mendalilkan kebijakan Refocusing anggaran berdasarkan pada ketentuan dalam Instruksi Presiden tentang Refocusing Kegiatan, Realokasi Anggaran, serta Pengadaan Barang dan Jasa Dalam Rangka Percepatan Penanganan COVID-19. Pengaturan demikian tentunya tidaklah terlalu kuat malah akan berpotensi menjadi celah terjadinya mensrea (niat jahat) bagi pelaksana kebijakan pemerintahan utamanya baik pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran. Hal yang seharusnya diatur dalam kebijakan penganggaran terkait kebijakan Refocusing anggaran adalah melalui diterbitkannya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang yang menjadi dasar pengganti dalam Undang-Undang tentang Pemerintah Daerah yang selama ini merupakan dasar legalitas proses kebijakan keuangan daerah di samping juga peraturan lain.
ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai jumlah (kuantitatif) limbah organik (N, P dan C) dari kegiatan budidaya udang karang dalam keramba jaring apung (KJA), dan pengaruh kegiatan budidaya udang karang terhadap status kualitas perairan Teluk Ekas Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam hubunganya dengan kelayakan perairan tersebut untuk pengembangan budidaya perikanan Iaut. Pendugaan total bahan organik dihitung dengan mengacu pada total pakan yang tidak dikonsumsi dan jumlah feses. Pengumpulan limbah feses dan sisa pakan dilakukan setiap bulan selama kegiatan budidaya udang karang. Metode pengambilan dan penanganan contoh air mengacu pada APHA (1992), analisis data kualitas air dengan Principal Component Analysis, serta penentuan status kualitas perairan Teluk Ekas dengan Nemerow Pollution Index (PI).Selama pemeliharaan udang karang yang berlangsung 270 hari dengan pemberian pakan ikan rucah, diperoleh laju pertumbuhan harian adalah 0,74 g/hari, sintasan 66% dan dengan rasio konversi pakan 11,15. Beban limbah budidaya udang karang dalam KJA yang terbuang ke lingkungan perairan sebanyak 1.256,38 kgN; 259,26 kgP dan 2.212,91 kgC/ton produksi udang. Status kualitas perairan Teluk Ekas termasuk kriteria tercemaran sedang sampai tercemar berat, dimana parameter yang melebihi baku mutu adalah amonia (0,3 mg/l), nitrat (0,008 mg/l), dan fosfat (0,015 mg/l). Dengan demikian, untuk mengantisipasi penurunan kelayakan habitat dan dampaknya terhadap lingkungan perairan budidaya, maka perlu mencari upaya-upaya yang dapat menekan laju buangan limbah tersebut ke dalam lingkungan budidaya, sehingga dapat meminimalkan dampak kegiatan budidaya dalam perairan tersebut.Kata kunci : limbah organik, budidaya udang karang, keramba jaring apung, kualitas air, Teluk Ekas
ABSTRAKMengingat peranan zooplankton dalam ekosistem perairan sangat penting, maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk menganalisis struktur komunitas zooplankton yang meliputi jenis, kelimpahan, dan indek ekologi, dan kaitan distribusi zooplankton dan kualitas perairan di Perairan Kabupaten Lombok Utara. Pengumpulan data dirancang dengan sistem informasi geografis (SIG) pada 23 stasiun pengamatan yang ditentukan dengan teknik acak sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis dan kelimpahan zooplankton yang ditemukan di Perairan Kabupaten Lombok Utara cukup bervariasi dengan jumlah genus sebanyak 9 yang terbagi dari 5 kelas. Berdasarkan perhitungan indeks ekologi menunjukkan bahwa struktur komunitas zooplankton dalam kategori perairan yang kurang stabil. Kelimpahan dan indeks ekologi zooplankton dipengaruhi oleh kondisi lingkungan (fisik-kimia) perairan antara lain kecerahan, pH dan oksigen terlarut. Kata kunci : zooplankton, struktur komunitas, kualitas perairan, kelimpahanABSTRACTConsidering that the role of zooplankton in aquatic ecosystems is very important, research is carried out with the aim of analyzing zooplankton community structure which includes the type, abundance, and ecological index, and the relation of zooplankton distribution and water quality in North Lombok Regency Waters. Data collection was designed with a geographical information system (GIS) on 23 observation stations that were determined by simple random techniques. he results of this study indicate that the type and abundance of zooplankton found in the waters of North Lombok Regency are quite varied with the number of genus as many as 9 which are divided into 5 classes. Based on the calculation of the ecological index shows that the zooplankton community structure is in the category of less stable waters. The abundance and ecological index of zooplankton is influenced by the environmental (physical-chemical) conditions of the waters including brightness, pH and dissolved oxygen. Keywords: zooplankton, community structure, water quality, abundance
<p><strong><em>Abstract. </em></strong><em>Fish meal, corn, and rice bran are feed ingredient which easily obtained. Different of quality and amount of each ingredients in fish feed result a various respons on fish. </em><em>The ai</em><em>m of this study were </em><em>to determine respon of growth and feed consumption of walking cat fish (Clarias sp.) which fed feed made of fish meal, rice bran, and corn. The e</em><em>xperimental diets containing fish meal, corn </em><em>meal, and rice bran meal, respectively A. 70;10:19,5.; B. 60;25;14,5 C=60,19,75:19,75; D=60:9,5:30, and the other diets, E and F, were commersial diets. Daily growth rate, feed consumption, feed eficiency, and feed conversion ratio showed significant differences </em><em>(p>0,05) among the treatments. In general, feed consumption rate, daily growth rate, feed efficiency, and feed conversion rate were best obtained on commercial feed, while feed made from local ingredients showed lower performance than commercial feed. The low quality of feed local ingredients were caused by used low quality of local ingredients which caused the level minimum of fibre and ash were high in 17,9% and 23,5%, respectively. The utilization of Local fish meal 60-70%, corn meal 9,5-19,75%, and rice bran meal 14,5-30% in fish diet did not result better growth performance than commercial diet, however the best formulation for local ingredients of fish meal, corn meal, rice bran meal were 60%; 19,75%; 19,75% and 60%; 9,5%;30 % respectively </em></p><p><strong><em>Keywords</em></strong><em> : Corn </em><em>meal; diets; feed consumption; </em><em>fish meal; growth; </em><em>rice bran; </em><em>walking catfish (Clarias sp.</em>)</p><p><strong>Abstrak. </strong>Tepung ikan, jagung dan dedak padi adalah merupakan bahan baku yang mudah diperoleh dan dapat digunakan sebagai bahan baku pakan ikan, meskipun demikian perbedaan kualitas setiap jenis bahan baku dan jumlah pengggunaan setiap bahan baku dalam pakan dapat menghasilkan respon yang berbeda terhadap ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan konsumsi pakan ikan lele (<em>Clarias</em> sp.) yang diberikan pakan berbahan tepung ikan, tepung dedak padi, dan tepung jagung. Pakan uji yang dicobakan adalah pakan dengan komposisi tepung ikan: tepung jagung, dan: tepung dedak yang berbeda yaitu masing-masing A=70:10:19,5; B=60:25:14,5; C=60:19,75:19,75; D=60:9,5:30, serta dua pakan komersial yaitu E dan F Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan dengan komposisi bahan baku yang berbeda berpengaruh (<em>p<0,05</em>) terhadap laju pertumbuhan harian, tingkat konsumsi pakan, efisiensi pakan dan rasio konversi pakan. Tingkat konsumsi pakan, laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan dan rasio konversi pakan yang terbaik diperoleh pada pakan komersial sedangkan pakan yang berbahan baku lokal menunjukkan tampilan yang lebih rendah dibandingkan pakan komersial. Rendahnya kualitas pakan berbahan baku lokal diduga disebabkan oleh bahan baku lokal yang digunakan memiliki kualitas yang rendah sehingga menghasilkan pakan dengan kandungan serat kasar dan abu yang tinggi masing-masing minimal 17,9% dan 23,5%. Penggunaan bahan baku local yaitu tepung ikan 60-70%, tepung jagung 9,5-19,75% dan dedak 14,5 – 30% belum dapat menghasilkan tampilan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan pakan komersial, meskipun demikian formulasi terbaik pakan berbahan baku lokal diperolah pada komposisi tepung ikan; jagung; dedak adalah 60%; 19,75%; 19,75% dan 60%; 9,5%;30 %.</p><p><strong>Kata kunci</strong> : Ikan lele (<em>Clarias sp</em>.); konsumsi pakan; pakan; pertumbuhan; tepung dedak; tepung ikan; tepung jagung</p>
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.