We present magneto conductivity measurements in natural porphyrin thin films in magnetic fields of 100 Oe at room-temperature. The films used in this experiment were isolated from natural spirulina sp by chromatography procedure with n-hexane. Each layer fabricated by spin coater methods with rotation speed of 2500 rpm for 60 second is followed post heating at temperature of 60°C for 300 second. The procedure is repeated N times. Magneto-conductance effect is presented at room temperature with induce magnetic field in plane of films. The results show that ratio magneto-conductance decreases with the increase of voltage provided. The magneto-conductance ratio increase with the increase of N repetition number. Finally, both the results indicate that magneto-conductance effect could be realized due to annihilation of carrier charge.
PT Garam merupakan salah satu perusahaan yang berada di Pulau Madura. Saat ini sedang dilakukan penigkatan kompetensi bagi pegawai dengan berkolaborasi antara POLTERA dengan perusahaan. Hal ini dilakukan karena sampang pada nilai IPM sebesar 61,9%. Tujuan dari pengabdian masyarakat ini untuk meningkatkan keterampilan pegawai khususnya pada bidang pengelasan dan inspeksi menggunakan metode penetran. Kegiatan ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Madura dengan jumlah peserta 10 orang. Besar harapan pada kegiatan ini dapat dialksanakan secara teratur agar semakin banyak karyawan yang mendapatkan kompetensi khususnya pada bidang inspeksi pengelasan. Pada beberapa kegiatan telah dilakukan tes dan evaluasi untuk mengetahui pemehaman peserta. Hasil dari ujian tulis yang dilakukan dengan rata rata nilai 73 dan presentasi pemahanan 90%. Selanjunya dilakukan evaluasi berupa praktek pengelasan dan penetran tes yaitu dapat mengidentifikasi cacat permukaan pada hasil las. Maka, setelah silaksanakan kegiatan ini peserta yang hadir dapat mengaplikasikan ilmu yang didapatkan terutama pada pekerjaan di perusahaan PT Garam untuk perbaikan mesin dan konstruksi.
Salah satu upaya dalam mendukung pengembangan IKN di Penajam Paser Utara adalah pengembangan wilayah di sekitarnya, seperti potensi wisata alam, sejarah dan budaya. Wilayah wisata Kepulauan Derawan di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur termasuk dalam kawasan sekitar yang layak dikembangkan. Dalam rangka menyiapkan fasilitas wisata yang memadai dan kompetitif untuk wisata panorama bawah laut wilayah tersebut, maka pada penelitian ini didesain kapal wisata type deep displacement single hull dengan kapasitas penumpang maksimal 18 orang. Proses preliminary design diawali dengan penentuan ukuran utama menggunakan metode regresi linier. Kemudian dilanjutkan dengan desain bentuk kapal berupa Lines Plan, sistem penggerak kapal, general arrangement dan perhitungan stabilitas kapal. Kapal yang didesain memiliki ukuran panjang 13.7 m, lebar 4.6 m, tinggi geladak 3.8 m dan sarat maksimum 1.94 m. Kapal dilengkapi dengan motor penggerak type outboard dengan daya 2 x 90 HP, untuk dapat berlayar dengan kecepatan 6-9 knot. Lambung kapal didesain dapat tercelup dengan sarat tinggi, supaya penumpang dapat melihat panoirama bawah laut dari sisi kapal yang dilengkapi dengan jendela transparan. Sistem pengaturan sarat kapal memanfaatkan sistem ballat utama dan ballast bantu. Kapal ini memiliki range stabilitas sampai dengan kemiringan 0-90 derajat, dengan periode oleng sebesar 3.18 detik.
Penggunaan plat sandwich pada struktur kapal semakin meluas. Steel based hybrid sandwich banyak digunakan sebagai alternatif pengganti plat baja berpenegar. Plat sandwich ini terdiri dari faceplate berupa baja dan core material berupa matriks polyurethane elastomer. Perbedaan karakteristik pada dua material penyusun plat sandwich tersebut menyebabkan beberapa permasalahan. Salah satu permasalahan yang mungkin terjadi adalah kerusakan retak pada core material, yang menyebabkan lepasnya faceplate dari core-nya. Hal ini terjadi karena core material yang berupa matriks polyurethane relatif getas (brittle), sehingga rentan mengalami kerusakan ketika terkena pembebanan lebih atau berulang. Pada penelitian ini dilakukan analisis stress dan deformasi yang terjadi pada plat sandwich struktur geladak kapal, yang memiliki kerusakan retak pada core yang menyebabkan lepasnya lapisan faceplate dari core materialnya. Kerusakan core ini diasumsikan merepresentasikan retak mode I pada mekanika kepecahan. Analisis dilakukan dengan metode elemen hingga dengan bantuan software komputer. Beberapa model dengan variasi panjang keretakan dianalisis, untuk melihat pengaruh panjang keretakan terhadap stress, deformasi dan faktor intensitas stress pada model tersebut. Serta dievaluasi nilai panjang retak minimal saat mulai terjadinya perambatan retak. Hasil analisis menunjukkan bahwa tegangan maksimum (von misses) mengalami kenaikan secara linear dan signifikan terhadap kenaikan panjang keretakan. Tegangan maksimum pada kondisi utuh terjadi pada ujung-ujung kondisi batas jepit (fixed), sementara pada model dengan kerusakan berada pada sisi yang tidak mengalami keretakan. Deformasi juga mengalami kenaikan yang linear dan signifikan seiring dengan kenaikan panjang keretakan. Posisi deformasi maksimum berada pada ujung retakan. Nilai critical stress intensity factor (KIC) pada model adalah 6,90 dan panjang retak gagal (af) adalah 12,2 mm. Artinya perambatan retak akan terjadi ketika panjang retak mencapai 12,2 mm.
One of the environmental factors that influence the probability of a ship accident is the wave height. Extreme wave height can cause the bow of the ship crashing on the surface of the sea water (slamming). Slamming can cause local buckling and deformation on the ship’s bottom plate at the bow. At certain conditions the slamming can cause damage to the ship’s bow structure. This research discussed the effect of using bulbous bow on slamming probability on 4200 DWT container vessel. The analysis was carried out at 1.5 - 3 meter wave height conditions, according to the wave height conditions on this ship’s shipping route in Makassar Strait. The geometrical dimension is LPR = 2.116 m, BB = 2.805 m and ZB = 2,42 m. The analysis of the motion response of the ship is carried out on two types of motion heaving and pitching. In maximum draft conditions, 5.5 meters and speed 11.9 knots (6.12 m/s) and a heading angle of 180°. The next step is calculation of response spectrum by multiplying the wave spectrum with RAO. From the analysis, known that higher wave produced greater response of heaving and pitching motion. And also higher wave produced higher relative bow motion spectrum. The probability of slamming of 4200 DWT ships with bulbous bow is smaller than without bulbous bow. At a certain wave height (2-3 meters) indicates that the bulbous bow reduces the slamming probability approximately 17-49%. The intensity slamming per hour of 4200 DWT ships with bulbous bow is smaller than without bulbous bow. It is indicates that the bulbous bow reduces the slamming intensity per hour approximately 24-45%.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.