This study was aimed to explore middle class single adult women's experience concerning their identity as a single in Surabaya. The number of single adult women in Surabaya has been increased since 2010 until recently. Phenomenological method was used in this study. Data collected using indepth semi-structured interviews and analysed using IPA (Interpretative Phenomenological Analysis). This study reveals three themes, namely the experience of being stigmatized, psychological impacts of the stigma, and strategies employed to cope with stigma and psychological discomforts. Most participants reported that they are called as “perawan tua” (spinster), “tidak laku” (leftover) by social surroundings. They are also blamed as having negative traits such as introvert because of their single status. The experience of being stigmatized has impacted on their psychological discomforts such as insecure feelings and loneliness. To cope with stigma and psychological discomforts, most participants employed some strategies, namely reevaluating single identity in positive ways, avoiding situations wich invite stigma, and accepting God's destiny and plan.Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman perempuan lajang kelas menengah di Surabaya. Meningkatnya jumlah perempuan lajang di Surabaya dari tahun 2010 hingga tahun 2012 dan masih dijumpainya stigma negatif kepada perempuan lajang menjadi dasar dilakukannya penelitian ini. Metode yang digunakan adalah kualitatif fenomenologis dengan pengambilan data menggunakan wawancara semiterstruktur. Data yang telah diperoleh dianalisis menggunakan teknik analisis interpretative phenomenological analysis (IPA). Penelitian ini berhasil mengidentifikasi tiga tema utama, yaitu pengalaman terkait stigma terhadap identitas lajang; kondisi psikologis akibat stigma terhadap lajang, dan cara menghadapi tekanan dan stigma. Para partisipan melaporkan bahwa mereka dianggap dan diperbincangkan sebagai perawan tua, perempuan tidak laku, dan memiliki sifat tertutup yang tidak mendukung terjalinnya hubungan intim. Pengalaman stigma tersebut telah mempengaruhi kondisi psikologis sebagai perempuan lajang, yaitu perasaan tertekan dan kesepian. Dalam menghadapi tekanan akibat stigma dan upaya untuk mengatasi tekanan psikologis tersebut, para partisipan penelitian ini menempuh strategi untuk mempertahankan rasa identitas yang positif sebagai lajang, antara lain: memaknai kembali status lajang lebih positif, menghindari situasi yang menimbulkan stigma, dan menyerahkan diri pada takdir.
This study was aimed to explore the Papua students' adaptation experience while they are studying in Surabaya. A qualitative approach with phenomenological method was applied. Seven participants were recruited using purposive and snowball sampling. Data collected using semi-structural interviews and analysed using interpretative phenomenological analysis (IPA). The results shows that Papua students face many difficulties in adapting to the local society. The difference in physical characteristics, language and cultural habit are the main reasons. These difficulties affect their personal and sosial life. At personal level, inferiority and sensitivity are the main issues, while at the social level, passivity and enclave formation are dominant tendencies. In order to solve the difficulties and its effects, participants apply some strategies, namely avoidance, self control, and active coping. These strategies are chosen by participants to gain self development and wellbeing. It can be concluded from the result that most partisipants are facing adaptation difficulties while they are studying in Surabaya; however, they make some efforts to cope the difficulties.Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengalaman penyesuaian dirivmahasiswa Papua di Surabaya. Pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologis digunakan. Tujuh partisipan berhasil direkrut dengan teknik purposive dan snowball sampling. Data dikumpulkan melalui wawancara semi-terstruktur dan dianalisis menggunakan interpretative phenomenological analysis (IPA). Hasil penelitian menunjukan bahwa mahasiswa Papua di Surabaya mengalami berbagai hambatan dalam menyesuaikan diri ketika sedang menjalani kuliah. Penyebab hambatan itu adalah adalah perbedaan dalam bahasa dan kebiasaan budaya. Partisipan juga mempersepsi perbedaan fisik dan warna kulit sebagai penyebab hambatan interaksi. Hambatan interaksi yang dihadapi menimbulkan dampak personal maupun sosial bagi para partisipan. Inferioritas dan sensitifitas adalah di antara beberapa dampak personal yang dialami. Sedangkan kecenderungan untuk lebih bergaul hanya dengan sesama mahasiswa Papua dan keengganan berhubungan dekat dengan mahasiswa dan masyarakat lokal menjadi dampak sosialnya. Namun, adanya hambatan interaksi dan dampaknya tersebut disadari oleh partisipan cukup merugikan sehingga mereka menjalankan beberapa strategi penyesuaian diri untuk mengatasinya. Beberapa strategi yang dapat diidentifikasi adalah: menghindar dari masalah (avoidance), berupaya mengendalikan emosi, pikiran, dan perilaku (self control), dan menghadapi masalah secara aktif (active coping). Berbagai strategi tersebut dilakukan terutama didorong oleh dua tujuan, yaitu demi pengembangan diri dan untuk menjaga kesejahteraan psikologis mereka. Penelitian ini menyimpulkan bahwa partisipan penelitian ini menghadapi berbagai kesulitan dalam beradaptasi dengan masyarakat lokal di mana mereka sedang studi, namun mereka melakukan upaya untuk mengatasi hambatan-hambatan adaptasi tersebut.
Full-face veil is a head scarf with a face cover which only leave eyes exposed used by Muslim women as accompanied with wearing long hijab and black dominated clothes covering body. A full-face veil has some kinds such as niqab and burqa. Women with full-face veil generally become the target of stigma. This study explores full-face veiled women’s experiences including their motivation that encourage them to wear it, the stigma they face, and how they cope with the stigma. Five women who wear full-face veils involved in this study. Data collected using semi-structured interviews and analyzed using interpretative phenomenological analysis. The result shows that wearing full-face veil is motivated primarily by religious loyalty and for guarding them from sexual objectification. Their strong religious loyalty make them ready to face stigma labelled by their surrounding society such as accused as a fanatic,a member of terrorist group, and being avoided by their surrounding people. The strategies they use to cope with the stigma cover internal and external strategies. The internal strategies consist of ignoring the stigma and taking the view that the stigma is caused by the surrounding society’s misunderstanding. Meanwhile, the external strategies include of taking effort to clarify and give the explanation to revise the misunderstanding,as well as participating in neighborhood activities.Key words: Muslim women, full-face veil, stigma, coping stigmaAbstrak: Cadar adalah penutup wajah perempuan muslim yang menutup wajah kecuali kedua mata digunakan dengan jilbab dan baju kurung panjang serta didominasi warna gelap yang menutup seluruh tubuh. Perempuan bercadar biasanya rentan dengan stigma. Penelitian ini membahas pengalaman perempuan bercadar meliputi motivasi bercadar, bentuk stigma yang mereka hadapi, dan bagaimana cara mereka menghadapi stigma. Data dikumpulkan menggunakan wawancara semi-terstruktur dan dianalisis menggunakan analisis fenomenologi interpretif. Penelitian ini mengungkap tiga tema yaitu motivasi bercadar, bentuk stigma yang dialami, dan strategi untuk menghadapi stigma. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi bercadar muncul dari ketaatan dalam beragama dan keinginan untuk menghindarkan diri dari objektivikasi seksual. Hal ini membuat mereka siap menghadapi stigma seperti dianggap fanatik, anggota kelompok teroris, dan dihindari oleh orang-orang di sekitarnya. Strategi menghadapi stigma yang ditempuh partisipan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu strategi internal dengan cara mengabaikan dan memaklumi pandangan negatif masyarakat sekitar, dan strategi eksternal melalui pemberian penjelasan sebagai klarifikasi dan ikut melibatkan diri dalam kegiatan bersama masyarakat sekitar.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.