Resistensi antibiotika yang meningkat dapat dihambat dengan cara menggunakan antibiotik secara rasional dan mengembangkan sediaan bahan alam yang ada sebagai alternatif pengobatan. Salah satu bahan alam yang dapat dimanfaatkan adalah bawang putih tunggal atau bahasa ilmiahnya adalah Allivum sativum Linn. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa bawang putih tunggal memiliki berbagai manfaat, salah satunya sebagai antibakterikarena kandungan allicin, namun masih sedikit literatur yang melakukan penelitian terkait bawang putih tunggal. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kandungan fitokimia bawang putih tunggal dan aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Penelitian ini merupakan penelitian semu eksperimental dengan menggunakan ekstrak etanol bawang putih tunggal untuk melihat kandungan fitokimia dan konsentrasi ekstrak100%, 80%, 60%, 40%, 20% untuk melihat aktivitas antibakteri dengan aquadest steril sebagai kontrol negatif dan kloramfenikol sebagai kontrol positif. Penelitian dilakukan di Laboratorium Poltekkes Kemenkes Bengkulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol bawang putih tunggal memili kandungan senyawa alkaloid, flavonoid, saponin dan tannin, sedangkan steroid tidak terdeteksi. Selain itu hasil uji aktivitas antibakteri terhadap S. aureus hanya terlihat pada konsentrasi ekstrak 100% dengan rata-rata diameter 9mm, sedangkan konsentrasi lainnya tidak menunjukkan aktivitas antibakteri.
Background: Hypertension is a silent killer where the symptoms are very diverse in each individual and are almost the same as other diseases. The factors that affect the compliance of hypertensive patients in taking drugs are external factors and internal factors Objective: This study aims to determine the level of compliance in hypertensive patients in consuming antihypertensive drugs at the Bengkulu City Pharmacy. Method:This study used an observational method with sampling using consetutive sampling techniques where the data taken were those that met the inclusion criteria and exclusion criteria. Data collection is carried out by questionnaire. Result: showed that from 101 research samples, the results of the level of adherence to taking medicines for hypertensive patients with the categories of Obedient 65.30%, Moderately Obedient 25.70% and Non-Compliant 8.90%.
Salah satu tanaman yang dapat digunakan dalam pengobatan tradisional adalah daun rambutan (Nephelium lappaceum). Hasil uji skrining fitokimia menunjukkan bahwa daun rambutan memiliki senyawa berupa alkaloid, flavonoid, tanin dan saponin, dimana flavonoid dan tanin merupakan senyawa utama yang berperan dalam proses hemostasis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektivitas Ekstrak Etanol Daun Rambutan (Nephelium lappaceum). Metode: Jenis penelitian ini adalah eksperiment laboratorium dengan desain penelitian yaitu Posttest Only Control Group Design. Hasil pengujian menunjukkan adanya perbedaan efek yang bermakna pada ekstrak daun rambutan. Dalam hal ini ekstrak daun bandotan memiliki efek yang paling efektif sebagai hemostatis dan berbeda nyata dengan pemberian povidon iodin sebagai pembanding. Ekstrak daun rambutan dengan konsentrasi 10% , 20% , dan 40% dapat memberikan efek hemostatis pada mencit. Pemberian ekstrak daun rambutan dengan konsentrasi 40 % memberikan efek hemostatis yang efektif dengan waktu perdarahan yang lebih singkat yaitu 154,92 detik, tetapi efeknya belum seoptimal dengan pemberian povidon iodin sebagai pembanding.
Latar belakang : Kulit wajah merupakan bagian penting dan mendapat perhatian lebih karena seringnya terpapar sinar ultraviolet, debu, polusi, radikal bebas bahkan sisa-sisa make up yang tidak terangkat dengan sempurna, sehingga mengakibatkan pori–pori kulit tersumbat, jerawat serta komedo. Di dalam Jeruk Nipis mengandung flavonoid dan juga Vitamin C, dimana kedua kandungan tersebut memiliki khasiat sebagai antioksidan. Salah satu efek yang paling terlihat dari antioksidan adalah kemampuannya dalam merangsang produksi kolagen yang merupakan bagian penting dari struktur dan proses peremajaan kulit. Efek antioksidan akan lebih baik bila diformulasikan dalam bentuk sediaan topical dibandingkan dengan sediaan oral karena zat aktif akan berinteraksi lebih lama dengan kulit wajah. Masker wajah peel off merupakan salah satu jenis perawatan kulit wajah yang populer, mudah diaplikasikan dan tidak memberikan efek ketergantungan terhadap produk. Tujuan : Mengetahui karakteristik sediaan Masker wajah Gel Pell Off ekstrak etanol kulit Jeruk Nipis (Citrus Aurantiifolia Cortice) dengan beberapa variasi kosentrasi 0%, 10%, 15% dan 20%. Metode penelitian : Metode yang digunakan adalah metode Eksperimental. Hasil : Berdasarkan Pengujian yang dilakukan pada sediaan masker wajah gel peel-off dari ekstrak etanol kulit jeruk nipis (Citrus Aurantiifolia Cortice) pada formula I, II dan III memenuhi syarat uji organoleptis, homogenitas, uji pH, uji sediaan mengering dan uji iritasi. Kesimpulan : Formula F1, F2 dan F3 secara organoleptis mengalami perubahan dari hari ke-1 sampai hari ke-14. Hogenitas dari setiap formula F1, F2 dan F3 homogen pada hari ke-7 sampai hari ke-14. Ph pada formula F1, F2 dan F3 telah memenuhi syarat rentang Ph yang bisa diterima oleh kulit. Untuk waktu mengering setiap formula sediaan sudah memiliki waktu mengering yang baik. Daya sebar dari setiap formula memenuhi pesyaratan. Untuk uji iritasi setelah dilakukan kepada 10 orang panelis menunjukkan tidak adanya iritasi. Kata kunci : Kulit jeruk nipis (Citrus Aurantiifolia Cortice), Masker Gel Peel-off, Karakteristik
Background: The COVID-19 pandemic can affect and change various sectors of life. One of the chronic diseases that can play a role as a weight for Covid-19 is Diabetes Mellitus. The condition followed by decrease visits by diabetes mellitus patients at health facilities. The COVID-19 pandemic has had a negative psychological impact on the community in the form of anxiety for most people, health workers, the elderly, and people with chronic diseases. The purpose of study were to determine the relationship between the Covid-19 pandemic and adherence to the quality of life of diabetes mellitus patients who visited the pharmacy. The tools used in this study were the compliance questionnaire and SF 36 questionnaire to see the patient's quality of life. Method : This research is non-experimental (analytic-descriptive) with a cross-sectional design. Data collected from 70 respondents who had been diagnosed with diabetes mellitus. Result : Based on the results of this study, the compliance of diabetic patients during the pandemic was 43 (61.4%) compliant respondents, 19 (27.1%) moderately compliant respondents, and 8 (11.4%) non-compliant respondents. Compliance is related to the educational status of the respondent in a p-value of 0.00. The good category quality of life of respondents was 58 (82.9%), while in the poor category were 12 (17.1%) respondents. Quality of life is also related to education status and age of respondents in p-values of 0.05 and 0.00. Conclusion : Based on the results above, it can be concluded that have relation between the compliance with quality of life of respondents with diabetes in Pandemic Covid-19 conditions with p value 0.00.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.