The process of healing mental disorders such as schizophrenia, is a long and challenging process. What is needed in the recovery process is for the individual to find and face every challenge from the limitations caused by their illness and rebuild a new, more meaningful self-integrity in order to live, work, and contribute to society. Therefore, during the recovery process, an individual needs a supportive environment from family, neighbours, the community, the government and the private sector. The purpose of this non-systematic literature review was to gain a better understanding of the role of supportive environments in each stage of mental health recovery. Literature was found by searching through textbooks and journal articles from the databases PubMed, EBSCO, ProQuest, Scopus, Google Scholar and Science Direct using the keywords ‘supporting environment’, ‘recovery’, and ‘schizophrenia’ for articles published in 2003-2015. According to the 15 articles that were collected, the forms of supportive environments in each stage of recovery for people with schizophrenia include supporting peer relationships such as mutual self-help groups, peer support specialists (health workers), and peer-run programs. Other types of supportive environments include relationships with professionals (the role of policy makers) and support through other relationships, consisting of family and environmental components (cadres, religious leaders, community leaders). Medical efforts alone are not sufficient to help patients achieve recovery. The role of the supportive environment holds strategic significance in efforts to restore function. Keywords: recovery, supportive environtment, schizophrenia
Dalam mewujudkan Indonesia lengkap terdaftar, dimulai dengan melakukan perbaikan kualitas data pertanahan dan di proses melalui pendaftaran tanah sistematis lengkap (PTSL) yang pada akhirnya menuju pendaftaran desa lengkap. Maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji upaya-upaya yang dapat dilaksanakan untuk mewujudkan desa/kelurahan lengkap melalui PTSL. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif jenis kepustakaan yang disajikan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan penyempurnaan regulasi terkait PTSL setiap tahunnya sebagai proses perbaikan dan menutupi kekurangan dalam pelaksanaan PTSL, sehingga perencanaan yang terukur dan pelaksanaan pendaftaran tanah secara sistematis menyeluruh desa demi desa dengan pengukuran yang memanfaatkan aplikasi survei yang telah ada dan mengimplementasikan asas kontradiktur delimitasi dapat dilakukan simultan dengan peningkatan kualitas data melalui K4 dan dilanjutkan dengan validasi data pertanahan. Sekaligus untuk mengatasi beberapa hambatan-hambatan dengan klasterisasi permasalahan.
Stunting terus menjadi perhatian dalam skala global maupun nasional terutama dalam masa pandemic COVID-19. Salah satu program yang dapat mencegah dan meminimalisir kejadian stunting yaitu pelatihan kader posyandu mengenai stunting. Adapun tujuan kegiatan ini mengoptimalisaikan pengetahuan termasuk keterampilan kader mengenai pencegahan stunting. Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan September 2022. Kader yang mengikuti pelatihan ini sebanyak 14 orang kader posyandu di desa Punggur Kabupatern Kubu Raya. Adapun teknik yang digunakan dalam kegiatan ini dengan metode ceramah, video, diskusi hingga mentoring dalam penggunaan kit stunting. Adapun materi dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini meliputi pencegahan stunting melalui intervensi gizi pada ibu hamil, pemberian makanan bayi dan anak, konsep antropometri, pemberian kit antropometri untuk setiap kelompok kader posyandu diikuti dengan video edukasi mengenai petunjuk penggunaan alat-alat tersebut. Instrumen evaluasi yang digunakan berupa kuesioner pengetahuan pre-post-test. Hasil pre-post-test didapatkan peningkatan pengetahuan kader terhadap pencegahan stunting. Hasil analisis didapatkan terdapat dampak yang signifikan pelatihan kader dengan pengetahuan p-value = 0,035 (<0,05). Kegiatan ini memberikan dampak dalam mengoptimalisaikan pengetahuan kader hingga keterampilan kader dalam memberikan pencegahan stunting
Persalinan seksio sesarea merupakan tindakan alternatif jika terjadi penyulit dan janin tidak dapat dilahirkan secara pervaginam. Namun bersalin dengan seksio sesarea tidak terlepas dari kemungkinan terjadinya komplikasi yang memiliki risiko tinggi baik dari ibu maupun janin yang sedang dikandung oleh ibu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada hubungan komplikasi persalinan pada ibu bersalin dengan tindakan seksio sesarea. Penelitian ini menggunakan metode kuantitaif dengan pendekatan cohort retrospective dengan jumlah responden penelitian sebanyak 911 orang sekota Pontianak. Adapun tehnik sampling yang digunakan berupa purposive sampling. Uji statistik yang digunakan berupa uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan komplikasi persalinan pada ibu bersalin dengan tindakan seksio sesarea dengan nilai p=0,000. Perlunya pencegahan lebih awal terkait komplikasi kehamilan yang dapat mencegah tindakan seksio sesarea.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.