Kondisi air yang semakin terbatas untuk lahan pertanian dapat menyebabkan penurunan produksi padi. Peningkatan produksi tanaman saat ini menempati prioritas utama dalam pembangunan pertanian. Produktivitas dapat dikaji melalui subsistem tanah, air dan pola lahan untuk penggunaan pada periode tertentu. Aplikasi irigasi pipa dengan kombinasi sistem pemberian air secara SRI mampu memanfaatkan air dengan efisien. Oleh karena itu penelitian mengenai perhitungan produktivitas air padi sawah yang menggunakan input irigasi pipa dengan sistem pemberian air secara konvensional dan SRI penting untuk dilakukan. Tahapan penelitian yang dilakukan yaitu pengamatan langsung dilapangan, pengukuran terhadap evapotranspirasi, perkolasi, kebutuhan air netto di sawah dan perhitungan produktivitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi padi lebih tinggi dengan sistem pemberian air System of Rice Intensification (SRI). Produktivitas air padi dengan sistem pemberian air secara SRI juga lebih tinggi di mana kebutuhan air dengan kombinasi irigasi pipa dan sistem pemberian air secara SRI menjadi perlakuan terbaik. Produktivitas air pada sawah konvensional yaitu 0,82 kg/m3 dan sawah SRI yaitu 1,12 kg/m3. Kombinasi penggunaan irigasi pipa dengan sistem pemberian air secara SRI menunjukkan produktivitas air yang tinggi dan efisien dalam pemakaian air.
Kedelai (Glicine max) berpotensi untuk dikembangkan karena tidak hanya dapat diolah menjadi bahan pangan tetapi juga menjadi pakan ternak. Selain pemanfaatan teknologi, peningkatan produksi tanaman kedelai dapat dilakukan dengan memperhatikan ketersediaan air dan faktor cuaca terutama untuk meningkatkan intensitas tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan air tanaman berdasarkan zona agroklimat. Analisis deskriptif kuantitatif dan pengolahan data dilakukan dengan model Cropwat. Model ini dibuat oleh FAO untuk menentukan perhitungan evapotranspirasi dan perhitungan kebutuhan air tanaman di seluruh dunia secara otomatis. Cropwat merupakan salah satu model perangkat lunak yang mudah untuk dioperasikan dan dapat meminimalisir kesalahan manusia. Klasifikasi iklim diidentifikasi berdasarkan data curah hujan di Provinsi Jambi yaitu di Kabupaten Muaro Jambi di Stasiun Sultan Thaha, Palmerah Jambi, dan Depati Parbu. Zona agroklimat untuk setiap wilayah tersebut berturut-turut adalah D1, D2, dan E2. Berdasarkan curah hujan, ketiga kabupaten tersebut layak untuk budidaya kedelai karna memiliki curah hujan rata-rata 127,11 mm - 192,51 mm per bulan. Banyaknya kebutuhan air tanaman juga menjadi faktor esensial dalam pembudidayaan tanaman agar air dapat tertata sesuai dengan kebutuhan tanaman dan dapat memberikan produksi yang optimal. Berdasarkan neraca air, surplus di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi terjadi pada bulan Januari, Februari, Maret, April, September, Oktober dan Desember. Kabupaten Tanjung Jabung Timur mengalami surplus pada bulan Januari, Februari, Maret dan April. Kabupaten Tanjung Jabung Barat surplus terjadi pada bulan Januari, Februari, Maret, Oktober, November dan Desember. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa Provinsi Jambi berpotensi untuk dibudidayakan tanaman kedelai karena memiliki ketersediaan air yang cukup.
<p>Ultisols have considerable potential in developing agricultural cultivation, but in their management, they face several obstacles, including physical properties that do not adequately support plant growth. The low content of soil organic matter causes poor soil physical properties. Low organic matter content leads to low soil aggregate stability, obstructing pore distribution and infiltration so the soil can easily become compacted. This study aimed to observe the changes in some physical properties of the soil due to the application of cow manure and <em>Gliricidia sepium</em> pruning compost and its effect on the yield of soybean plants. This study used a randomized block design with five treatments, namely, K0 (without cow manure-Gliricidia compost), K1 (5 t ha<sup>-1</sup>cow manure-Gliricidia compost), K2 (10 t ha<sup>-1</sup>cow manure-Gliricidia compost), K3 (15 t ha<sup>-1</sup>cow manure-Gliricidia compost), and K4 (20 t ha<sup>-1</sup>cow manure-Gliricidia compost). The results showed that the 15 t ha<sup>-1</sup> cow manure-Gliricidia compost was the best dose in improving the total pore space and penetration resistance of the soil studied. The application of 15 t ha<sup>-1</sup>cow manure-Gliricidia compost significantly increased soybean yield, reaching 2.97 t ha<sup>-1</sup>.</p>
Land clearing for oil palm plantations using heavy equipment will affect the physical properties of the soil, namely increasing soil compaction and decreasing soil porosity and soil moisture content. However, along with the growth of plantation crops such as oil palm, it is suspected that it can restore the physical properties of the soil. The aim of the study was to examine the differences in the physical characteristics of the soil at various ages of oil palm and the slope. The study was conducted in one of the oil palm plantations, Simpang Tuan Village, Mendahara Ulu District, Tanjung Jabung Timur Regency from March to May 2021. The study was carried out using the survey method, selecting representative areas using the Purposive Random Sampling method on oil palm plantation areas with various ages (newly planted, 5 years old, and 12 years old) and various marbles (0-3%, 3-8%, and 8-15%) with 3 replications. Parameters observed were soil texture, soil organic matter content, bulk density, water content, and soil permeability. The results showed that the older the age of oil palm plantations, the increase in organic matter content, total pore space, water content and soil permeability and a decrease in volume weight. The steeper the slope, the greater the weight of the soil volume and a decrease in the organic matter content, total pore space, water content and soil permeability.
Abstrak. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan air netto untuk padi merah pada fase vegetatif dan generatif di Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar. Penelitian ini dilaksanakan di Petak Tersier CG. 1. Kr Daerah Irigasi Krueng Aceh sejak Februari 2013 sampai Mei 2013. Tahap penelitian yang dilakukan yaitu pegumpulan data sekunder berupa peta jaringan irigasi, pola tanam daerah irigasi, sistem pemberian air irigasi dan data curah hujan. Tahap kedua yaitu pengumpulan data primer berupa pengukuran laju perkolasi, evapotranspirasi tanaman, perhitungan curah hujan efektif dan perhitungan kebutuhan air netto di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pada petak tersier yang diamati memiliki tekstur tanah lempung dan lempung berliat. Rata-rata perkolasi yang terjadi setiap harinya yaitu antara 2,36 mm/hari sampai 2,69 mm/hari. Rata-rata nilai evapotranspirasi tanaman padi merah pada fase vegetatif yaitu sebesar 1,51 mm/hari lebih tinggi dibandingkan dengan evapotranspirasi tanaman pada fase generatif yaitu sebesar 1,39 mm/hari dan pergantian lapisan air sebesar 3,3 mm/hari. Kebutuhan air netto lapangan padi merah antara 1-4 mm/hari. Rendahnya kebutuhan air netto untuk tanaman padi merah disebabkan oleh pergantian lapisan air secara terus menerus dan curah hujan efektif.Abstract. The objective of this descriptive research is to know the net field requirement for red paddy in vegetative and generative phases in Ingin Jaya, Aceh Besar District. This research has been conducted in a tertiary paddy field of CG. 1. Kr of Irrigation Area of Krueng Aceh from February 2013 until May 2013. The stages of research is collecting secondary data, such as: map of irrigation, pattern and time of planting, the irrigation system and precipitation data. The second stage is collecting the primary data, such as: percolation, evapotranspiration, the calculation of effective rainfall and net field requirement in the field. The results showed that at the observed tertiary paddy field, it had loamy and clayey loamy soil textures. The average percolation that occurred in everyday was 2,36 mm/day to 2,69 mm/day. The average evapotranspiration of red paddy at vegetative phase was 1,51 mm/day, which was higher than the evapotranspiration at generative phase, which was 1,39 mm/day, and the water layer rechange was 3,3 mm/day. The net field requirement of red paddy in the field was 1-4 mm/day. This was low due to the occurrence of a continuous water layer rechange and the effective rainfall.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.