ABSTRAKPierre Bourdieu membangun orientasi teoreiknya sebagai jalan keluar dari sesuatu yang disebutnya sebagai oposisi palsu antara objektivisme dan subjektivisme, atau mengutip kalimat Bourdieu sendiri: "pertentangan absurd antara individu dan masyarakat." Bourdieu menawarkan cara pandang dualitas terhadap hubungan agen dan struktur, sebagai alternatif cara pandang dualisme yang banyak berlaku sebelumnya. Bourdieu menyebut orientasi teoritiknya sebagai strukturalisme genetik, strukturalisme konstruktivis, atau konstruktivisme strukturalis. Melalui konsep habitus, ranah (field, champ), dan modal, Bourdieu mengintegrasikan objektivisme (yang mengedepankan peran struktur objektif dalam praktik sosial) dan subjektivisme (yang mengedepankan peran agen dalam praktik sosial). Bourdieu merumuskan teori praktik sosial dengan persamaan: (Habitus x Modal) + Ranah = Praktik. Praktik, dalam pikiran Bourdieu, merupakan produk relasi habitus dan ranah, di mana di dalam ranah terdapat pertaruhan, kekuatan-kekuatan serta orang yang banyak memiliki modal, serta orang yang tidak memiliki modal. PENDAHULUANMengapa pikiran-pikiran Pierre Bourdieu (1930Bourdieu ( -2002 penting dan menarik dalam khasanah ilmu sosial? Setidaknya, ada dua hal yang membuat pikiran Bourdieu unik dan signifikan, terkait dengan upayanya mengatasi masalah dikotomi individu-masyarakat, agen-struktur sosial, dan kebebasan-determinisme, yang kemudian disebutnya sebagai strukturalisme genetis, strukturalisme konstruktivis, atau konstruktivisme strukturalis.
Penelitian mendeskripsikan mengenai penerimaan penonton mengenai desakralisasi agama yang tergambarkan dalam film horor Indonesia pasca Orde Baru. Beberapa film yang akan diteliti diantaranya Asih (2018), Danur 2: Maddah (2018), Pengabdi Setan (2017), Ruqyah: The Exorcism (2017), Hantu Jeruk Purut Reborn (2017), dan Hantu Rumah Ampera (2009) menjadi film-film pilihan peneliti. Desakralisasi dalam film tersebut terbagi dalam tiga hal, yakni: tokoh agama, ritual, dan simbol keagamaan. Desakralisasi merupakan penurunan makna dari nilai atau hal-hal yang dianggap sakral dalam kehidupan sosial. Beberapa adegan di film horor Indonesia, menunjukkan desakralisasi, seperti tokoh agama yang kalah dengan setan, diganggu saat beribadah. Sehingga desakralisasi dikatakan sebagai suatu upaya untuk menurunkan sifat religi benda atau hal yang dianggap suci dan mengedepankan rasionalitas dalam menghadapi suatu konflik pada suatu hal. Pemilihan informan didasarkan pada usia, agama, aliran kepercayaan, pendidikan. Penelitian ini dilakukan metode dengan reception analysis, teknik pengambilan wawancara in-depth interview, serta menggolongkan hasil penerimaan informan nantinya ke dalam tiga kategori posisi yang dikemukakan oleh Stuart Hall, yakni: dominan, negosiasi, oposisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa informan memiliki posisi yang berbeda-beda dalam memaknai film horor. Penonton atau informan berada dalam posisi oppositional ketika memaknai desakralisasi ritual keagamaan. Informan cenderung pada posisi oppositional karena dipengaruhi pengalaman dan latar belakang seperti yang pernah melewati ritual pembukaan mata batin, melakukan ritual atau ibadah.
Penelitian ini berfokus pada fenomena subkultur fandom, yaitu perilaku anggota Army Surabaya (kelompok penggemar grup K-Pop BTS yang berbasis di Surabaya), terutama terkait loyalitas terhadap grup idolanya. Pendekatan dalam penelitian ini adalah kualitatif, sedangkan metode yang digunakan adalah fenomenologi. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam untuk memperoleh pemaknaan loyalitas yang diceritakan oleh Army Surabaya dari sudut pandang mereka sendiri. Hasil penelitian ini menunjukkan, loyalitas terhadap idola dimaknai sebagai kewajiban yang harus dilakukan secara tulus sebagai imbal-balik perjuangan idolanya. Teknologi informasi juga membuat relasi Army Surabaya dan idolanya juga telah melampaui kehidupan nyata, yang terlihat dari dianggapnya sang idola sebagai kekasih atau suami virtual. Mereka telah mengembangkan ikatan atau hubungan khusus dengan grup idolanya yang hanya dapat dirasakan diri mereka sendiri. Hasil penelitian juga menunjukkan, loyalitas Army Surabaya terhadap BTS telah mencapai tahapan yang disebut The Marriage.
Penelitian ini berfokus pada dinamika penerimaan perempuan terhadap isu gender taboo di media sosial pada akun Instagram dan Youtube Danilla Riyadi. Melalui konten media sosialnya, Danilla dikenali sebagai penyanyi yang perilakunya di depan kamera sering memicu kontroversi seperti merokok, minum alkohol, mempertontonkan tato, atau mengucapkan kata-kata jorok. Dalam konteks gender, apa yang dilakukannya secara implisit bisa dilihat sebagai bentuk perlawanannya terhadap gender taboo yang mengungkung perempuan. Penelitian ini melihat bagaimana audiens menerima atau meresepsi konten dengan pesan sensitif seperti ini. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, tipe deskriptif, serta metode analisis penerimaan yang dikembangkan Stuart Hall. Data diperoleh melalui wawancara mendalam kepada perempuan penonton akun Danilla Riyadi. Temuan menunjukkan adanya dinamika atau keragaman posisi penerimaan subjek penelitian terhadap konten Danilla Riyadi (dominant, negotiated, opposition). Di satu sisi, konten Danilla diterima sebagai pesan yang penolakan terhadap gender taboo. Namun di sisi lain, konten diterima sebagai sesuatu yang merugikan perempuan, karena ekspresi Danilla dianggap tidak pantas bagi perempuan.
The practice of obscuring news and advertising is still a problem in the Indonesian mass media. This research aimed to unravel journalistic ethics problems, especially those related to advertorials (advertisements delivered in an editorial style). The clear separation between news and advertisements is one of the two pillars of journalistic ethics, apart from separating facts and opinions to maintain journalistic independence. The research approach used was qualitative-descriptive, with data collection techniques through interviews (to journalists), observation and document searches. The results showed that most of the printed mass media studied tended to blur the boundaries between news and advertisements through various means, such as removing or shortening advertorial information.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.