<p><em>This research aimed to see the correlation between self compassion with loneliness in overseas students of Andalas University. The research method used in this study was quantitative method. The UCLA Loneliness Scale (Version 3) and Neff Self-Compassion Scale was used as measuring instrument in this research. The subjects in this research amounted to 100 people who were obtained using accidental sampling technique. The data was analyzed using Pearson Product Moment correlation analysis. The result of the correlation analysis showed that there was a significant negative relationship at the moderate level between self compassion and loneliness in overseas students of Andalas University (r=-0,538; p=0,000). It means that the higher the self compassion possessed by overseas students of Andalas University, the loneliness that they feel will be lower. The calculation of hypothetical scores indicate that perceived loneliness and self-compassion possessed by the overseas students of Andalas University were in the moderate category. In terms of gender, there was no difference in loneliness felt by male and female overseas students of Andalas University.</em></p><p> </p><p><strong><em>ABSTRACT: </em></strong><em>This research aimed to see the correlation between self compassion with loneliness in overseas students of Andalas University. The research method used in this study was quantitative method. The UCLA Loneliness Scale (Version 3) and Neff Self-Compassion Scale was used as measuring instrument in this research. The subjects in this research amounted to 100 people who were obtained using accidental sampling technique. The data was analyzed using Pearson Product Moment correlation analysis. The result of the correlation analysis showed that there was a significant negative relationship at the moderate level between self compassion and loneliness in overseas students of Andalas University (r=-0,538; p=0,000). It means that the higher the self compassion possessed by overseas students of Andalas University, the loneliness that they feel will be lower. The calculation of hypothetical scores indicate that perceived loneliness and self-compassion possessed by the overseas students of Andalas University were in the moderate category. In terms of gender, there was no difference in loneliness felt by male and female overseas students of Andalas University.</em></p><p><strong><em>Keywords</em></strong><strong>: </strong><em>Loneliness, Overseas Students, Self-Compassion</em><strong></strong></p><p><em> </em></p><p>ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara <em>self compassion</em> dengan kesepian pada mahasiswa perantau Universitas Andalas. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. <em>UCLA Loneliness Scale</em> <em>(Version 3)</em> dan <em>Neff Self-Compassion Scale</em> digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini. Subjek penelitian berjumlah 100 orang yang didapatkan menggunakan teknik <em>accidental sampling</em>. Pengolahan data dilakukan menggunakan analisis korelasi <em>Pearson Product Moment</em>. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan pada taraf sedang antara <em>self compassion</em> dengan kesepian pada mahasiswa perantau Universitas Andalas (<em>r</em>=-0,538; <em>p</em>=0,000). Artinya, semakin tinggi <em>self compassion</em> yang dimiliki oleh mahasiswa perantau Universitas Andalas, kesepian yang dirasakan akan semakin rendah. Hasil perhitungan skor hipotetik menunjukkan bahwa kesepian yang dirasakan dan <em>self compassion </em>yang dimiliki oleh mahasiswa perantau Universitas Andalas berada pada kategori sedang. Jika dilihat dari jenis kelamin, tidak terdapat perbedaan kesepian yang dirasakan oleh mahasiswa perantau Universitas Andalas yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.</p><p><strong>Kata Kunci: </strong>Kesepian, Mahasiswa Perantau, <em>Self Compassion</em></p>
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran tekanan (strain) dan beban (burden) pada caregiver penderita psikotik di RSJ Prof. HB Sa’anin Padang. Subjek penelitian ini berjumlah 150 orang caregiver yang melakukan kontrol rutin untuk keluarganya yang menderita psikotik. Data diperoleh dengan menggunakan skala The Modiffied Caregiver Strain Index (MCSI) dan Zarit Burden Interview (ZBI) versi bahasa Indonesia dan telah diujicobakan kembali dengan nilai koefisien reliabilitas (𝛼) 0,877 untuk MCSI dan 0,907 untuk ZBI. Data penelitian yang diperoleh kemudian diolah secara deskriptif untuk menggambarkan dan mengkategorisasikan tingkat tekanan (strain) dan beban (burden) yang dirasakan oleh caregiver. Hasil yang didapatkan menunjukkan bawa mayoritas subjek (70%) memiliki skor tekanan caregiver berada pada kategori normal, sedangnya sisanya 30% berada pada kategori tinggi. Sementara untuk skor beban caregiver mayoritas berada pada kategori ringan (43,3%), selanjutnya pada kategori sedikit atau tidak ada beban sebanyak 38%, dan 16,7% pada kategori sedang, serta 2% pada kategori berat. Selain itu, dari data demografi subjek terlihat bahwa usia caregiver terbanyak berada pada usia 39-58 tahun (46%), dan mayoritas caregiver perempuan (66%). Pendidikan subjek paling banyak adalah SMA (33,3%), dan jenis gangguan psikotik terbanyak yang dialami salah satu anggota keluarganya adalah skizofrenia paranoid (58,7%). Kata kunci: Tekanan (Strain), Beban (Burden), Caregiver, Caregiver Strain, Caregiver Burden, Psikotik
Perilaku agresif remaja di Kota Padang sudah sangat meresahkan dan bahkan sudah mengarah pada tindakan kriminal. Perilaku agresif ini dapat merugikan remaja itu sendiri, keluarga dan lingkungan disekitar mereka. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengurangi perilaku agresif melalui pemberian Rational Emotive-Behavior Therapy (REBT) dan Assertive Training (AT). Peserta kegiatan ini adalah remaja siswa di SMA Negeri 15 Padang dan SMA Negeri 9 Padang. Sebanyak 36 siswa dari 2 sekolah ini diberikan terapi secara berkelompok berdasarkan asal sekolah masing-masing. Kriteria peserta kegiatan adalah siswa dengan perilaku agresif dan bersedia mengikuti terapi REBT dan AT selama 2 minggu. Sebelum dan sesudah pemberian terapi, remaja diberikan kuisioner Agression Questionaire (AQ) untuk mengukur perilaku agresif yang dimiliki remaja. Data dianalisis menggunakan uji t-berpasangan (paired t-test). Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada perubahan signifikan dalam perilaku agresif remaja sebelum dan sesudah diberikan REBT-AT. Perubahan signifikan terjadi pada perilaku agresi fisik dan permusuhan. Namun, pada agresi verbal dan kemarahan tidak ada perubahan yang signifikan. Berdasarkan hasil kegiatan, pemberian REBT-AT belum mampu mengurangi semua komponen perilaku agresif yang dimiliki remaja. Idealnya, untuk mendapatkan hasil yang maksimal, terapi harus diberikan selama 4 minggu untuk REBT dan 4 minggu untuk AT. Untuk itu, perlu evaluasi lebih lanjut selama 8 minggu untuk mengetahui apakah program ini berhasil dalam mengatasi perilaku agresif pada kelompok terapeutik ini.
The purpose of this study to determine the incidence and impact of cyberbullying in early adolescence. The participants were 157 male and 196 female that range 12-15 year. The results of this study indicated that 78 percent of participants saw cyberbullying, 21 percent of them were cyberbullyer, and 49 percent of them were the victim. Cyberbullying was done through written, sound, or image. The mostly media they used were Facebook, SMS, and Instagram. The kind of cyberbullying experienced by victims were mockery, slander, threats, and make them as a talking object. The puspose of cyber-bullyers were as a joking, revenge, and because they can hide their identity anonymous. Cyber-Bullying make the victims felt angry, embarrassed, unable to concentration to learn, and fear. The cyberbullying victims confessed that they felt more serious psychological impact than traditional bullying.AbstrakTujuan penelitian ini untuk mengetahui kejadian dan dampak perundungan maya pada remaja awal. Partisipan penelitian adalah 157 remaja laki-laki dan 196 remaja perempuan, dengan rentang usia 12-15 tahun. Hasil deskriptif penelitian ini menunjukkan bahwa 78% responden pernah melihat perundungan maya, 21% responden pernah menjadi pelaku, dan 49 % responden pernah menjadi korban. Perundungan banyak dilakukan melalui media tulisan, suara, atau gambar. Adapun media online yang paling banyak digunakan adalah Facebook, SMS, dan Instagram. Bentuk perundungan maya yang dialami korban adalah ejekan, fitnah, ancaman, dan menjadi objek gosip. Pelaku melakaukan perundungan bertujuan untuk bercanda, balas dendam, dan karena dapat menyembunyikan identitas. Perundungan maya menyebabkan korban merasa marah, malu, tidak bisa konsentrasi belajar, dan takut. Korban perundungan maya mengaku bahwa dampak mental yang dialami lebih serius dibanding dengan perundungan di dunia nyata.
This research is aimed to know the relationship between self-efficacy and academic procrastination toward students in second year at senior high school state 9 of Padang. Respondents that are used in the research are the students in second year at senior high school state 9 of Padang. The research is conducted to the 66 students in second year and in the academic year of 2008/2009, where the respondents' determination is done by random sampling technique. The technique of data collecting is used the Likert scale models. That is the scale of self-efficacy and The Procrastination Assesment Scale-Students (PASS) that is developed by Solomon and Rothblum (1994). The methode for analyzing data that is used for testing hyphotesis in the research is the correlation Product Moment (Pearson). Before conducting hyphotesis test, firts, it must done of using test assumptions by normality and linearity test.The result of data analysis shows efficacy scores are at a moderate scale (60,6%), and also the procrastination academic scores are at a moderate scale (72,73%). From the result of data processing is obtained p = 0,000 < 0,01 with a correlation coefficient -0,574 it means hyphotesis is accepted. The result shows there is a negative and significant relationship between self-efficacy and academic procrastination toward the students in the second year at senior high school state 9 of Padang, with the effective contribution of 33%. Thus, it can be concluded that if the higher self-efficacy, then the lower the students' academic procrastination behavior. Conversely, the lower of the self-efficacy, the higher the students' academic procrastination behavior.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.