Limfosarkoma adalah tumor ganas yang terjadi pada sistem limfatik, penyebab limfosarkoma belum sepenuhnya diketahui, namun ada beberapa faktor resiko yang dapat memicu terjadinya limfosarkoma seperti usia, perubahan genetik, infeksi, radiasi bahan kimia, dan penyakit imunodefiensi tertentu. Laporan kasus ini bertujuan untuk mengetahui cara mendiagnosa dan penanganan kasus limfosarkoma inguinalis pada anjing. Seekor anjing ras minipom jantan berumur 2 tahun dengan bobot 5,6 kg diperiksa dengan keluhan adanya benjolan didaerah inguinalis bagian dextra penis sejak 3 minggu. Berdasarkan anamnesa, hasil pemeriksaan fisik, tanda klinis yang diamati dan pemeriksaan penunjang histopatologi maka anjing tersebut didiagnosa mengalami limfosarkoma. Hewan kemudian ditangani dengan pembedahan untuk mengangkat tumor. Premedikasi diberikan atrofin sulfat 0.03 mg/kg BB secara subkutan, dan dilanjutkan dengan pemberian anastesi kombinasi xylazine 2 mg/kg BB dan ketamine 12 mg/kg BB secara intravena. Operasi pengangkatan tumor dilakukan dengan cara eksisi pada massa tumor dengan memisahkan jaringan sekitarnya. Pascaoperasi anjing diberikan antibiotik injeksi cefotaxime 20 mg/kg BB secara intravena selama 3 hari, dilanjutkan dengan pemberian cefixime secara per oral 5 mg/kg BB selama 5 hari. Pemberian antiradang tolfedine dengan dosis 4 mg/kg BB secara intramuskuler selama 3 hari. Pada luka operasi hari pertama sampai hari ketujuh diberikan serbuk enbatik dan hari selanjutnya diberikan salep gentamicin sulfat. Setelah operasi hewan diobservasi untuk mengetahui kesembuhan luka pascaoperasi, pada hari ke 12 luka sudah mengering dan menyatu, serta tiga jahitan telah lepas sendirinya. Penanganan kasus limfosarkoma dilakukan dengan tindakan pengangkatan massa tumor. Kesembuhan luka operasi teramati pada hari ke-12. Untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal dipertimbangkan untuk melakukan kemoterapi dan atau radioterapi untuk menghancurkan sel – sel yang telah bermetastase pada jaringan.
Calving interval atau jarak beranak merupakan jarak antara kelahiran satu anak sapi dengan kelahiran anak sapi berikutnya. Penelitian dilakukan bertujuan untuk mengetahui lama calving interval sapi bali yang dipelihara di Desa Galungan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, Bali. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2020 sampai Februari 2021. Penelitian menggunakan sampel sebanyak 75 ekor sapi bali betina yang sudah melahirkan lebih dari satu kali. Penelitian ini merupakan penelitian observasional, dan data diperoleh dari hasil wawancara secara langsung berdasarkan pertanyaan terstruktur (kuisioner) kepada para peternak di Desa Galungan. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan nilai yang cukup baik, dengan rata-rata calving interval pada sapi bali yang dipelihara di Desa Galungan, yaitu 12,64±1,48 bulan. Sistem kandang yang digunakan, yaitu kandang tunggal dengan tipe terbuka dan tertutup, serta menggunakan kawin alam. Jenis pakan yang diberikan berupa rumput gajah, rumput benggala, rumput setaria, daun gamal, dan batang pohon pisang. Rata-rata calving interval pada sapi bali yang dipelihara di Desa Galungan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, yaitu 12,64±1,48 bulan yang tergolong baik.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.