Metacognitive strategies are known to be important in improving reading achievement. This study investigated whether there was any significant difference on students' reading comprehension achievement score by using metacognitive strategies and investigated what metacognitive strategies implemented on students' reading comprehension achieving. All participants of this study were students in the eleventh grade of Senior High School. The data were collected by means of Reading Comprehension Test (RCT) and Metacognitive Strategy Questionnaire (MSQ). The results indicated that metacognitive strategies had positive effect on students' reading achievement. Based on eta-squared calculation the effect size for the paired-samples t-test of the experimental group was 0.48. It means that there was a large effect, with a substantial difference in the students score before and after the treatment. There were nine sub-categories of metacognitive strategies on student's reading comprehension achievement. Such as: Advance Organizer, Selfmanagement, Comprehension Monitoring, Production Monitoring, Selfassessment, Self-evaluation, and Self-reflection. While the high implemented of metacognitive strategies in reading comprehension consisted of two sub-categories: Selective Attention and Organizational Planning. And the highest strategy use was Selective Attention, while the least strategy was Self-reflection.

AbstrakPemberlakuan Era MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) berdampak pada perkembangan bahasa Indonesia untuk penutur asing (BIPA). Jumlah penutur asing untuk mempelajari bahasa Indonesia meningkat. Besarnya minat penutur asing untuk mempelajari bahasa Indonesia tidak didampingi dengan buku teks yang selaras dengan keinginan penutur asing dalam mempelajari bahasa Indonesia. Buku teks yang tersedia silabus dan kurikulum BIPA tidak mencantumkan komponen budaya Indonesia. Mengenalkan multikulturalisme Indonesia kepada penutur asing juga dapat menumbuhkembangkan sikap positif dan apresiatif penutur asing terhadap kekayaan budaya Indonesia.Tujuan penelitian ini adalah untuk nendeskripsikan kualitas Buku Teks BIPA Berbasis Multikulturalisme Bagi Penutur Asing Tingkat Pemula yang meliputi kevalidan, kepraktisan (aktivitas pembelajar, tanggapan pembelajar), serta hasil belajar pembelajar. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang menggunakan model pengembangan 4D. Model ini terdiri atas empat tahap pengembangan yaitu define, design, develop, dan disseminate. Hasil penelitian menunjukkan dampak yang baik terhadap nilai mahasiswa setelah pengembangan buku dilakukan. AbstractThe era of MEA (ASEAN Economic Community) Enactment has an impact on the development of Indonesian language for foreign speakers (BIPA). The number of foreign speakers learning Bahasa Indonesia is increasing. The high interest of foreign speakers for the Indonesian is not supported by necessary textbooks as speaker's expectation in learning Bahasa Indonesia. The BIPA syllabus and curriculum textbooks do not include the Indonesian cultural component. Introducing Indonesian multiculturalism to learn the enrichness of Indonesian culture. The purpose of this study is to describe the quality of BIPA Textbook Multiculturalism Based for Beginner Level Speakers. This book includes validity, practices (learner activities and feedbacks), and leraner's learning result. This research applies 4D development model. It consists of four stages of development that is define, design, develop, and disseminate. The result shows that the development of BIPA text book has a good impact.

No abstract

Desa Toyomarto mempunyai fasilitas pendidikan terdiri dari tingkat SD sampai dengan SMU yakni ada 5 bangunan SD/MI (SDN Toyomarto I, SDN Toyomarto II, SDN Toyomarto III, SDN Toyomarto IV, dan MI Al-Ma’arif 06), 1 bangunan SMP (SMP Islam Al-Ma’arif 02) dan 1 bangunan SMK (SMK Insan Mandiri). Upaya meningkatkan kualitas di bidang pendidikan dan untuk mendorong peningkatan kompetensi guru yang memiliki kecerdasan dan daya saing yang lebih baik, maka arah kegiatan yang ditempuh adalah meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang berintegrasi digital era milenial 4.0 berupa produk media ajar visual digital dalam proses pembelajaran. Penguatan kompetensi guru dalam penyusunan media visual digital terutama Desa Toyomarto ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan terutama peningkatan kualitas pembelajaran dengan meningkatkan kompetensi guru-guru dalam menyiapkan media ajar dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, tim pengabdian melaksanakan kegiatan pengabdian berupa workshop/pelatihan dengan penyelenggara pendidikan di semua jenjang pendidikan terkait “Penguatan penguatan kompetensi guru dalam penyusunan media ajar visual digital di Desa Toyomarto Kecamatan Singosari Kabupaten Malang”. Lebih jauh, perencanaan sinergi pengembangan kualitas pendidikan ini akan berdampak positif dalam peningkatan strategi, perencanaan, media, dan evaluasi pembelajaran di Prodi Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia. Hasil dari kegiatan ini berupa pelatihan pembuatan media ajar berbasis digital yang diterapkan guru-guru dalam proses pembelajaran.

Wayang adalah suatu jenis pertunjukan teater yang khas di Indonesia. Wayang Wali merupakan salah satu wayang kreasi baru yang dikembangkan oleh Ki Sudrun yang berasal dari Blitar. Wayang ini tergolong khas karena memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan wayang pada umumnya. Ciri khas tersebut meliputi: Pertama, Wayang Wali memiliki nama-nama tokoh yang berbeda dengan wayang jenis lain. Kedua, bahan baku dari kulit dan kayu. Ketiga, lakon ceritanya tidak pakem. Keempat, lagu yang dilantunkan dalam Wayang Wali tidak terbatas pada tembang-tembang Jawa. Kelima, alat musik yang digunakan untuk mengiringi Wayang Wali terdiri dari gamelan Jawa, alat musik modern (gitar, keyboard, drum), dan terbang. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan ancangan deskriptif. Teknik pengumpulan data diperoleh dengan perekaman cerita, pengamatan, wawancara mendalam, pentranskripan (pemindahan dari lisan ke tulis), dan penerjemahan. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat pagelaran Wayang Wali, menelaah, memahami karakteristik bentuk dan isi pementasannya, serta wujud akulturasi Islam Jawa dalam Wayang Wali. Berdasarkan hasil penelitian, Wayang Wali ditinjau dari bentuknya memiliki karakteristik bahannya menggunakan kulit dan kayu. Ditinjau dari karakteristik isinya, Wayang Wali dengan cerita “Tanpa Lakon” ini bertemakan dan beramanatkan kepatuhan kepada Allah SWT. Akulturasi budaya Jawa dengan budaya Islam dalam pagelaran Wayang Wali dengan lakon “Tanpa Lakon” dapat dilihat dalam berbagai segi, yakni: (1) segi bentuk dan warna, penggunaan warna yang sesuai dengan pemaknaan Islam. Bentuk gunungan disesuaikan dengan filosofi Islam (2) segi tema, yaitu tema yang diangkat adalah peperangan manusia melawan hawa nafsunya sendiri, (3) segi tokoh dan penokohan, yaitu tokoh punokawan (Semar, Petruk, Gareng dan Bagong) dalam pewayangan Jawa yang disandingkan dengan tokoh Sunan Bonang (wali dalam Islam). (4) segibahasa, bahasa yang digunakan meliputi tiga bahasa yaitu (a) bahasa Jawa, (b) bahasa Indonesia, dan (c) bahasa Arab. (5) Akulturasi dari segi alat musik, yaitu alat musik yang digunakan adalah (a) alat musik tradisonal; seperangkat gamelan, (b) alat musik Islam; terbang jidor, (c) alat musik kontemporer; piano, drum, bass drum. (6) segi lagu pengiring, yaitu lagu yang digunakan adalah (a) Sholawat yang berisi sifat Allah, (b) Suluk Pangkur Kerinduan, (c) Doa Keselamatan, (d) Suluk Abdul Jalil, (e) Sholawat Asy Saydzili, (f) Lagu Lir Ilir, (g) Sholawat Badar, (h) Lagu Pengamen Cirebon, (i) Lagu Pengamen Tegal, dan ditutup dengan (j) Sholawat Badar.