Gua Payung adalah salah satu dari sekian banyak gua hunian prasejarah di kawasan karst Mantewe yang telah dilaporkan oleh Balai Arkeologi Banjarmasin. Penelitian pada 2006 dan 2012 telah menghasilkan sejumlah data arkeologi yang menunjukkan periode hunian dari sekitar 2970±130 BP dan 3070±130 BP. Namun, keberadaan Gua Payung yang memiliki nilai penting bagi perkembangan masa prasejarah di Kalimantan, tidak sejalan dengan kelestariannya sebagai situs cagar budaya. Gua Payung saat ini berada dalam kondisi yang rusak akibat penggalian tanah endapan gua dan kotoran kelelawar oleh masyarakat setempat untuk keperluan perkebunan sawit. Penelitian ini membahas faktor-faktor yang melatarbelakangi kerusakan masif di Gua Payung dengan menguraikan rangkaian sebab-akibat yang terjadi karena beberapa aspek. Alur yang telah disusun kemudian menjadi dasar untuk menyusun sebuah tawaran solusi dalam mengurangi laju kerusakan gua-gua hunian prasejarah lainnya di kawasan karst Mantewe.
Provinsi Kalimantan Selatan memiliki bentang lahan berupa wilayah Pegunungan Meratus, perbukitan karst Meratus, lahan basah pada daerah aliran sungai, serta wilayah pesisir dan kepulauan. Lingkungan di keempat satuan lahan tersebut menyediakan kekayaan hayati melimpah sehingga menjadi kawasan budaya yang dihuni oleh manusia sejak masa prasejarah sampai dengan saat ini. Penelitian arkeologi di Kalimantan Selatan menemukan situs-situs arkeologi yang tersebar pada tiap-tiap satuan lahan. Artikel ini mengangkat permasalahan mengenai bagaimana karakteristik situs arkeologi yang berada di Kalimantan Selatan berdasarkan kondisi geografisnya. Penelitian ini diawali dengan pengumpulan data berdasarkan Laporan Penelitian Arkeologi di Balai Arkeologi Kalimantan Selatan dari tahun 1993-2015 di wilayah Kalimantan Selatan. Metode penelitian dilakukan dengan melakukan klasifikasi situs berdasarkan lokasi geografis. Langkah selanjutnya adalah identifikasi situs berdasarkan parameter letak geografis dan kondisi lingkungan, karakteristik temuan, karakteristik budaya, dan kronologi waktu baik absolut ataupun relatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik situs pada setiap lokasi geografis yang berbeda. Hasil analisis menghasilkan kecenderungan karakteristik situs arkeologi di Kalimantan Selatan, yaitu adanya orientasi pemilihan lokasi hunian seiring dengan kronologi waktu, karakteristik situs dan data arkeologi dipengaruhi oleh kondisi geografisnya, dan usulan lokasi strategis yang dapat ditindaklanjuti oleh tim peneliti di Balai Arkeologi Kalimantan Selatan.
Preliminary studies in the karst hills of the Meratus Mountains in Kotabaru Regency found rock-shelters and caves that were indicated to have traces of prehistoric dwellings. One of them is Batu Cave which is in Batangkulur village, Kelumpang Barat district. This article discusses the results of excavations carried out in Batu Cave in 2018. The problems raised on proof of occupancy and how human life in the past in Batu Cave. Archaeological data were obtained from excavations by using test-pit at two different locations. The excavation findings analyses are quantitative and qualitative. Quantitative analysis was carried out to find out the quantity of findings. The qualitative analysis includes an initial classification, which divides archeological data according to the type, form and style. The results show that Batu Cave are cave dwelling with living activities that rely on the surrounding resources. Exploitation of environmental resources is seen in the use of several types of terrestrial fauna and water as one of the main food sources. Various types of tools were made using rocks, as well as bones and shells.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.