Abstrak. Dewasa ini informasi dapat menyebar dalam hitungan detik tanpa terbatas pada ruang dan waktu. Setiap orang di penjuru dunia dapat mengakses informasi dari seluruh dunia dengan hanya duduk di dalam rumah. Museum sebagai lembaga yang bertugas untuk kepentingan studi, pendidikan, dan kesenangan juga dituntut untuk menyebarkan informasi dengan cepat dan akurat. Salah satu cara agar informasi yang dimiliki oleh museum dapat diakses dengan cepat dan akurat adalah dengan e-museum. Permasalahan yang muncul adalah bagaimanakah bentuk e-museum, apakah yang menjadi prioritas isi dari e-museum, dan bagaimanakah museum mengatasi dampak yang timbul sebagai akibat dari e-museum. Makalah ini bersifat deskriptif komparatif. Segala data tentang e-museum akan dibandingkan. Data yang digunakan adalah data pustaka baik dari buku maupun internet. Hasil dari desk research ini adalah dua buah bentuk e-museum yaitu e-museum berbentuk web site yang sudah banyak digunakan dan e-museum berbasis sistem informasi geografis. Isi dari e-museum akan lebih baik jika difokuskan pada data mengenai seluruh koleksi museum beserta kesejarahannya. Hadirnya museum mungkin saja membuat orang tidak perlu datang ke museum, namun cukup dengan mengakses internet. Oleh sebab itu, museum dituntut untuk lebih interaktif dengan memberikan workshop singkat kepada pengunjung museum.Kata kunci: museum, e-museum, teknologi informasi Abstract. E-Museum: Information Commodification of Museum Collection. Currently, information is well disseminated through space and time. People can access information from all over the world by just sitting at home. Museum as an information resources aims at education and pleasure, besides is also required for disseminating information as fast and accurate. The methode for a fast
Abstrak. Tembikar dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kepandaian teknologis dan aktivitas masyarakat pada masa lalu. Guna mengetahui hal tersebut, maka perlu diketahui tingkat teknologi tembikar, bentuk, dan motif hias, serta kaitan antara fungsi tembikar dan fungsi situs pada masa lalu. Ragam tembikar ini diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui aktifitas yang pernah terjadi di lokasi ini. Permasalahan tersebut dijawab dengan menggunakan teknik pengamatan berdasarkan variabel jejak buat, warna bagian permukaan dan inti tembikar, motif hias dan teknik hias. Selain itu, juga dilakukan penggambaran dengan teknik mirror untuk bagian tepian tembikar. Gambaran ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi perkembangan sejarah kebudayaan di Sintang dan sekitarnya. Tembikar Istana Almukarramah yang terdiri dari periuk, mangkuk, kendi, dan tembikar berbentuk persegi, dibentuk dengan tangan, alat, dan gabungan kedua teknik tersebut. Tidak semua bahan tanah liat dipilih dengan baik. Rata-rata tembikar dibakar pada suhu yang rendah sampai sedang, meskipun terdapat beberapa yang dibakar pada suhu tinggi. Motif hias dan teknik yang digunakan sangat bervariasi. Pada umumnya motif hias yang ditemukan berupa garis horisontal dan vertikal, namun terdapat juga motif hias berupa bulan sabit, duri ikan, dan bentuk persegi. Tembikar Istana Almukarramah digunakan sebagai peralatan sehari-hari dan alat upacara. Asumsi ini didasarkan pada fungsi lokasi Istana Almukarrammah sebelum tahun 1932. Pada masa tersebut lokasi ini dimanfaatkan sebagai pemukiman yang lingkungannya berupa semak belukar dan ditumbuhi pohon sagu. Beliung persegi tampaknya digunakan sebagai alat untuk eksploitasi sagu, sedangkan tembikar digunakan sebagai peralatan sehari-hari mereka. Fungsi tembikar sebagai alat upacara didasarkan pada banyaknya temuan tembikar di sekitar Batu Kundur.
A neolithic occupation in Kalimantan is marked by an open space near the water source and biodiversity which are potential for cultivation. Other characteristics of a neolithic occupation are the presence of archaeological items that suggest a sedentary lifestyle such as pottery, stone adzes, bark-cloth-beaters, and an indication of the arrival of the Austronesia-language-speaking people. Of the sites examined so far, there are two sites indicating open occupations in the southern slope of the Müller Mountains from around 3000-2000 years ago, the Nanga Balang and Muolo Joloi. Both sites are practically located in the heart of Kalimantan in the dense interior of the tropical rainforest. This research discusses the characteristic of Neolithic culture in Nanga Balang and MuaraJoloi to understand their variabilities. The research method used here is descriptive-comparative approach. The result of this research provides information on human strategies in interacting with the natural environment of the tropical rainforest.Keywords: Kalimantan, tropical rainforests, Neolithic occupation, radiocarbon dating, occupation characteristic, human survival.Okupasi neolitik di Kalimantan ditandai oleh ruang terbuka dekat sumber air dan keanekaragaman hayati yang potensial untuk perladangan. Karakteristik lain dari okupasi neolitik adalah keberadaan benda-benda arkeologi yang menunjukkan gaya hidup menetap seperti tembikar, adu batu, pemukul kulit kayu, dan indikasi kedatangan orang-orang berbahasa Austronesia. Dari situs yang diteliti sejauh ini, ada dua situs yang menunjukkan okupasi terbuka di lereng selatan Pegunungan Müller dari sekitar 3000-2000 tahun yang lalu, Nanga Balang dan Muara Joloi. Kedua lokasi tersebut praktis terletak di jantung Kalimantan di pedalaman hutan hujan tropis yang lebat. Penelitian ini membahas karakteristik budaya neolitik di Nanga Balang dan Muara Joloi untuk memahami variasinya. Metode penelitian yang digunakan di sini adalah pendekatan deskriptif-komparatif. Hasil penelitian ini memberikan informasi tentang strategi manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan alam hutan hujan tropis pada masa lalu.Kata kunci: Kalimantan, hutan hujan tropis, okupasi neolitik, pertanggalan radiokarbon, karakteristik okupasi, kelangsungan hidup manusia
Bangkal dan Rantau Balai. Data arkeologi yang ditemukan di situs-situs tersebut berupa kapak perimbas, kapak penetak, kapak genggam, kerakal dipangkas, dan fragmen serpih. Debit air waduk Riam Kanan yang akhir-akhir ini mengalami penurunan secara signifikan memunculkan situs yang semula tenggelam, yang disebut Pulau Sirang. Fenomena ini memunculkan pertanyaanpertanyaan yang berkaitan dengan bentuk, sebaran, dan kronologi data arkeologi. Penelitian ini merupakan penelitian penyelamatan yang bertujuan untuk mengumpulkan, dan mendokumentasikan data arkeologi sebanyak mungkin dengan rangkaian metode penelitian survei, ekskavasi, dan analisis. Kami laporkan hasil survei dan ekskavasi di Pulau Sirang berupa (dalam terminologi Movius) kapak perimbas, kapak penetak, proto pahat genggam, kapak genggam, serpih, serut, bilah, lancipan, fragmen serpih, perkutor, batu inti, dan tatal. Sebaran artefak batu tersebut terkonsentrasi di permukaan Pulau Sirang utama, dan beberapa ditemukan di pulau-pulau lain di sekitarnya.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.