Asma merupakan golongan penyakit yang sulit disembuhkan. Penyakit yang mengenai saluran pernafasan ini sangat mengganggu kualitas para penderitanya. Penderita asma akan merasakan keterbatasan aktifitas baik ringan, sedang maupun berat tergantung pada derajat asma yang dideritanya. Prevalensi asma di Indonesia untuk daerah pedesaan 4,3% dan perkotaan 6,5% dan prevalensi penyakit asma di Provinsi Jawa Tengah tahun 2007 adalah 3%. Tujuan penelitian ini mengetahui beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian asma bronkial pada anak usia 5-12 tahun di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Wilayah Salatiga. Jenis penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol. Populasi dalam penelitian ini adalah 15 penderita asma bronkial pada anak usia 5-12 tahun sebagai (kasus) dan 15 yang tidak menderita asma bronkial pada anak usia 5-12 tahun sebagai (kontrol) di BKPM Salatiga.yang datang berobat pada bulan November tahun 2012 sampai Bulan Januari tahun 2013 sehingga jumlah 30 populasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis Univariat dan Bivariat. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara kejadian asma bronkiale pada anak usia 5-12 tahun di BKPM Kota Salatiga dengan kepemilikan binatang peliharaan (p value =0,043), paparan asap rokok (p value =0,001) dan riwayat asma bronkiale (p value=0,000).
Large-scale social restriction (PSBB-<em>Pembatasan Sosial Berkala Besar</em>) is a policy aimed at reducing the spread of coronavirus disease 2019 <br /> (COVID-19). The purpose of this study was to determine the respondents' compliance behaviors towards the PSBB regulations according to the Health Belief Model. This cross-sectional study was conducted at a private university in Jakarta using quantitative methods. Data collection was carried out on July 2020, where 116 respondents were selected and recruited in the study using convenience non-probability sampling. Online self-administered questionnaire was used to collect data. The independent variables were adopted from Health Belief Model theory. These included; perceived susceptibility, perceived severity, health motivation, perceived benefit, perceived barrier and cues to action. The dependent variable was COVID-19 prevention behavior. Results showed that variables of health motivation (p-value=0.001), perceived benefits (p-value=0.008), and perceived barriers (p-value=0.007), advertising (p-value=0.027), counseling (p-value=0.001), and media access (p-value=0.000) had significant effects on the respondents' compliance to COVID-19 prevention behaviors. Multivariate analysis showed significant association of health motivation and perceived benefits with COVID-19 prevention behavior. An intervention is required to improve the community’s perception and belief towards the benefits and effectiveness of COVID-19 prevention behavior in preventing the COVID-19 pandemic.
Latar belakang: masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa ini terjadi peningkatan kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan sehingga dibutuhkan asupan gizi yang optimal. Namun, hingga saat ini masih banyak remaja yang memiliki masalah gizi. Berdasarkan hasil RISKESDAS tahun 2018 prevalensi gizi kurus pada remaja usia 12-18 tahun sebesar 4,7% sedangkan di DKI Jakarta memiliki prevalensi yang lebih tinggi yaitu 7%. Salah satu penyebab gizi kurus adalah kurang pengetahuan remaja tentang gizi seimbang. Tujuan: tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang gizi seimbang pada remaja. Penelitian ini dilakukan pada 127 siswa di SMA Muhammadiyah 13 Jakarta. Metode: penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif observasional dengan desain studi cross sectional. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni tahun 2021 secara online dengan mengirimkan link google form. Hasil: hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden masih memiliki pengetahuan gizi seimbang yang kurang yaitu sebesar 53,5%. Simpulan: pihak sekolah diharapkan untuk melakukan edukasi tentang gizi seimbang secara berkala agar pengetahuan siswa tentang gizi seimbang meningkat.
Indonesia is a country with the highest COVID-19 confirmed cases and mortality rate among southeast Asian countries. This study was conducted to identify the correlation between sociodemographic factors and the number of confirmed cases and mortality rates due to COVID-19 in Indonesia. This research is an ecological study where secondary data published by the Indonesian government was used. Spearman correlation were used in this study. This study showed that sociodemographic conditions in Indonesia varied greatly. Spearman correlation test results showed that a significant relationship (p-value < 0.05) between the number of COVID-19 confirmation cases with population density, population growth, decreased mobility outside the home, hypertension and diabetes prevalence, number of health workers (general practitioners, specialist doctors, and nurses) as well as the number of COVID-19 specialized hospitals. Significant correlations (p-value < 0.05) were also shown by the relationship between COVID-19 mortality rates and a dense population, a large decrease in mobility to the workplace, number of smokers, and number of health workers. Equitable development is expected to reduce sociodemographic and health disparities so that each region has good preparedness in dealing with outbreaks without the occurrence of areas that are more severely affected by outbreaks compared to other regions.
ABSTRAK Indeks literasi kesehatan yang rendah akan mengakibatkan seseorang lebih banyak menghadapi masalahkesehatan karena minimnya informasi yang mereka dapat peroleh dan kelola. Selain itu, literasi kesehatan yang rendah dapat mengakibatkan kemampuan manajemen diri akan kesehatannya buruk seperti pada health outcome (luaran kesehatan) yang buruk. Mahasiswa secara bertahap mengemban tanggung jawab akan kesehatannya sendiri, serta nantinya akan menjadi role model di masyarakat di masa kini juga masa depan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur indeks literasi kesehatan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) Kampus A, Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain analisis deskriptif dengan pendekatan crosssectional. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa kampus A UHAMKA. Pengambilan sample pada penelitian ini menggunakan metode simple random sampling dengan total 317 responden. Instrumen Penelitian menggunakan instumen HLS-EU-Q47 dari The European Heatlh Literacy Survei dengan total 47 item pertanyaan. Analisis data dilakukkan menggunakan uji univariat dan bivariat. Hasil penelitain ini menunjukkan mayoritas responden memiliki literasi kesehatan bermasalah sebesar 54,3%. Indeks literasi kesehatan pada penelitian ini secara signifikan berhubungan dengan variabel fakultas (p value=0,046) dan variabel usia (p value=0,046). Sedangkan variabel jenis kemalin menunjukkan hubungan yang tidak signifikan (p value=0,429). Kata kunci : Literasi Kesehatan, HLS-EU-Q47, Mahasiswa
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.