Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik hubungan antara stres akademik dan motivasi berprestasi pada mahasiswa yang kuliah sambil bekerja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan teknik purposive sampling. Kemudian sampel dan populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang bekerja sambil kuliah berjumlah 120 orang responden, dengan karakteristik usia 19-28 tahun, dan merupakan mahasiswa yang bekerja sambil kuliah. Kemudian alat ukur dalam penelitian ini menggunakan skala motivasi berprestasi dari McClelland (1987), yang mengacu pada karakteristik motivasi berprestasi. Sedangkan alat ukur stres akademik menggunakan skala dari Gadzella (1991) yang disusun berdasarkan dinamika strees akademik yang terdiri dari stressor akademik dan reaksi stressor akademik. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa hipotesis diterima dengan nilai korelasi sebesar r = -0.545 dengan nilai signifikansi 0.000, yang berarti terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara stres akademik dan motivasi berprestasi pada mahasiswa yang bekerja sambil kuliah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin rendah stres akademik maka semakin tinggi motivasi berprestasi pada mahasiswa yang bekerja sambil kuliah.
Pada saat ini informasi sangatlah mudah untuk didapatkan. Remaja yang menggemari K-pop akan sangat tertarik dengan cara berpakaian yang dipakai oleh boy band ataupun girl band yang remaja sukai. Tercatat sebanyak 57% fans K-pop berada pada usia remaja, dan tercatat pula peningkatan pembelian impulsif pakaian yang dilakukan oleh remaja sebesar 61%. Oleh karna itu perilaku yang di miliki oleh remaja harus di imbangi dengan kontrol diri pada remaja. Penelitian bertujuan untuk menguji secara empirik hubungan kontrol diri dan pembelian impulsif pakaian pada remaja penggemar K-pop. Metode dalam penelitian yaitu, metode kuantitatif dengan teknik purposive sampling. Kemudian sampel dan populasi dalam penelitian ini adalah remaja penggemar K-pop di Bekasi, berjumlah sebanyak 160 responden dengan kriteria usia 12-22 tahun, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, sumber dana pembelian pakaian berasal dari uang orang tua atau sendiri. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa hipotesis diterima dengan nilai korelasi sebesar r = -0.724 (p < .05) yang berarti terdapat hubungan negatif antara kontrol diri dan pembelian impulsif pakaian pada remaja penggemar K-pop dalam penelitian ini. Hasil tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi kontrol diri remaja penggemar K-pop maka semakin rendah pembelian impulsif pakaian ala K-pop.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara secara empiris hubungan antara prokrastinasi akademik dengan kecurangan akademik pada mahasiswa yang kuliah sambil bekerja. Responden dalam penelitian ini berjumlah sebanyak 110 responden dengan kriteria usia 19-27 tahun, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, dan beragam jenis pekerjaan. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa hipotesis diterima dengan nilai korelasi sebesar r = 0,503 dengan taraf signifikansi sebesar 0.000 (p< .05) yang berarti terdapat hubungan positif antara prokrastinasi akademik dan kecurangan akademik pada mahasiswa yang kuliah sambil bekerja dalam penelitian ini. Hasil tersebut menunjukan bahwa semakin rendah prokrastinasi akademik mahasiswa maka semakin rendah pula kecurangan akademik yang diperlihatkan mahasiswa.
Tujuan dilakukannya studi meta-analisis ini adalah untuk melihat bagaimana korelasi sebenarnya antara keseimbangan pekerjaan keluarga dan kebahagiaan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik meta analisis dua artefak yaitu koreksi kesalahan pengambilan sampel dan koreksi kesalahan pengukuran. Berdasarkan hasil 16 penelitian ilmiah sebelumnya ditemukan rentang penelitian empiris yang dipublikasi antara tahun 2003 hingga tahun 2020 dengan jumlah sampel seluruhnya sebanyak N= 4.654. Hasil meta-analisis menunjukkan bahwa keseimbangan pekerjaan keluarga berkorelasi positif dengan kebahagiaan (ř =0.561).
In large metro areas such as Jakarta, Bogor, Tangerang, and Bekasi, the electric train (KRL) is a popular means of transportation because it runs quickly and on time despite being crowded. To help prevent the sexual harassment of female passengers, some KRL carriages are designated specifically for women. This study examines differences in female KRL passengers’ anxiety about sexual harassment in mixed carriages and women-only carriages on the Bogor–Jakarta route (n = 100) and Bekasi – Jakarta route (n = 110), using the Anxiety About Sexual Harassment Scale (Leitenberg & McNeil, 1990; Dacey, 2000). Significant differences in anxiety about sexual harassment were found among women who rode in women-only versus mixed carriages on the Bogor–Jakarta route but not on the Bekasi–Jakarta route. However, in general, participants who rode women-only carriages had higher anxiety than those who rode mixed carriages. This finding was confirmed by interviews with 35 female passengers (7 from the Bogor–Jakarta route, 28 from the Bekasi–Jakarta route). Some women expressed a preference for riding mixed cars because male passengers made room for them to enter or exit the cars and offered them seats. Meanwhile, some participants reported not choosing women-only carriages because the other passengers behaved aggressively.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.