AbstrakResistensi antimikrob merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang besar yang dihadapi manusia sejak era ditemukan antimikrob. Angka multidrug resistant P. aeruginosa salah satunya semakin meningkat di berbagai belahan dunia yang berdampak pada kesulitan penanganan infeksi oleh bakteri ini. Penelitian deskriptif retrospektif ini bertujuan mengetahui prevalensi MDR P.aeruginosa dan pola sensitivitasnya. Data diambil dari hasil kultur bakteri dan uji resistensi antibiotik dari berbagai spesimen klinis pasien di RSUD Arifin Achmad sepanjang tahun 2015. Uji resistensi dilakukan dengan menggunakan alat Vitek 2 compact. MDR P. aeruginosa didefinisikan sebagai P. aeruginosa yang tidak sensitif terhadap tiga atau lebih golongan antibiotik berikut: meropenem atau imipenem, siprofloksasin, gentamisin atau amikasin, seftazidim atau sefepim, dan piperasilin/ tazobaktam. Prevalensi MDR P. aeruginosa adalah 45,5%. Isolat MDR P. aeruginosa serta paling banyak berasal dari instalasi perawatan surgikal dan instalasi perawatan intensif, dan paling banyak berasal dari spesimen pus dan sputum. Sensitivitas P. aeruginosa paling baik dengan amikasin (76,9%), piperasilin/tazobaktam (57,2%), meropenem (57,0%), gentamisin (54,5%), sefepim (53,7%), seftazidim (49,6%), ciprofloksasin (48,8%) dan aztreonam (35,5%). Sensitivitas MDR P.aeruginosa terhadap antibiotik jauh lebih rendah dibanding dengan P. aeruginosa. Penelitian ini menunjukkan angka MDR P. aeruginosa tinggi khususnya di Pekanbaru. Pola sensitifas P. aeruginosa dapat menjadi pedoman dalam memilih antibiotik yang sesuai untuk infeksi karena P. aeruginosa. Kata kunci: Multidrug resistant, Pekanbaru, pseudomonas aeruginosa, sensitivitas antibiotik Prevalence and Antimicrobial Susceptibility Profile of Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa in Arifin Achmad General Hospital AbstractAntimicrobial resistance is one of major public health problems since the era of antimicrobial discovery, inclusing multidrug resistant (MDR) P. aeruginosa. The prevalence of this resistance is increasing in different parts of the world, leading to the difficulties in dealing with this bacteria. The aim of this descriptive retrospective study was to determine the prevalence of MDR P. aeruginosa and its susceptibility profile. Data were collected from the bacteria cultures and antibiotic susceptibility test results from various clinical specimens in Arifin Achmad General Hospital throughout 2015. The test was performed in VITEK 2 Compact. MDR P. aeruginosa is defined as P. aeruginosa which is not sensitive to three or more following antibiotics: meropenem or imipenem, ciprofloxacin, gentamicin or amikacin, ceftazidime or cefepime, and piperacilin/tazobactam. The prevalence of MDR P. aeruginosa was 45.5%. The isolates of MDR P. aeruginosa was mostly derived from pus and sputum specimens from the surgical ward and intensive care unit. The most sensitive antibiotics was amikacin (76.9%) followed by piperacilin/tazobactam (57.2%), meropenem (57.0%), gentamicin (54.5%), cefepime (53.7%), c...
Penyakit jantung pada kehamilan meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. Mitral stenosis adalah lesi katup jantung yang paling sering didapatkan pada wanita hamil dan hampir selalu disebabkan oleh penyakit jantung rematik. Perubahan fisiologis yang terjadi selama kehamilan dan periode peripartum dapat memperburuk gejala dan derajat penyakit jantung. Akibatnya, banyak wanita pertama kali didiagnosis penyakit jantung selama kehamilan. Seorang wanita berusia 24 tahun gravida 32–33 minggu dengan kongesti gagal jantung fungsional kelas III, mitral stenosis berat, ejection fraction (EF) 59%, regurgitasi trikuspid sedang, dan dilatasi atrium kiri menjalani seksio sesarea dengan anestesi spinal dosis rendah menggunakan bupivakaine 0,5% hiperbarik 7,5 mg ditambah fentanyl 50 mcg secara intratekal. Blok sensoris dicapai setinggi torakal 6 dalam waktu 4 menit 20 detik. Hemodinamik pasien stabil selama operasi maupun pasca operasi. Tidak diperlukan pemberian vasopresor. Pasca operasi pasien dirawat di intensive care unit (ICU) selama 3 hari dengan hemodinamik yang stabil. Laporan ini menyoroti bahwa anestesi spinal dosis rendah dapat menjadi pilihan yang baik dalam manajemen anestesi untuk seksio sesarea yang disertai dengan mitral stenosis berat. Low Dose Spinal Anesthesia for Cesarean Section with Severe Mitral Stenosis Abstract Heart disease in pregnancy increases maternal and fetal morbidity and mortality. Mitral stenosis is the most common heart valve lesion in parturient and is almost always caused by rheumatic heart disease. Physiological changes that occur during pregnancy and the peripartum period can worsen symptoms and the degree of the heart disease. As a result, many women are first diagnosed with heart disease during pregnancy. Twenty four year old woman gravida 32–33 weeks with congestive heart failure class III, severe mitral stenosis, EF 59%, moderate tricuspid regurgitation, and left atrial dilatation undergoing cesarean section with low-dose spinal anesthesia using bupivacaine 0,5% hyperbaric 7.5 mg plus fentanyl 50 mcg intrathecally. Sensory blocks were reached as high as thoracic 6th in 4 minutes and 20 seconds. The patient's hemodynamics are stable during both surgery and post surgery. Vasopressors were not needed. After surgery the patient was transferred to ICU for 3 days with stable hemodynamics. This report highlights that low-dose spinal anesthesia can be a good choice in the management of anesthesia for cesarean section accompanied by severe mitral stenosis.
Abstrak. Penelitian ini berjudul perbandingan tingkat kenyamanan pasca pembiusan umum dengan endotracheal tube antara pemberian dexametasone intravena dan lidocaine spray di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Tingkat kenyamanan berupa nyeri tenggorok pada pasien yang menjalani pembiusan umum dengan intubasi endotrakeal dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu obat-obatan yang diberikan, teknik insersi, tekanan cuff dan manajemen setelah insersi.Nyeri tenggorok pada pasien yang menjalani anestesi umum dengan intubasi endotrakeal pada umumnya tidak berakibat fatal dan akan menghilang dalam 48-72 jam setelah operasi tetapi hal ini dapat menyebabkan gangguan yang cukup berarti bagi pasien, menambah lama dan biaya rawatan pasien di rumah sakit serta meninggalkan kesan buruk terhadap operasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan randomized clinical controlled trial dengan rancangan eksperimental yang dilakukan pada 104 pasien yang menjalani anestesi umum dengan endotrakeal tube di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau pada bulan September-Oktober 2019. Pada hasil penelitian didapatkan bahwa pemberian dexametasone intravena sebelum tindakan intubasi endotrakeal lebih efektif dalam mencegah nyeri tenggorok pasca operasi dibandingkan lidocaine spray (19.2% untuk Dexametasone intravena dan 29.8% pada Lidocaine spray). Secara statistik, perbedaan kejadian nyeri tenggorok antara kelompok Dexametasone intravena dan Lidocaine spray adalah bermakna pada skoring 1 jam post operasi (p 0.05) dan tidak bermakna pada skoring 24 jam post operasi (p0.05). Insidensi nyeri tenggorok terbanyak berdasarkan usia adalah pada kelompok usia 46-55 tahun dan 55-65 tahun, berdasarkan jenis kelamin adalah lebih banyak pada perempuan dibandingkan laki-laki, dan lebih banyak pada pasien yang mempunyai riwayat merokok. Kata kunci: nyeri tenggorok, dexametasone intravena, lidocaine spray, RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Abstract. This study is about the comparison of the level of comfort after general anesthesia with an endotracheal tube between administration of intravenous dexametasone and lidocaine spray in Arifin Achmad General Hospital of Riau Province. The level of comfort in the form of sore throat in patients undergoing general anesthesia with endotracheal intubation can be influenced by several things such as administration of drugs, insertion techniques, cuff pressure and management after insertion. Sore throat in patients undergoing general anesthesia with endotracheal intubation is generally not fatal and will disappear within 48-72 hours after surgery but this can cause significant disruption to the patient, increase the length and cost of patient care in the hospital and leave bad impression from surgery. This study is a randomized clinical controlled trial with an experimental design conducted on 104 patients undergoing general anesthesia with endotracheal tube at Arifin Achmad General Hospital in Riau Province in September-October 2019. The study found that administration of intravenous dexametasone before endotracheal intubation is more effective in preventing postoperative sore throat compared to lidocaine spray (19.2% for intravenous Dexametasone and 29.8% in Lidocaine spray). Statistically, the difference in the incidence of sore throat between the intravenous Dexametasone group and Lidocaine spray was significant at 1 hour postoperative scoring (p 0.05) and not significant at 24 hour postoperative scoring (p 0.05). The highest incidence of sore throat by age is in the age group 46-55 years and 56-65 years, more frequent in women than men, and more frequent in patients who have a history of smoking. Keywords: sore throat, intravenous dexametasone, lidocaine spray, Arifin Achmad General Hospital Riau Province
Miastenia Gravis (MG) merupakan penyakit autoimun yang jarang ditemukan. Kasus lebih banyak ditemukan pada wanita daripada laki-laki (rasio 3:2) dengan puncak onset pada usia dekade kedua dan ketiga (pada wanita) dan dekade kelima dan keenam (pria). Pada kasus ini, wanita 28 tahun gravida 38-39 minggu dengan MG dan fetal distress direncanakan untuk dilakukan seksio sesarea cito. Teknik anestesi yang dipilih yaitu spinal anestesi dengan Bupivakain 0.5% Heavy 10 mg+fentanyl 25 mcg di ruang intervertebrae L4-5.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.