Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis kebutuhan untuk mengembangkan aplikasi permainan edukatif Si Marbel sebagai media pembelajaran tematik di kelas 1 Sekolah Dasar (SD); mengembangkan dan menguji penerapan aplikasi pendidikan Si Marbel sebagai media pembelajaran tematik di kelas 1; dan mengetahui efektivitas aplikasi permainan edukatif Si Marbel sebagai media pembelajaran tematik di kelas 1 SD. Penelitian ini menggunakan metode pengembangan atau Research and Development (R&D) dan aplikasi Si Marbel adalah produk penelitian ini. Model penelitian yang digunakan adalah model desain instruksional ADDIE (Analysis-Design-Develop-Implement-Evaluate).. Hasil dari penelitian ini adalah berupa pengembangan aplikasi permainan edukatif Si Marbel. Hasil penilaian pakar media masing-masing adalah 90 dan 93. Rata-rata adalah 91,5 yang menunjukkan bahwa pengembangan aplikasi pendidikan Si Marbel valid dan dapat diterapkan untuk pembelajaran di kelas 1 MI Negeri Salatiga. (3) Uji efektifitas menunjukkan signifikansi (2-tailed) adalah 0.000 (p < 0,05). Hasil pre-test dan post-test menunjukkan perubahan yang signifikan. Statistik deskriptif dari nilai-nilai pre-test dan post-test menunjukkan bahwa skor post-test lebih baik. Oleh karena itu, aplikasi permainan edukatif Si Marbel terbukti efektif digunakan dalam pembelajaran tematik tema 5 "Pengalamanku"
This linguistics study aims to observe the development of norms in WhatsApp Groups (WAGs). Over the years, linguists have devoted their time to theorizing norms of im/politeness evaluations and linguistic interactions in computer-mediated communication (CMC). However, the norms of virtual interactions have not gained adequate attention. This study systematically documented and examined the conversations of 539 members of three WAGs to describe the norms of virtual group communication. The data obtained were enhanced through anecdotal evidence of the experiences acquired in joining other WAGs. The data indicated four sources of WAGs norms: the aims of creating the group, framing unmarked behaviors, and framing positive or negative evaluations of members' utterances or actions. The members' alignments toward non-virtual individual and social norms also significantly affect their negotiating WAG norms. In the stages of the norming process, WAGs tend to experience conflicts due to interpersonal differences. These disputes are likely to disrupt the group's performance or predispose some members. Theoretically, group development is comprised of formation, conflicts, norming, and performance. Depending on the homogeneity or heterogeneity of the member's background, WAGs do not necessarily experience conflicts in the norming process. However, some of them tend to leap the stages from formation to performance.
Critical thinking includes a process of reasoning in thinking as stated by some scholars. In the process, there is universal standard to follow: clarity, accuracy, precision, relevance, depth, breadth, logic, and fairness. In language classes, critical thinking creates active classes. To bring critical thinking to classes, Bloom’s Taxonomy and critical thinking strategies can be working definition in order critical thinking to be applied to pedagogical materials in a practical way. Steps for critical thinking teaching includes five steps: (1) determining learning objectives, (2) teaching through questioning, (3) practicing before assessing, (4) reviewing, refining, and improving, and (5) providing feedback and assessment of learning. A lesson plan should reflect these five steps.Keywords: Critical Thinking; Language Teaching; Lesson Plan; Bloom’s Taxonomy; Critical Thinking Strategies
Critical thinking includes a process of reasoning in thinking as stated by some scholars. In the process, there is universal standard to follow: clarity, accuracy, precision, relevance, depth, breadth, logic, and fairness. In language classes, critical thinking creates active classes. To bring critical thinking to classes, Bloom's Taxonomy and critical thinking strategies can be working definition in order critical thinking to be applied to pedagogical materials in a practical way. Steps for critical thinking teaching includes five steps: (1) determining learning objectives, (2) teaching through questioning, (3) practicing before assessing, (4) reviewing, refining, and improving, and (5) AbstrakBerpikir kritis mencakup proses penalaran dalam berpikir seperti yang dinyatakan oleh beberapa ahli. Dalam prosesnya, ada standar universal untuk diikuti: kejelasan, akurasi, presisi, relevansi, kedalaman, keluasan, logika, dan kewajaran. Di kelas bahasa sendiri, berpikir kritis dapat menciptakan kelas yang aktif. Untuk membawa pemikiran kritis ke dalam kelas, taksonomi Bloom dan strategi berpikir kritis dapat menjadi metode yang tepat agar berpikir kritis dapat diterapkan pada materi pedagogis dengan cara yang praktis. Langkah-langkah untuk mengajarkan berpikir kritis meliputi lima langkah: (1) menentukan tujuan pembelajaran, (2) pengajaran melalui pertanyaan, (3) berlatih sebelum menilai, (4) meninjau, menyaring, dan meningkatkan, dan (5) memberikan umpan balik dan penilaian pembelajaran. Sebuah rencana pembelajaran harus mencerminkan lima langkah tersebut.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk memaparkan bentuk pemerolehan bahasa pertama anak usia 3,5 tahun pada pemerolehan sintaksis. Kajian difokuskan pada bentuk kalimat deklaratif, kalimat interogatif dan kalimat imperatif. Metode kualitatif digunakan dalam penelitian ini. Pengumpulan data dengan teknik observasi non-partisipan, wawancara tidak terstruktur, dan dokumentasi dalam bentuk perekaman bentuk video kemudian ditranskripkan dan dicatat data yang diperlukan. Analisis data menggunakan metode padan referensial. Penelitian berlokasi di desa Butuh, Kecamatan Tengaran yang dilaksanakan selama 2 bulan. Informan adalah anak perempuan berusia 3 tahun 6 bulan. Orang tua informan dalam kesehariannya berkomunikasi dengan bahasa Indonesia dan menjadi bahasa pertama yang diperoleh oleh informan. Hasil analisis pemerolehan sintaksis dalam bentuk kalimat, diketahui bahwa pemerolehan bahasa pada perkembangan sintaksis sebagian besar dibentuk oleh kalimat deklaratif sebanyak 56%, kalimat interogatif sebanyak 25% dan terakhir kalimat imperatif sebanyak 19%. Bentuk kalimat deklaratif akan mendominasi bahasa anak yang sudah memasuki tahap menghasilkan suatu bahasa yang kompleks dalam ranah sintaksis. Dilihat dari perspektif sintaksis, dapat dikatakan bahwa anak 3,5 tahun sudah mampu berbicara dengan cara yang sesuai dengan struktur sintaksis dan menyampaikan makna. Selain itu, ia mampu memahami maksud orang lain.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.