Latar Belakang: Asma merupakan penyebab kesakitan dan kematian dengan peringkat ke sepuluh di Indonesia dengan prevalensi sebesar 2,4%. Asma menyebabkan gangguan pernapasan berupa adanya suara mengi (wheezing), nafas terasa sesak, batuk dan sulit bernafas terutama pada malam hari. Banyak anak mendapatkan penanganan yang tidak rasional, tidak mendapat pencegahan dengan baik sehingga penyakit dapat berlanjut ke keadaan yang lebih gawat. Salah satu terapi yang tepat pada kasus tersebut yaitu terapi meniup balon bllowing. Tujuan Penelitian ini mengetahui Pengaruh Ballon Blowing Terhadap Status Oksigenasi Pada Anak Dengan Asma Bronkial. Metode Penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan sampel sejumlah 2 pastisipan yang berusia 9 dan 5 tahun. Teknik pengumpulan menggunakan wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Hasil: Berdasarkan studi kasus menunjukkan bahwa setelah dilakukan terapi ballon blowing pada anak dengan asma bronkial efektif mengurangi sesak nafas, menurunkan frekuensi pernafasan menjadi normal, mengatasi suara mengi dan meningkatkan saturasi oksigen. Kesimpulan: Ada pengaruh terapi tehnik Balon bllowing (meniup balon) pada pasien anak Asma Bronkial terhadap status oksigenasi. Saran: Terapi Balon Bllowing (meniup balon) dapat menjadi sebagai terapi non-farmakologis pada anak dengan Asma Bronkial yang dilakukan 3 hari setiap pagi hari dengan durasi 20 menit.
The trend issue of premarital sexual experiences in Indonesia is a serious problem and more pay attention. The consequences of premarital sex are family stigma and social sanctions that has an impact on teenagers choosing kill their newborn babies. One of the most effective educate youth about sexual health issues is through peer educator groups and audiovisual sex education. The aims of this study to analyze differences in the effectiveness of sex education in adolescents based on audiovisual and peer education on the prevention of pre-marital sex. A quasy-experimental design method with pretest-posttest with control group design was conducted. A total of 32 adolescents were included. In this study there is a significant difference in the level of knowledge (p= 0.000) and premarital sexual behavior (p= 0.001) before and after being given audiovisual sex education by nursing. Meanwhile, there is a significant difference in the level of knowledge before and after being given peer education (p= 0.006) but there is no significant difference in the level of premarital sexual behavior before and after given peer education (p= 0.057). Audiovisual sex education is more effective than peer education on prevention of pre-marital sex.
Latar Belakang: Asma merupakan penyebab kesakitan dan kematian dengan peringkat ke sepuluh di Indonesia dengan prevalensi sebesar 2,4%. Asma menyebabkan gangguan pernapasan berupa adanya suara mengi (wheezing), nafas terasa sesak, batuk dan sulit bernafas terutama pada malam hari. Banyak anak mendapatkan penanganan yang tidak rasional, tidak mendapat pencegahan dengan baik sehingga penyakit dapat berlanjut ke keadaan yang lebih gawat. Salah satu terapi yang tepat pada kasus tersebut yaitu terapi meniup balon bllowing. Tujuan Penelitian ini mengetahui Pengaruh Ballon Blowing Terhadap Status Oksigenasi Pada Anak Dengan Asma Bronkial. Metode Penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan sampel sejumlah 2 pastisipan yang berusia 9 dan 5 tahun. Teknik pengumpulan menggunakan wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Hasil: Berdasarkan studi kasus menunjukkan bahwa setelah dilakukan terapi ballon blowing pada anak dengan asma bronkial efektif mengurangi sesak nafas, menurunkan frekuensi pernafasan menjadi normal, mengatasi suara mengi dan meningkatkan saturasi oksigen. Kesimpulan: Ada pengaruh terapi tehnik Balon bllowing (meniup balon) pada pasien anak Asma Bronkial terhadap status oksigenasi. Saran: Terapi Balon Bllowing (meniup balon) dapat menjadi sebagai terapi non-farmakologis pada anak dengan Asma Bronkial yang dilakukan 3 hari setiap pagi hari dengan durasi 20 menit.
ABSTRAK Latar Belakang: Menghadapi tantangan Era Globalisasi maka tenaga kesehatan dituntut dapat menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Pelayanan berkualitas dapat terwujud melalui praktik kolaborasi yang baik antar profesi. Perlu diadakannya praktik kolaborasi sejak dini melalui proses pembelajaran Interprofessional Education. IPE dimulai sejak mahasiwa kesehatan menjalani program profesi. Namun, masalahnya yaitu kurangnya kepercayaan diri mahasiswa saat menjalani profesi. Kenyataannya, mahasiswa farmasi memiliki self eficacy yang rendah daripada mahasiswa kedokteran dan keperawatan sehingga perlu adanya pelatihan interprofesional.Tujuan: Literatur review ini bertujuan untuk mengkaji tentang pengaruh pelatihan interprofesional terhadap self eficacy pada mahasiswa kesehatan. Metode: Studi ini diperoleh dari 4 database yaitu E-resources perpustakaan nasional, ERIC, Google Scholar, dan PubMed dengan menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi. Kata kunci yang digunakan dalam pencarian literatur ini antara lain: “interprofessional training and self-eficacy”, “interprofessional collaborative practice and self confidence”.Hasil: Dari 11 penelitian yang diperoleh, 10 penelitian menyatakan interprofesional secara signifikan meningkatkan self eficacy pada mahasiswa kesehatan.Kesimpulan: Pelatihan interprofesional dapat membantu mahasiswa dalam mengembangkan keterampilan komunikasi, kerjasama tim dan tim manajemen yang berguna untuk meningkatkan self eficacy sehingga dapat meningkatkan perawatan dan keselamatan pasien. Kata Kunci: Pelatihan Interprofesional, Self eficacy, Mahasiswa Profesi Kesehatan
Latar Belakang: Prevalensi kejadian kejang demam pada anak umur dibawah lima tahun terjadi tiap tahun di Amerika, hampir sebanyak 1,5 juta dan sebagian besar lebih sering terjadi pada anak berusia 6 hingga 36 bulan (2 tahun), terutama pada usia 18 bulan. Gejala khusus dari kejang demam adalah hipertermia dengan meningkatnya metabolisme dalam tubuh maka pasokan oksigen ke otak akan menurun. Pada anak yang peka akan terjadi kejang demam. Kejang demam apabila tidak diatasi segera akan mengakibatkan peningkatan tekanan intra kranial (TIK) yang mempengaruhi gangguan suplai (perfusi) nutrisi kejaringan seluruh tubuh sehingga dapat terjadi gangguan tumbuh kembang. Tujuan: Literatur review ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan penerapan teknik tepid water sponge dan kompres hangat untuk menurunkan suhu tubuh pada anak yang mengalami demam. Metode : Metode yang digunakan adalah literature review, yaitu mengumpulkan dan menganalisis artikel-artikel penelitian mengenai penerapan teknik Tepid Water Sponge dan Kompres Hangat. Penelusuran artikel dilakukan melalui (database) seperti Google scholar atau Google cendekia dengan menggunakan kata kunci seperti “Tepid Water Sponge”, “Kompres Hangat”, “Kejang Demam”, “Tepid Water Sponge + Kejang demam,”. Artikel yang dipilih adalah artikel yang dipublikasikan sejak tahun 2015 sampai dengan 2020 yang dapat diakses full text dalam format pdf dan berbahasa Indonesia. Hasil : Berdasarkan uraian dari 6 jurnal yang telah dilakukan review menunjukkan pemberian teknik tepid water sponge lebih efektif daripada kompres hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada anak yang mengalami demam. Kesimpulan : Pemberian teknik tepid water sponge sangat direkomendasikan untuk menurunkan hipertermia pada anak dengan kejang demam. Kata kunci: Kejang Demam, Hipertermia, Tepid Water Sponge, Kompres Air Hangat
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.