Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis hubungan tidak sehat dalam komunikasi interpersonal di kalangan remaja. Toxic Relationship sebagai hubungan yang tidak berdampak pada terjadinya konflik internal. Hubungan seperti ini sangat rentan membuat penderitanya menjadi tidak produktif, gangguan jiwa, sehingga bisa memicu luapan emosi yang berujung pada kekerasan. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah FGD, observasi, dan wawancara mendalam dengan informan/peserta sebagai data primer. Sedangkan data sekunder menggunakan studi kepustakaan yang bersumber dari jurnal, e-book/ buku dan dokumen. Teknik analisis data menggunakan Model Interaktif Miles & Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pertama, pelaku toxic relationship yaitu toxic people bisa menjadi orang terdekat korban, seperti keluarga inti yang terdiri dari ayah-ibu-kakak-adik. Selain itu, pelaku bisa saja merupakan kekasih dalam hubungan cinta yang tidak sehat, atau teman sebaya bahkan teman yang sering melakukan bullying berupa kekerasan verbal, fisik, bahkan seksual. Kedua, jenis toxic relationship, dapat dikategorikan menjadi beberapa bentuk, yaitu: hubungan yang tidak sehat dengan teman (toxic friendship), orang tua/keluarga (toxic parenting), kekasih/pacar, dan orang tua yang selingkuh sehingga mempengaruhi mental anak.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna pesan dalam drama Korea Jealousy Incarnate. Teori yang digunakan adalah Teori Semiotika Charles Sanders Pierce dengan melakukan analisis tanda berdasarkan Ikon, Indeks, dan Simbol yang selanjutnya diinterpretasikan maknanya untuk menganalisis makna pesan dalam drama Korea. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Unit analisis sebagai data primer dalam penelitian ini adalah data tayangan drama televisi SBS, sebanyak sembilan adegan dalam 24 episode tayangan. Sedangkan data sekunder berupa buku teks, artikel dan publikasi elektronik. Teknik analisis data menggunakan analisis Semiotika Charles Sanders Pierce. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Ikon dalam drama ini adalah visualisasi yang ada pada setiap adegannya. Terutama setiap adegan yang terdapat sosok Lee Hwa Shin dan Pyo Na-Ri. 2) Dialog-dialog yang dilakukan oleh Lee Hwa Shin, Pyo Na-Ri serta dokter menjadi indeks bahwa Lee Hwa Shin mengidap kanker payudara. Percakapan-percakapan yang mereka lakukan memunculkan simbolisasi tertentu. 3) Setiap akting Lee Hwa Shin, Pyo Na-Ri dan dokter menjadi simbol dari kehidupan seorang pasien pria pengidap kanker payudara dan bagaimana mereka mengobati penyakit tersebut. 4) Setiap survivor kanker khususnya kanker payudara pada pria sangat membutuhkan dukungan dan pendampingan seumur hidupnya dari orang terdekatnya. Hal ini karena pria yang mengidap kanker payudara akan mengalami penurunan rasa percaya diri dan terganggunya kesehatan mental mereka. Dengan adanya seseorang yang selalu setia mendampingi para survivor dalam setiap proses pengobatannya akan memunculkan motivasi dan semangat dalam diri mereka.
Some Indonesian people consider that gay is not in accordance with religious, cultural, and deviant norms. Because sexual behavior like this has not been applied in general and can be accepted by society. Not all gays are brave and able to do selfdisclosure (coming out). Individuals who realize themselves as a kind of lover need a long time to identify, confirm, and accept their sexual orientation. Having been able to identify himself as a gay, usually individuals will begin to consider covering up or telling others about this identity. The challenge when a gay person has ventured to come out, he must face a number of questions about the family or the surrounding community, which is certainly prone to cause conflict, both internal and internal. Gay coming out and not fully coming out in Jakarta presents themselves as an effort to grow a certain impression in front of others through the dramaturgy of the front stage and the back stage, by arranging behavior so that other people interpret their identity according to what they want. The aim of the research was to find out the dramaturgy process and model in presenting themselves on the front stage and the gay back stage coming out and gay not fully coming out in Jakarta. The research method uses an interpretive paradigm with a subjective approach, with a type of qualitative research. Data collection techniques using indepth interviews, observation, Focus Group Discussion (FGD), and document review. Data analysis techniques apply interactive models of Miles Huberman. The results showed that Jakarta's gay self-presentation on the front stage that had been fully coming out would do self-promotion tactics and even exaggerate. But in gays who are not fully coming out, they will disclaimer by trying to deny and hide their identity as gay. But on the back stage, gays who have been or have not been fully coming out, both carry out a self-promotion strategy as a technique of presenting themselves by opening themselves, especially in the gay community. Gay openness coming out on family, community, and society is preceded by the coming in process, namely the acceptance of himself as gay. The research recommendation is the strengthening of religion and the relationship between family members who are humanist, harmonious, and close / familiar to be a solution so that the nation's generation is not trapped in the LGBT luster.
Abstrak: Kekerasan pada perempuan dan anak tidak bisa dipisahkan, karena dua permasalahan tersebut harus dipecahkan secara integratif dengan memberikan perlindungan pada kedua korban, yakni perempuan dan anak. Kegiatan ini bertujuan (1) memberikan pemahaman dan memperkaya pengetahuan relawan terkait bentuk, penyebab, dampak kekerasan yang banyak dialami oleh perempuan dan anak; (2) memberi edukasi tentang Undang-undang penghapusan kekerasan pada perempuan dan pada anak; (3) pendampingan dan antisipasi kekerasan pada perempuan dan anak. Kegiatan pengabdian ini dilakukan selama 5 bulan di kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan. Metode yang digunakan adalah partisipatif, dimana anggota sasaran dilibatkan secara aktif mulai dari perencanaan, monitoring, dan evaluasi kegiatan. Proses pemberdayaan relawan meliputi : (1) presentasi dan ceramah, (2) praktek edukasi dan sosialisasi Undang-undang penghapusan kekerasan pada perempuan dan anak, (3) praktek presentasi bagi relawan sebagai agen komunikasi untuk mengidentifikasi dan mengantisipasi tindak kekerasan, serta panduan pendampingan korban. Hasil pelaksanaan kegiatan ini berjalan sesuai dengan tujuan kegiatan yang telah tercapai. Pertama, relawan memahami informasi bentuk-bentuk, penyebab, dampak kekerasan yang banyak dialami oleh perempuan dan anak. Kedua, relawan mampu mengedukasi tentang Undang-undang penghapusan kekerasan pada perempuan dan anak. Ketiga, relawan mampu melakukan pendampingan dan antisipasi kekerasan pada perempuan dan anak. Relawan telah menunjukkan perubahan positif, mampu mengidentifikasi proaktif dan reaktif meminimalisir kategorisasi kekerasan pada perempuan dan anak.Abstract: Violence against women and children cannot be separated, because these two problems must be solved in an integrative way by providing protection for both victims, namely women and children. This activity aims to (1) provide understanding and enrich the knowledge of volunteers regarding the forms, causes, and impacts of violence experienced by many women and children; (2) provide education on the law on the elimination of violence against women and children; (3) assistance and anticipation of violence against women and children. The method used is participatory, where target members are actively involved starting from planning, monitoring, and evaluating activities. The process of empowering volunteers includes: (1) presentations (2) educational practices and socialization of the law on the elimination of violence against women and children, (3) presentation practices for volunteers as communication agents to identify and anticipate acts of violence. The results of the implementation of these activities are in accordance with the objectives of the activities that have been achieved. First, volunteers understand information about the forms, causes, and impacts of violence that are mostly experienced by women and children. Second, volunteers are able to educate about the law on the elimination of violence against women and children. Third, volunteers are able to provide assistance and anticipate violence against women and children. Volunteers have shown positive changes, able to identify proactively and reactively minimize the categorization of violence against women and children.
This study focuses on verbal and non verbalcommunication between gay couple in establishinga committed relationship. The conflict consists ofinternal conflict between the gay couple of differentnations and external conflict caused by stigm,discrimination, and bullying is done by thecommunity. This study is a qualitative study usingdata collection by conducting in-depth interviewsand observations of three gay couples. The resultsshowed that gay couples have a specific strategy inmaintaining a relationship commitment thatreflected through their verbal or nonverbalcommunication that is tailored to the character oftheir relationship. Emotional attachment that isgoing on between the two gay couples could also bea reason for them to maintain their intimacyrelationship. Conflict experienced by gay couples,because of jealousy, possessive and aggressiveattitudes that dominate one partner, and thepresence of one partner's infidelity. While theconflict that occurs as a result of a growing stigmain the community, resulting in discrimination andbullying, such as harassment, humiliation, andviolence experienced that same-sex couples.Keywords: Gay, Verbal and Non VerbalCommunication, Committed Relationship. AbstrakStudi ini ingin melihat bagaimana komunikasi verbaldan non-verbal terjadi dalam jalinan ikatancommitted relationship pasangan gay, dimanaditemukan konflik internal pada pasangan bedabangsa dan konflik eksternal akibat stigma,diskriminasi dan bullying yang dipraktekkanmasyarakat. Penelitian kualitif ini dilaksanakandengan wawancara mendalam dan observasiterhadap tiga pasangan gay. Hasil studimenunjukkan bahwa untuk mempertahankanhubungan, pasangan melakukan strategi khususdalam bentuk komunikasi verbal dan non-verbalyang akan menunjukkan karakter hubunganmereka. Ikatan emosi diantara pasangan gaymenjadi alasan mereka mempertahankanhubungan intim. Konflik mereka terjadi karenakecemburuan, sikap posesif, agresif, dan danketidaksetiaan salah satu dari pasangan. Stigmadari keluarga, masyarakat bahkan negara jugamengakibatkan konflik pada pasangan karenamereka mengalami berbagai bentuk penghinaan,pelecehan maupun kekerasan.Kata kunci: Gay, Komunikasi verbal dan non-verbal,Committed Relationship
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.