ABSTRAKTujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah operasi hitung bilangan pecahan melalui penerapan Problem Based Learning pada siswa kelas V SDN Mlowo Karagtalun 04 Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan. Kemampuan siswa dalam pemecahan masalah operasi hitung bilangan pecahan masih banyak yang di bawah KKM ≥ 65. Hal itu dikarenakan guru masih menggunakan metode yang menekankan penggunaan rumus dan latihan soal yang bersifat rutin. Oleh sebab itu, peneliti berupaya untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa melalui penerapan Problem Based Learning. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, yang terdiri dari dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tiga tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan dan observasi, refleksi.Penelitian ini dilakukan di SDN Mlowo Karangtalun Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan dengan subjek penelitian siswa kelas V. Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah tes dan observasi.Instrumen yang digunakan adalah soal tes, lembar observasi aktivitas siswa dan guru. Data yang diperoleh meliputi data kemampuan pemecahan masalahoperasi hitung bilangan pecahan, data hasil observasi proses pembelajaran dari aktivitas guru dan siswa. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif yaitu dengan membandingkan hasil pra siklus, hasil siklus 1, dan siklus 2. Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah 85 persen siswa tuntas dengan KKM≥ 65. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah operasi hitung bilangan pecahan.Terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas dari 62,87 pada pra siklus menjadi 74,96 pada siklus 1 dan 84,43 pada siklus 2. Jumlah siswa yang tuntas belajar meningkat dari 9 siswa (39%) pada pra siklus menjadi17 siswa (74%) pada siklus 1 dan 20 siswa (87%) siswa tuntas pada siklus 2. Penelitian ini berhasil karena sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu 85 persen siswa tuntas belajar dengan KKM≥ 65.Kata Kunci: kemampuan pemecahan masalah, problem based learning, pecahan, matematika, Sekolah Dasar
Abstrak: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa SMP dalam memecahkan masalah matematika pada materi pola barisan bilangan. Subjek dalam penelitian ini adalah tiga siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Salatiga tahun pelajaran 2017/2018 yang memiliki kemampuan matematika tinggi. Pengumpulan data menggunakan teknik tes, dan pedoman wawancara. Analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini adalah semua subjek mampu memperlihatkan kemampuan berpikir kreatif dengan tingkatan yang berbeda-beda yaitu satu subjek memperlihatkan TKBK 4, satu subjek memperlihatkan TKBK 3 dan satu subjek memperlihatkan TKBK 1.Abstract: This research is a qualitative descriptive research,that aims to determine the ability of creative thinking students of junior high school in solving mathematical problems in the matter of pattern of sequence numbers. Subjects in this study consist of three students of (eight grade of junior high school 3 Salatiga) VIII SMP Negeri 3 Salatiga in the academic year 2017/2018 who have high mathematical ability. Data collection using test techniques, and interview guidelines. Data analysis used data reduction, data presentation and conclusion. The results of those studies are all subjects are able to show the ability of creative thinking in different levels of one subject showed TKBK 4, one subject showed TKBK 3 and one subject showed TKBK 1.
<p>Geometri dipelajari mulai dari sekolah dasar sampai di sekolah menengah atas. Beberapa kajian menunjukkan bahwa pada sekolah menengah pertama (SMP), banyak siswa memiliki kesulitan dalam belajar geometri. Level Geometri van Hiele dapat menjelaskan kesulitan geometri siswa. Van hiele menyatakan bahwa dalam memahami geometri, siswa perlu melalui lima level, diantaranya level 1 (tahap pengenalan), level 2 (tahap analisis), level 3 (tahap pengurutan), level 4 (tahap deduksi), dan level 5 (tahap ketepatan). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan level berpikir geometri siswa sekolah menengah pertama. Ada 209 siswa yang masuk dalam penelitian ini. Metode penelitian yang digunakan adalah metode campuran. Intrumen tes yang digunakan diadaptasi dari Proyek CDASSG Usiskin. Hasilnya menunjukkan ada 28,71% siswa SMP berada pada level 1, 44,02% siswa berada pada level 2 dan 5,26 siswa berada pada level 3. Ada 1,91% siswa berada pada level 0, dan tidak ada siswa yang berada pada level 4 dan 5. Siswa Ada sekitar 20,10% tidak dapat dikelompokkan ke dalam level yang ada dikarenakan tidak memenuhi kriteria dari instrumen penelitian. Berdasarkan hasil ini, siswa kebanyakan masih berada pada level 1 dan 2. Tidak seperti pendapat van Hiele yang menyatakan bahwa level berpikir geometri untuk siswa SMP berada di level 3. Berdasarkan hasil penelitian ini, penting untuk melakukan pemerikasaan lebih lanjut mengenai level berpikir geometri siswa SMP di tempat lain.</p>
Keberhasilan siswa yang kurang optimal terhadap literasi matematika dalam PISA tentunya dikarenakan siswa mengalami kesulitan sehingga menyebabkan kesalahan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis kesalahan yang dilakukan siswa SMA dalam menyelesaikan soal matematika PISA pada konten change and relationship. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian terdiri dari 3 siswa kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Tuntang dengan jenis kesalahan terbanyak. Pengumpulan data dilakukan menggunakan tes dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum kesalahan yang dilakukan oleh ketiga subjek dalam menyelesaikan soal matematika PISA pada konten change and relationship berdasarkan NEA (Newman's Error Analysis) pada soal nomor 1, 2, dan 3 adalah kesalahan dalam memahami soal (comprehension), kesalahan dalam mengubah permasalahan pada soal ke bentuk matematika (transformation), dan kesalahan dalam menuliskan atau menyimpulkan hasil akhir (encoding). Kesalahan tersebut terjadi dikarenakan untuk menyelesaikan soal membutuhkan penalaran yang tinggi sehingga subjek mengalami kesulitan, kebingungan, dan kurang berminat baik dalam menyaring informasi atau menyelesaikan soal sesuai dengn prosedur matematika yang relevan.Kata kunci: change and relationship; kesalahan; PISA.
AbstrakTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan masalah Open-Ended berdasarkan teori Wallas. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ini adalah 3 siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah SMP Pangudi Luhur Salatiga yang ditentukan dengan purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dan dibantu oleh instrumen pendukung berupa soal tes dan pedoman wawancara. Teknik validitas instrumen yang digunakan adalah uji triangulasi. Teknik analisis data yang digunakan mencakup transkrip hasil wawancara, reduksi data, analisis, dan triangulasi. Hasil penelitian Siswa yang berkemampuan tinggi bisa melewati tahap persiapan dan inkubasi dengan baik, tetapi melewati tahap iluminasi dan verifikasi dengan cukup. Hasil penelitian Siswa yang berkemampuan sedang bisa melewati tahap persiapan dan inkubasi dengan baik, tetapi melewati tahap iluminasi dan verifikasi dengan cukup. Hasil penelitian Siswa yang berkemampuan rendah melewati setiap tahap dengan kurang. AbstractThe purpose of this study was to determine the profile of the students’ creative thinking in solving Open-Ended problems based on the theory of Wallas. The type of this research is descriptive qualitative research. The subjects were three students from SMP Pangudi Luhur Salatiga who had high, medium, and low capability, determined by purposive sampling. The data collection techniques used were a test, interview, and documentation. The research instrument in this study was the researchers themselves and assisted by some supporting instruments in the form of test and interview guidelines. The technique used to measure the validity of the instruments was the triangulation test. The result of the research was the high-skilled and medium-skilled students could pass the preparation and incubation stages well, but passed the illumination and verification stages adequately. Meanwhile, the low-skilled student passed each stage, but could not complete the requirements of the stages.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.