Calcium oxide nanoparticles was prepared by coprecipitation method using calcium acetate as precursor and calcined at 800 °C for 6 hours. This work studied the effect of different precursor concentrations on the size of calcium oxide obtained and its applicated for palm oil transesterification catalysis. Characteristics of samples were measured by XRD and SEM et al techniques. The results showed that the diffraction pattern of CaO has the same diffraction pattern as the XRD standard diffraction pattern from the Joint Committee on Powder Diffraction Standard (JCPDS). Calcium oxide analysis using SEM shows the morphology of particles that agglomerate almost all variations in precursor concentration. The particle size increases with increasing precursor concentration. The smallest particle size of 55.758 nm was produced on solid CaO from the lowest precursor concentration of 0.05 M. The catalytic activity of activated calcium oxide nanoparticle compound was tested in the production of methyl esters. The conversion of triglycerides in palm oil into methyl esters was 90.34%.Keywords: nanoparticles, calcium oxide, coprecipitation, precursor, catalys, metyl ester
AbstrakFly ash merupakan limbah hasil pembakaran batubara yang mengandung beberapa senyawa kimia yang dapat dimanfaatkan.. Salah satu senyawa kimia dengan persentase tinggi di dalam fly ash adalah senyawa silika (SiO2). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan silikon murni hasil dari reduksi silika dari fly ash batubara. Silika diperoleh dengan metode ekstraksi yaitu dengan menggunakan NaOH 3M dan HCl 1M, dilanjutkan dengan pemurnian silika menggunakan HCl 37%. Silika murni yang diperoleh kemudian direduksi menggunakan metode metalotermal dengan logam magnesium. Komposisi massa silika dan magnesium yang digunakan dioptimasi dengan empat variasi perbandingan massa silika:magnesium masingmasing 1:0,8 ; 1:1,5; 1:2 dan 1:2,5. Produk optimum hasil dari proses reduksi kemudian dimurnikan menggunakan 150mL HCl 2M lalu dipanaskan pada suhu 80 o C sambil distirer selama 3 jam. Hasil analisa XRF (X-Ray fluorescence) menunjukkan persentase kadar silika yang diperoleh dari proses ekstraksi yaitu 79,72% dan meningkat kadar kemurniannya menjadi 93,76% setelah dilakukan pemurnian. Karakterisasi produk dari reaksi reduksi silika oleh magnesium menggunakan XRD dengan program software Match 3 secara keseluruhan terhadap semua variasi massa silika:magnesium menunjukkan bahwa silikon yang dihasilkan hanya diperoleh pada variasi silika:magnesium 1:0,8 yaitu sebanyak 4,8%. PENDAHULUANFly ash adalah abu yang dihasilkan dari pembakaran batubara. Jumlah substansi kimia yang terkandung dalam fly ash melimpah dan memiliki potensi pemanfaatan yang besar, salah satunya adalah silika, sehingga peneliti bermaksud untuk mengisolasinya dan dilanjutkan dengan adanya perlakuan untuk mendapatkan bentuk silikon dengan kemurnian tinggi. Penelitian tentang isolasi dan pemurnian silikon telah banyak dilakukan yang berasal dari abu sekam padi dan pasir. Isolasi silikon yang berasal dari fly ash batubara sudah pernah dilakukan tetapi tidak disertai dengan pemurnian, sehingga penelitian tentang hal tersebut perlu dilakukan. Hal ini berdasarkan pada manfaat silikon yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.Isolasi silikon dapat diawali dengan mengekstraksi silika dari fly ash dan proses yang dapat dilakukan untuk mendapatkan kemurnian silika yang tinggi dilakukan proses leaching asam menggunakan HCl 3% terhadap sampel fly ash terlebih dahulu dengan tujuan untuk meminimalisir pengotor oksida logam [1]. Kondisi optimum metode presipitasi pada ekstraksi silika telah dilakukan oleh Retnosari [2] yang menyatakan bahwa NaOH dengan konsentrasi 3M merupakan kondisi terbaik dalam menghasilkan silika dengan jumlah banyak, dan menurut Fatony asam yang paling efektif digunakan untuk leaching dalam ekstraksi silika adalah HCl daripada H2SO4 [3]. Metode reduksi silika yang digunakan pada penelitian ini adalah metode metalotermal sederhana dengan pereduksi BERKALA SAINSTEK 2018, VI (1): 49-54
It has conducted on the activity and selectivity of Ni/H5NZA catalyst toward the hydrocracking of oleat methyl catalytic becomes short fraction hydrocarbon compounds with the variation of Ni concentration such as 1%, 2% and 3% (% w/w) for oleat methyl catalytic hydrocracking becomes short fraction hydrocarbon compounds (C5-C11 hydrocarbon). The catalyst is prepared by wet impregnation method, then followed by calcinations at 500oC, oxidation at 400oC and reduction at 500oC, each of them are followed by a stream of nitrogen, oxygen and hydrogen with ± 5mL/second in stream velocity. The characterization of catalyst includes the determination of Si/Al ratio, Ni metal that were impregnated by using AAS instrument, and the acid determination by using gravimetric method. The hydrocracking process is done in flow-fixed bed reactor at 500oC; the catalyst are heated at first and followed by the reactants which are heated in pyrolysis reactor up to it change into vapor, then they are moved into the hydrocracking reactor. The liquid from hydrocracking process is collected and analyzed by using Gas of Chromatography (GC) and Gas of Chromatography-Mass spectrometer (GC-MS). The characterization results showed in general that Si/Al ratio decreases after being impregnated by Ni metal. The amount of Ni metal almost reach a half of early Ni concentration which is impregnated. On the other hands, the acid amount of catalyst after being impregnated by Ni metal rise higher than those before being impregnated by Ni metal. The research showed that the activity and selectivity of Ni-2%/H5NZA catalyst is better in hydrocracking hydrocarbon compounds which are shorter. The activity of Ni-2%/H5NZA catalyst reaches 91.3041%. Meanwhile the selectivity is more selective in creating the hydrocarbon compounds with C5-C11 chain and more lead to the formation of alkane and alkene. Keywords: methyloleate, catalyst, Ni/H5NZ,hydrocracking
TiO2 anatase mesopori (ukuran pori 2-50 nm) memiliki aktivitas fotokatalitik yang besar. Metode sintesis kimia padat dapat digunakan sebagai alternatif untuk memperoleh TiO2 anatase dari natrium titanat dengan menggunakan prekursor yang murah berupaTiO2 rutile komersial. Surfaktan CTABr (Cetyltrimethylammonium Bromide) mampu menghasilkan TiO2 anatase mesopori dengan kemampuannya sebagai template atau agen pembentuk pori. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh variasi penambahan CTABr terhadap distribusi ukuran pori, volume total pori, luas permukaan TiO2 dan dan aktivitas fotokatalitik TiO2 hasil sintetis. Sintesis dilakukan menggunakan metode reaksi kimia padat dengan penambahan variasi perbandingan mol CTABr dan tanpa penambahan CTABr sebagai pembanding. Karakterisasi menggunakan XRD (X- Ray Powder Difraction), SEM (Scanning Electron Microscopy) dan Gas Sorption Analyer (GSA) untuk mengetahui struktur, morfologi dan sifat pori TiO2. TiO2 anatase mesopori hasil sintesis diaplikasikan sebagai fotokatalis dalam mendegradasi metilen biru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa TiO2 anatase mesopori berhasil didapatkan dengan morfologi partikelnya berbentuk seperti balok, sisi tidak seragam serta ukuran partikel berkisar 200-500 nm. Variasi penambahan CTABr tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap distribusi ukuran pori, volume total pori, luas permukaan dan aktivitas fotokatalitik dari TiO2 anatase mesopori, dengan hasil distribusi pori mayoritas pada 2 nm dan aktivitas fotokatalitik sekitar 77%
<p>The use of TiO<sub>2</sub> powder as photocatalyst still provides some disadvantages such as the difficulties in regenerate ion, the low adsorption and turbulence . These problems can be overcomed by providing the photocatalyst as a composite of ZnO-TiO2. This research aims to investigate the effect of composition of solvent and temperatureof synthesis on the quality and photocatalytic activity of ZnO-TiO2 which was prepared by sol-gel method. The photocatalytic activity was determined by applying the composite in degradation of Procion Red MX-8B under irradition of UV light for 24 hours. The procion red concentration after degradation was determined by UV-Vis spectrophotometer. Meanwhile the effect of synt hesis temperature on crystal structure of composite was studied by XRD. The results show that the composite which was prepared by PEG 1500 at 1:4 of moles ratio and at 70 °C of synthesis temperature has highest degradation percentage, i.e. 55.375 % and photocataltic activity of 3.561 x 10<sup>-7</sup>mg/cm<sup>2</sup>s.</p>
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.